Selasa, 31 Januari 2012

AKAR TERORISME ISLAM

Dunia dengan cepat terbiasa dengan istilah ‘Teror Islam.’ Ini adalah jenis baru terorisme di seluruh dunia. Karena para Jihadis, bom bunuh diri, Hamas, Hezbollah, Al-Qaeda, Lashkar-e-Taiba, Jaishe Muhammad, Islamists, Mullahs, Maulanas, Pirs, Hijabi Women— Islam saat ini mendominasi setiap media berita di mana pun di dunia. Cepat atau lambat, kata ‘Teror Islam’ akan termasuk dalam benda hara perkataan Inggris. Dengan adanya kesadaran akan Islam ini , pertanyaan yang muncul adalah: Apakah teror gaya Islam adalah sesuatu yang baru atau apakah ini adalah hasil perjuangan Jihadis awal seperti yang diajarkan dan dipraktekkan oleh Muhammad? Tanyakan hal ini pada Islam apologis manapun dan jawabnya pasti adalah: Islam adalah agama damai, tidak pernah menganjurkan kekerasan, ‘terorisme’-lah yang menggunakan nama Islam; Osama bin Laden dan para Jihadisnya telah membajak Islam dan mereka bukanlah Muslim sejati, para pembom bunuh diri tidak mewakili ajaran Islam yang sebenarnya .. dan seterusnya dan seterusnya.

Di artikel yang rinci ini, dengan menampakan sifat ‘asli’ Islam yang sebenarnya, aku bermaksud menghancurkan konsep pemikiran para Islamis di atas. Karena Islam berakar kuat pada masa lampau, maka untuk mencari akar terjadinya ‘kekacauan’ yang banyak dilakukan para pejuang Islam saat ini, kita harus memeriksa kejadian2, perbuatan2, perilaku berdasarkan filosofi dan agama di masa lampau pula oleh para Jihadis awal di bawah pimpinan Muhammad, sang Rasul Allah. Saat kita terus menelaah, kita harus tahu bahwa tidak ada yang disebut sebagai ‘moderat Islam,’ ‘Islam masa kini’ atau ‘Islam masa depan.’ Kejadian2 1.400 tahun yang lalulah yang menggerakan semua Muslim waktu lampau, membayangi dan mendorong semua Muslim masa kini dan hal ini akan terus berlangsung di masa depan. Kita harus melihat ke belakang, dan bukannya ke depan, untuk mencari kebenaran tentang Islam. Sama seperti pohon yang hidup dan terus tumbuh karena akarnya dengan kuat tertanam di bawah tanah – dan akar ini tak tampak dari permukaan, begitu pula dengan Islam. Terorisme berakar kuat dalam doktrin yang sangat megah di dunia Islam yang dibayangkan Muhammad. Penggunaan taktik teror ini bukanlah hal yang baru dalam Islam, dan ini adalah sumber hidup yang digunakan Muhammad untuk memaksakan konsepnya akan terwujudnya satu dunia di bawah Islam yang hanya menyembah satu Tuhan, yakni Allah. Di laporan panjang ini, aku telah mencatat serentetan kejadian teror, pembunuhan, penipuan, kebohongan, dan perang yang digunakan untuk memelihara, memajukan dan mengembangkan intisari Islam: masuk Islam, bayar upeti (Jizya) atau mati. Banyak pembaca yang akan kaget dan tidak percaya. Kebanyakan Muslim akan merasa terganggu, marah, frustasi dan tentu akan menyangkal sekuat tenaga. Bagi semua pembaca aku ingin katakan bahwa aku pun mengalami semua tahapan perasaan ini. Waktu aku benar2 menelaah Islam dengan serius di tahun2 pertumbuhanku, aku mulai benar2 mengerti doktrinya dan kekuatan hidupnya. Sungguh sukar kupercaya orang yang mengaku sebagai utusan Allah dapat menuruti hawa nafsunya sendiri, dan juga memerintahkan pengikutnya untuk melakukan pembunuhan membabibuta, menjarah, merampok, menyiksa dan memperkosa. Pada saat Anda membaca episod demi episod terorisme Islam awal, Anda akan menemukan persamaan dengan terorisme global jaman modern yang dilakukan para Jihadis saat ini. Anda pasti akan menemukan semua unsur operasi teroris jaman sekarang yang sama seperti seribu tahun lalu. Unsur2 ini adalah:

Penyiksaan dan pembunuhan orang2 yang tak mau menganut (Islam)
Penjarahan dan pembersihan ras
Pembunuhan karena alasan politis dan pembunuhan karena balas dendam
Pembunuhan serampangan dan pembantaian rasial
Perampasan harta benda dan pemerkosaan
Pemaksaan untuk memeluk agama Islam atau bayar Jizya
Penindasan aliran lain (penghancuran mesjid2)

Mari kita sekarang menyelidiki sejarah Islam untuk mengetahui bagaimana dan mengapa para Jihadis awal berbuat begitu.

Benih teror a la gaya Islam ditanam ketika Muhammad menandatangani perjanjian dengan tujuh puluh lima (73 pria dan 2 wanita) Ansar (penduduk kota Medina) yang disebut sebagai sumpah kedua Aqaba. Aqaba adalah sebuah gua kecil di perbatasan Mekah. Perjanjian ini dibuat secara rahasia untuk melindungi nyawa Muhammad saat dia ingin hijrah ke Medina. Dalam proses tawar2an, Muhammad minta sumpah tulus dari para Ansar untuk melindungi kaum wanita dan anak2 Muslim. Ketika orang2 Ansar bersumpah setia pada Muhammad, sampai bersedia untuk mengorbankan nyawa mereka untuk melindunginya, Muhammad menjanjikan darah orang2 Mekah dan surga bagi orang2 Ansar. Seperti yang dikisahkan Ibn Ishak[ii], Muhammad berkata pada orang2 Ansar: “Tidak, darah adalah darah dan darah yang tak dibayarkan adalah darah yang tidak dibayarkan. Aku bagian dari kalian dan kalian adalah bagian dariku. Aku akan berperang melawan mereka yang berperang terhadapmu dan akan berdamai dengan mereka yang berdamai denganmu.”

Tabari[iii] menulis saat melakukan sumpah Aqaba, al-Abbas dan Ubadah b. Nadlah berkata bahwa sumpah setia pada Muhammad merupakan pernyataan perang terhadap dunia. Tak lama setelah sumpah kedua Aqaba, Allah merestui pernyataan perang terhadap orang2 yang tak percaya, pertama di ayat 22:40-42 dan lalu di ayat 2:198.
Dan seperti yang dia janjikan, hari2 Muhammad yang penuh darah dan teror mulai tak lama setelah dia meninggalkan Mekah dengan sejumlah pengikutnya tiba di Medina. Kecuali beberapa, para pengikut ini adalah orang2 yang para penjahat dan pengacau yang sangat miskin dan buta huruf tanpa kemampuan untuk mencari nafkah untuk bisa menghidupi dirinya. Banyak dari pengikutnya yang hidup dalam keadaan yang sangat kotor sampai2 kepala mereka berkutu dan badan mereka sangat bau. Ini Hadis dari Sunan Abu Dawud tentang bau badan aduhai para pengikut awal Muhammad:

Hadis dari Sunan Abu Dawud Buku 32, Nomer 4022:
Dikisahkan oleh AbuMusa al-Ash'ari:
Abu Burdah berkata: Ayahku berkata padaku: Anakku, jika kau melihat keadaan kami ketika bersama Rasul Allah dan hujuan lalu turun ke atas kami, kamu pasti menduga bau badan kami seperti bau domba.


Bahkan Muhammad, sang Rasul Allah juga berkutu di kepalanya! Sungguh sukar dipercaya, bukan? Bacalah di Hadis Sahih Bukhari

Hadis Sahih Bukhari Volume 4, Buku 52, Nomer 47:
Dikisahkan oleh Anas bin Malik:
Rasul Allah biasa mendatangi Um-Haram bint Milhan yang kemudian menawarkan makanan baginya. Um-Haram adalah istri Ubada bin As-Samit. Rasul Allah suatu waktu mengunjunginya dan dia menyediakan makanan baginya dan mulai mencari kutu di kepalanya. Lalu Rasul Allah tidur, dan lalu bangun sambil tersenyum. Um-Haram bertanya, “Apa yang membuatmu tersenyum, O Rasul Allah?” Dia berkata, “(Dalam mimpi) beberapa pengikutku tampak di hadapanku sebagai pejuang2 bagi Allah berada di atas kapal di tengah laut dan ini membuatku tersenyum, mereka bagaikan raja2 di atas singgasana.” Um-Haram berkata,”O, Rasul Allah! Mohonlah pada Allah agar aku termasuk salah satu dari para pejuang itu.” Rasul Allah memohon Allah baginya dan lalu tidur lagi dan bangun sambil tersenyum. Sekali lagi Um-Haram bertanya,”Apa yang membuatmu tersenyum, O Rasul Allah?” Dia menjawab,”Beberapa pengikutku tampak di hadapanku sebagai pejuang2 bagi Allah,’ katanya mengulangi mimpi yang sama. Um-Haram berkata,”O Rasul Allah! Mohonlah pada Allah agar aku termasuk salah satu dari para pejuang itu.” Rasul berkata,”Kau adalah diantara mereka yang pertama.” Lalu suatu saat Um-Haram berlayar di laut di masa Kalifah Mu'awlya bin Abi Sufyan, dan setelah dia turun dari kapal, dia terjatuh dari binatang tunggangannya dan lalu mati.


Dua hal penting dalam hidup Muhammad tampak jelas di Hadis di atas. Pertama, dia tidak hidup bersih, jarang mandi sehingga kutu2 bersarang di kepalanya. Kedua, dia akrab dengan istri orang. Bagaimana mungkin seorang wanita bisa menyentuh kepala seorang pria untuk mencari kutunya jika wanita itu tidak akrab dan hangat dengannya? Dalam hukum Islam melirik wanita asing saja sudah dianggap haram, apalagi disentuh wanita itu. Aku persilakan pembaca untuk merenungkan perilaku moral Muhammad terhadap istri orang dalam Hadis ini dan membandingkannya dengan hukum moral Islam yang dia sendiri tentukan.

Sekarang kembali pada para pengikut Muhammad. Yah, memang hampir semua pengikut2 Muhammad bau domba! Muhammad membawa mereka ke Medinah untuk mencarikan pekerjaan bagi mereka, tapi tidak ada yang mau memperkerjakan orang2 yang bau, miskin, dan tak berpendidikan ini. Bahkan pekerjaan sehari-hari pun hampir tidak ada bagi mereka. Beberapa dari mereka bekerja sebagai kuli untuk jangka waktu singkat dan setelah itu tidak punya kerjaan lagi. Parahnya kemiskinan mereka saat itu dikisahkan oleh Aisha, istri tersayang Muhammad di:

Hadith of Sahi Bukhari, Volume 2, Book 24, Number 499:
Dikisahkan oleh Aisha:
Seorang wanita bersama kedua anak perempuannya datang padaku minta sedekah, tapi aku tidak punya apapun kecuali sebuah kurma yang lalu kuberikan padanya. Dia membagi kurma itu untuk kedua anaknya, sedangkan dia tidak makan apapun, dan lalu dia bangkit dan pergi. Lalu sang Nabi datang dan aku beritahu dia tentang kisah ini. Dia berkata,”Siapapun yang kelak dihakimi atau kedua anak perempuan itu dan dia bermurah hati pada mereka, maka kedua anak ini akan jadi perisai baginya terhadap Api Neraka.” (Lihat Hadith No. 24, Vol. 8 ).


Kejutan besar yang nantinya terjadi adalah, para Muslim yang kotor dan miskin ini nantinya menjadi sangat kaya raya. Ini hadisnya yang menerangkan perubahan nasib dari miskin ke kaya raya:

Sahih Bukhari, Volume 2, Buku 24, Nomer 497:
Dikisahkan oleh Abu Masud Al-Ansar:
Apabila Rasul Allah memerintahkan kami untuk berderma, kami biasa pergi ke pasar dan bekerja sebagai buruh untuk bisa beli satu Mudd (takaran gandum) dan lalu mendermakannya. (Saat itu adalah saat penuh kemiskinan) dan sekarang beberapa dari kami punya seratus ribu. 


Bagaimana Muhammad dapat menciptakan muzizat seperti itu? Apakah perubahan dari kemiskinan yang sangat ke kekayaan yang melimpah dicapai melalui kealiman, sembahyang, puasa dan anugrah dari Allah? Atau ini dicapai melalui ‘terorisme’? Untuk tahu jawabnya, silakan baca terus.

Saat tidak punya kerjaan atau hanya punya kerjaan kasar saja, kehidupan para pengikut Muhammad menjadi semakin tidak menyenangkan di Medina. Muhammad harus berbuat sesuatu agar mereka dapat terus hidup, dan dia harus melakukannya dengan cepat sebelum mereka semua jadi tidak percaya dengan janjinya untuk dapat harta kekayaan milik Khusroo (Kaisar Persia) dan Raja Bizantium. Rodinson (iv) menulis bahwa orang2 Muslim awal ini tidak punya mata pencarian tetapi dan kala semua cara untuk hidup layak sudah gagal semua, pilihan terakhir adalah merampok.

Mata pencaharian utama orang Muslim di Medina adalah dari perampokan dan pemaksaan pungutan pajak Jizya bagi non-Muslim. Ini bisa dilihat di Hadis berikut:

Hadith in Sahih Bukhari, Volume 4, Book 53, Number 388:
Dikisahkan oleh Juwairiya bin Qudama At-Tamimi:
Kami berkata pada,”'Umar bin Al-Khattab, O ketua kaum yang beriman! Nasihatilah kami.” Dia berkata,”Aku menasihatimu untuk memenuhi Hukum Allah (yang dibuat dengan kaum Dhimmi) karena itulah hukum Nabimu dan sumber mata pencaharianmu (yakni pajak dari kaum Dhimmi). 


[catatan: Hadis ini dihilangkan dari terjemahan kumpulan Hadis Sahih Bukhari oleh Dr. Muhammad Muhsin Khan. Akan tetapi Hadis ini masih ada di versi Internet terjemahan Sahih Bukhari]

Jadi bagaimana Muhammad mendapatkan mata pencaharian di Medina? Pekerjaan apa sih yang dilakukannya? Bidang apa yang dikerjakannya? Bisnis apa yang dia lakukan? Pertanyaan2 ini tetap tidak terjawab. Semua kumpulan Hadis, Sunna, Sirah (biografi Nabi) tidak memberikan keterangan apapun tentang pekerjaan/profesi Muhammad yang terhormat untuk menafkahi dirinya dan istri2 dan gundik2nya yang terus semakin bertambah. Keterangan tentang pekerjaan Muhammad ada di sini:

Hadis Sahih Bukhari, Vol. IV, bab 88:
Dikisahkan oleh Ibn ‘Umar bahwa sang Nabi berkata,”Mata pencaharianku ada di bawah bayangan tombakku, (1) dan dia yang tidak menaati perintahku akan dihinakan dengan membayar Jizya.”
Catatan: (1) “Di bawah bayangan tombakku” berarti “dari jarahan perang”.

Yah, memang begitulah. Muhammad, sang Rasul Allah, menafkahi dirinya dengan cara merampok, dan Hadis di atas dengan jelas menyatakannya. Juga patut diperhatikan bahwa Hadis ini telah dihilangkan dalam versi Internet Sahih Bukhari. Hadis yang sukar dipercaya ini hanya dapat ditemukan di terjemahan cetak asli “The Translation of Sahi Bukhari” oleh Dr. Muhammad Muhsin Khan. [Ref: The Translation of the Meanings of Sahih Al-Bukhari, Arabic-English, Vol.IV (page 104) by Dr. Muhammad Muhsin Khan, Islamic University—Al-Medina Al-Munauwara]. Silakan periksa sendiri referensi itu kalau kau tak percaya. Menarik untuk diperhatikan catatan kaki oleh penerjemah yang menerangkan bahwa ‘tombak’ adalah ‘barang jarahan’, sungguh pintar.

Kalau kau pikir ini sukar dipercaya – bahwa seorang utusan Allah, ciptaan Allah yang terbaik ternyata memakai pedangnya (baca: terorisme) untuk cari nafkah – maka teruslah baca karena banyak hal lain yang bahkan lebih mengejutkan. Di Hadis Sahih Muslim ditulis jelas tanpa ragu bahwa Muhammad dan pengikutnya memang menggunakan pedang untuk melakukan terorisme (komentar dalam kurung adalah dari penerjemah Hadis ini):

Hadis Sahih Muslim, Book 004, Number 1066:
Abu Huraira melaporkan: Rasul Allah berkata aku telah dibantu teror (dalam hati musuhnya); aku telah menerima firman2 yang pendek tapi jelas artinya, dan ketika aku tidur aku diberikan kunci2 harta benda dunia yang diletakkan di tanganku. 


Jika Hadis2 yang sangat jelas itu belum juga terasa cukup meyakinkan untuk membuktikan Muhammad menggunakan terorisme untuk memperkaya para pengikutnya, ini ada satu lagi:

Hadith from Sahih Bukhari, Volume 4, Book 52, Number 220:
Dikisahkan oleh Abu Huraira:
Rasul Allah berkata,”Aku telah diberi perintah2 yang sangat pendek dengan arti yang sangat luas, dan aku telah dibuat menang melalui teror (yang ditaruh di hati musuh), dan ketika aku tidur, kunci2 harta benda dunia diberikan padaku dan diletakkan ke dalam tanganku.” Abu Huraira menambahkan: Rasul Allah telah meninggalkan dunia dan sekarang kau, orang2, membawa ke luar harta benda itu (yang tidak dinikmati oleh Nabi). 


Untuk mewujudkan perkataannya, Muhammad bahkan mengumumkan bahwa barang jarahan atau hasil rampokan adalah halal baginya, dan ini ditegaskan di sini:

Hadis Sahih Bukhari Volume 4, Book 53, Number 351:
Dikisahkan oleh Jabir bin Abdullah:
Rasul Allah berkata,”Barang jarahan adalah halal bagiku.”


Hadis berikut menerangkan bahwa Muhammad mendirikan mesjid2 dengan biaya dari hasil rampokan, jarahan dan pungutan pajak paksa Jizya terhadap non-Muslim. Bacalah Hadis ini dengan teliti dan kau akan mengerti mengapa banyak orang tertarik untuk bergabung dengan Muhammad dan Islamnya. Ya, alasannya hanyalah keserakahan dan nafsu akan uang dan kekayaan semata-mata. Muhammad melanggar semua hukum dan aturan masyarakat mapan yang beradab hanya untuk memuaskan keserakahan pengikut2nya. Ini hadisnya:

Hadith Sahih Bukhari, Volume 4, Book 53, Number 390:
Dikisahkan oleh Jabir bin 'Abdullah:
Rasul Allah suatu saat berkata padaku,”Jika uang masukan dari Bahrain tiba, aku akan beri kamu segini banyak dan segitu banyak.” Ketika Rasul Allah telah mati, uang dari Bahrain tiba, dan Abu Bakr mengumumkan,”Bagi yang telah dijanjikan oleh Rasul Allah, silakan datang padaku.” Lalu aku menghadap Abu Bakr dan berkata,”Rasul Allah berkata padaku,”Jika uang masukan dari Bahrain tiba, aku akan beri kamu segini banyak dan segitu banyak.” Setelah mendengar itu Abu Bakr berkata padaku, “Ciduklah (uang) dengan kedua tanganmu.” Aku ciduk uang dengan kedua tanganku dan Abu Bakr memintaku menghitungnya. Aku menghitung dan jumlahnya adalah lima ratus (keping emas). Jumlah seluruhnya yang dia berikan padaku adalah seribu lima ratus (keping emas). 


Dikisahkan oleh Anas: Uang dari Bahrain dibawa kepada Nabi. Dia berkata,”Sebarkan uang itu di Mesjid.” Inilah jumlah uang terbesar yang pernah diserahkan kepada Rasul Allah. Saat itu Al-‘Abbas datang padanya dan berkata,”O Rasul Allah! Berilah aku uang karena aku memberikan uang tebusan diriku dan Aqil.” Sang Nabi berkata padanya,”Ambillah.” Dia menciduk uang dengan kedua tangannya dan menuangkannya di atas bajunya dan mencoba mengangkatnya tapi tidak bisa dan dia minta pada sang Nabi,”Maukah kau meminta seseorang untuk menolongku mengangkat ini?” Nabi berkata,”Tidak.” Lalu Al-‘Abbas berkata,”Kalau begitu, maukah kau membantuku mengangkatnya?” Nabi berkata,”Tidak.” Lalu Al-‘Abbas membuang sebagian uang, tapi tetap saja dia tidak kuat mengangkutnya, dan dia sekali lagi meminta pada Nabi,” Maukah kau meminta seseorang untuk menolongku mengangkat ini?” Nabi berkata,”Tidak.” Lalu, Al-‘abbas membuang sebagian lagi uang dan memikulnya di pundaknya dan lalu pergi. Sang Nabi terus melihatnya terpesona akan keserakahannya sampai dia menghilang dari penglihatan. Rasul Allah tidak beranjak dari tempat itu sampai tidak ada satu Dirham pun tersisa dari uang itu. 

Sekarang mari kita lihat bagaimana Jihadis Muslim awal memilih korban teror mereka. Setelah cari2 mangsa, Muhammad mengetahui bahwa dia hanya punya dua pilihn: merampok orang2 Medina atau merampok kafilah2 orang Mekah yang kaya raya di jalur dagang Mekah – Medina. Tidak tidak bisa merampok sekutunya sendiri orang Medina (orang Ansar) karena ini sama dengan bunuh diri. Pilihan lain yang sisa adalah merampok orang2 Yahudi dan musuh bebuyutannya orang2 Mekah Quraysh yang pada umumnya menolak ajaran agamanya. Dia tidak bisa mengganggu orang2 Yahudi terlalu awal karena dia telah bikin perjanjian damai dengan mereka. Dia tidak punya alasan sah untuk menyerang dan merampas tanah dan harta benda mereka. Perlu diingat bahwa di kegiatan2 perampokan awal, Muhammad tidak mau orang2 Ansar terlibat di dalamnya. Ini karena dia tidak mau mengecewakan orang2 Medina dengan menampakkan belangnya yang asli. Dia juga taku jika usaha perampokannya gagal, maka kaum Ansar tidak lagi kagum dan hormat padanya. Karena itu, pada mulanya, dia tidak mengundang kaum Ansar untuk ikut bagian dalam kegiatan terornya. Dia perlu menunjukkan pada tuan tanah tempat tinggalnya bahwa terorisme memang adalah usaha yang menguntungkan!

Karena tidak mungkin untuk menjarah orang2 Yahudi, maka pilihan satu2nya yang sisa adalah menyerang dan menjarah kafilah2 Quraysh. Meskipun demikian, saat itu dia hanya punya segelintir prajurit. Dia tidak akan mampu melancarkan serangan telak terhadap tentara Quraysh yang perkasa, dan memang perkiraannya tepat. Sebenarnya karena alasan takut akan tentara Quraysh itulah dia meninggalkan Mekah.

Dia lalu dapat gagasan cemerlang. Rencananya adalah untuk menyergap pedagang2 Quraysh pada saat mereka sedang lengah, yakni pada saat mereka sedang sendirian, tidak banyak tentara, atau jauh dari tempat aman di Mekah. Ini berarti menyerang kafilah2 pedagang Quraysh, meneror dan merampok mereka di perjalanan dagang dengan Syria atau saat mau balik ke Mekah. Tapi Muhammad juga penuh perhitungan dan tidak terburu-buru. Dia sabar menunggu kesempatan baik untuk menyerang kafilah2 Quraysh yang sedang lengah. Rencana ini memang sangat cerdik dan licik. Tidak dapat disangkal bahwa dengan penjarahan ini Muhammad dapat mengompori pengikutnya, para Jihadis, untuk membalas dendam pada “penyiksa” mereka dan di waktu yang sama mereka juga dapat banyak harta jarahan yang sebelumnya tidak dapat disediakan Muhammad pada para Muhajirs (pengikut Nabi yang setia yang pindah dari Mekah ke Medina) yang miskin dan kelaparan ini.

Dengan pemikiran ini, Muhammad mulai bergerak. Dia mengirim beberapa mata2 untuk mencari tahu kegiatan2 kafilah Mekah. Akan tetapi, kafilah2 Quraysh selalu dilindungi dan dijaga baik2 oleh para tentara penjaga keamanan untuk mencegah dirampok di jalan. Meskipun begitu, Muhammad tetap mencoba keberuntungannya karena kafilah2 Mekah itu penuh dengan harta benda yang sangat berharga. Biografer (penulis kisah hidup) Nabi apologis (= berusaha menutupi kejelekan Islam) seperti Hussein Haykal, [v] tentu mencoba mencari pembenaran dengan mengatakan bahwa para Muhajir dari Mekah rindu pulang kampung dan sedang cari kesempatan untuk balas dendam. Memang merasa rindu kampung halaman sih wajar saja, tapi alasan yang sangat jelas untuk merampok kafilah Quraysh adalah karena ingin menjarah dan merampas harta benda. Sederhana saja dan sudah jelas. Alasan Haykal ini pupus karena setelah Muhammad menaklukkan Mekah, tidak ada satu pun Muhajir yang katanya tadi ‘rindu kampung halaman’ yang mau balik pulang ke Mekah.

Mari kita bahas secara singkat penyergapan atau serangan teror atas kafilah Quraysh. Ada pertentangan mana perampokan atas kafilah Quraysh yang pertama dilakukan Muhammad. Ibn Ishak menulis bahwa Muhammad sendiri melaksanakan serangan pertama, dan ini adalah terhadap kafilah di Waddan. Buku Ibn Ishak tidak cukup memberi keterangan kapan hal ini terjadi. Waqidi menulis bahwa serangan pertama dipimipin oleh Hamzah. Biografer2 lain setuju dengan versi Waqidi tentang tanggal2 penyerangan2 Muhammad. Aku juga akan menggunakan keterangan Waqidi.

Catatan: Tanggal2 adalah perkiraan saja.

Teror Satu
Serangan atas Kafilah Quraysh di al-Is, atau Ekspedisi Sif al-Bahr oleh Hamzah ibn al-Muttalib--March, 623CE

Ekspedisi / Perampokan pertama terhadap kafilah Quraysh terjadi sekitar tujuh atau sembilan bulan setelah Hijrah. Ekspedisi ini dipimpin oleh Hamzah ibn ‘Abd al-Muttalib (paman Muhammad), dengan 30 atau 40 orang emigran (yang pindah dari Mekah ke Medina). Tujuan ekspedisi, seperti yang telah diterangkan sebelumnya, adalah untuk merampok kafilah Quraysh. Gerombolan perampok yang dipimpin Hamzah ini berkumpul di tepi pantai deka al-Is, diantara Mekah dan Medina, di mana pemimpin kafilah Abu Jahl ibn Hashim berkemah bersama 300 orang Mekah. Hamza dengan beberapa orang bertemu Abu Jahl di sana untuk menyerang kafilah, tapi Majdi b. Amr al-Juhani, seorang Quraysh yang tidak ada permusuhan dengan kedua pihak melerai keduanya sehingga mereka semua berpisah tanpa pertempuran.

Petualangan Muhammad pertama dalam perang dan perampokan ternyata gagal. Hamzah kembali ke Medina dan Abu Jahl melanjutkan perjalanan ke Mekah. Usaha perampokan gagal karena para Muslim takut menghadapi konvoi Quraysh yang kuat, dan mereka kembali ke Medina dengan tangan kosong.

Teror Dua
Serangan atas Kafilah Mekkah di Buwat oleh Ubaydah b. al-Harith---April, 623CE

Serangan ini terjadi sembilan bulan setelah hijrah, beberapa minggu setelah serangan pertama di al-Is gagal.

Kira2 sebulan setelah kegagalan Hamzah untuk merampok, Muhammad mengirim 60 Jihadis dipimpin oleh Ubaydah b. al-Harith (saudara sepupunya) untuk melakukan operasi teror terhadap kafilah Quraysh yang kembali dari Syria dan dikawal oleh 200 pasukan keamanan bersenjata. Ketua kafilah adalah Abu Sufyan ibn Harb atau Ikrima b. Abu Jahl. Gerombolan Muslim pergi sampai jauh ke Thanyatul-Murra, tempat mata air di Hejaz. Tidak ada pertempuran yang terjadi karena orang2 Quraysh ternyata berada terlalu jauh dari para Muslim. Meskipun demikian, Sa’d b. Abi Waqqas, seorang Jihadis sejati, menembakkan sebuah panah ke orang2 Quraysh. Ini adalah panah pertama Islam. Panah2 yang kemudian ditembakkan mengejutkan orang2 Quraysh. Ini merupakan serangan mendadak dan memperingatkan mereka akan bahaya yang timbul kemudian. Akan tetapi, tidak ada pertempuran yang terjadi dan orang2 Muslim kembali dengan tangan kosong. Beberapa orang berpendapat bahwa Ubaydah adalah Jihadis yang pertama yang membawa bendera Islam, tapi orang lain berkata bahwa Hamzah lah yang pertama.

Beberapa berpendapat Muhammad memerintah Ubaydah untuk melakukan penyerangan ketika Muhammad sedang kembali dari perampokan al-Abwa (lihat Teror Empat).

Teror Tiga
Serangan atas Kafilah Mekah di Kharar, oleh Sa’d ibn Waqqas -- April, 623CE

Usaha berani Sa’d ibn Waqqas yang menembakkan panah2 pada orang2 Quraysh (lihat Teror Dua) tentunya telah membuat Muhammad kagum. Saat itu Sa’d berusia 20 – 25 tahun. Meskipun begitu, usia mudanya tidak jadi penghalang bagi Muhammad untuk menunjuknya sebagai ketua gerombolan perampok yang berjumlah 20 orang (sumber lain mengatakan 8 orang saja) terhadap kafilah Mekkah. Semuanya adalah kaum Muhajir. Jadi satu bulan kemudian, operasi teroris ketiga dilaksanakan di bawah pimpinan Sa’d yang masih muda. Sa’d dan gerombolannya menyusun siasat untuk menyergap di lembah Kharrar di jalan menuju Mekkah dan menunggu untuk menyerang kafilah Mekkah yang kembali dari Syria.

Mereka mau menyergap diam2. Meskipun begitu, dengan kecewa berat mereka akhirnya menyadari bahwa kafilah Mekkah telah berhasil mengelabui mereka dan telah berlalu dari tempat itu sehari sebelumnya. Orang2 Muslim kebali ke Medina dengan tangan hampa.

Bersambung

[i] Masterminds of Teror, p.88; Khalid was the Chief Al-Qaeda Planner of 9/11
[ii] Ibn Ishak, pp.204-205
[iii] Tabari, vol. vi, p.134
[iv] Rodinson, p.162
[v] Haykal, Ch. The First Raids and Skirmishes



Bagian Two 

Jika terorisme adalah untuk membangkitkan rasa teror dalam hati musuhmu dan musuh Allah make kami berterima kasih kepadaNya, yang Maha Pengampun, Maha Penyayang, yang memungkinkan kami jadi teroris2’Ramzi BinalShibh (6)


Teror Empat 
Penyerangan terhadap Kafilah Mekah dan terhadap B. Damrah di al-Abwa/ Waddan oleh Muhammad—August, 623CE


Muhammad jadi sangat frustasi dengan kegagalan2 tiga usaha penyerangan untuk menggarong kafilah2 pedagang Quaish. Waktunya semakin mendesak, dan dia merasakan tekanan untuk mengahasilkan duit/harta benda bagi para pengikutnya. Dengan beban tekanan ini dalam pikirannya, dia sendiri lalu memimpin para pengikutnya untuk merampok. Usaha ini dikenal sebagai serangan di al-Abwa, yang juga dikenal sebagai Ghazwah dari Waddan. Telah dikatakan sebelumnya, dia sendiri kali ini yang memimpin penyerangan yang diarahkan ke Abwa, daerah tempat ibunya dikuburkan. Kaget sekali dia sewaktu tiba di tempat itu dan mendapatkan kafilah Quraish ternyata telah berlalu. Karena kecewa, dia lalu menyerang suku B. Damra berada dekat di situ dan memaksa mereka untuk membuat perjanjian tidak menyerang (oleh B. Damra). Perjanjian inilah yang pertama ditulis oleh Muhammad dengan suku asing. Perjanjian ini memberi keutungan baginya karena mencegah B. Damra menyerangnya atau membantu musuh Muhammad yakni orang2 Quraish. Sebagai gantinya, Muhammad tidak akan memerangi suku B. Damra. Lalu Muhammad pergi sampai ke Waddan untuk mengejar kafilah Quraish, tapi mereka berhasil menghindarinya. Meskipun dia gagal menjarah harta orang2 Quraish, tapi di cukup pintar untuk membuat perjanjian dengan suku B. Damra yang merupakan suku nomad. Perjanjian ini memberinya sekutu untuk menyerang kafilah2 Quraish. Setelah itu, dia balik ke Medina.

[Catatan: Ghazwa berarti gerakan militer yang dipimpin sang Rasul atau seoramg Imam.7 Ini juga berarti serangan mendadak sebuah kafilah atau suku lain untuk merampas harta benda dan wanita.8

Sariyah atau brigade berarti kekuaan militer kecil yang dikomando oleh seorang dari letnan2 di bawah Imam. Ada referensi di Sahih Bukhari tetang usaha terorisme pertama yang dilakukan oleh Muhammad secara pribadi:

Hadis Sahih Bukhari, Volume 4, Book 52, Number 256:
Dikisahkan oleh As-Sab bin Jaththama:
Sang Nabi melaluiku di tempat yang bernama Al-Abwa atau Waddan, dan ditanyai apakah boleh menyerang pasukan pagan pada malam hari dengan kemungkinan membahayakan kaum wanita dan anak2 mereka. Sang Nabi berkata,”Mereka (yakni para wanita dan anak2) berasala dari mereka (kaum pagan).” Aku juga mendengar Sang Nabi berkata,”Pembentukan Hima tidak layak kecuali bagi Allah dan RasulNya.”

Hadis ini dengan jelas mengatakan bahwa dalam operasi terornya, Muhammad bahkan tidak mengasihani para wanita dan anak2 kaum pagan.

6 Master Minds of Terror, p.36
7 Hughes Dictionary of Islam, p.139
8 Dashti, p.86
9Hughes Dictionary of Islam, p.139

Teror Lima 
Penyerangan terhadap Kafilah Mekah yang Banyak Harta di Bawat oleh Muhammad—October, 623 M 


Sebulan setelah dia menyerang al-Abwa, Muhammad sendiri memimpin dua ratu orang termasuk beberapa penduduk Medina menuju Bawat, tempat dalam jalur perjalanan kafilah pedagang Quraish. Waktu itu kafilah Quraish berjumlah 1.500 sampai 2.500 unta, dijaga oleh 100 pengawal, di bawah pimpinan Umayyah ibn Khalaf, yang juga orang Quraish. Tujuan penyerangan ini sudah jelas, yakni untuk merampok kafilah Quraish yang memuat sangat banyak harta ini.

Tidak ada pertempuran yang terjadi dan penyerangan tidak menghasilkan barang jarahan apapun. Muhammad lalu pergi ke Dhat al-Saq, di padang pasir al-Khabar. Dia sembahyang di sana dan sebuah mesjid didirikan di tempat itu. Ini adalah untuk pertamakalinya orang2 Ansar al-Usharayh mengambil bagian dalam usaha perampokan. Mereka tertarik untuk ikut merampok karena kemungkinan bisa kaya dari penjarahan.


Teror Enam 
Penyerangan terhadap Kafilah Mekah di al-Ushayrah, di daerah Yanbo oleh Muhammad—November, 623M


Ini adalah usaha perampokan ketiga yang dipimpin Muhammad sendiri. Sekitar 150 sampai 200 orang (perhatikan jumlah Jihadis yang bertambah dalam usaha perampokan) ikut dalam operasi teror ini. Mereka punya 30 unta yang mereka kendarai secara bergiliran. Ketika mereka tiba di al-Usharayh di daerah Yanbo, mereka berharap bisa menyergap kafilah Mekah yang kaya raya yang menuju ke Syria dipimpin oleh Abu Sufyan. Muhammad sudah mendengar dari mata2nya bahwa kafilah ini berangkat dari Mekah. Dia menunggu selama lebih dari sebulan untuk menyergap kafilah ini. Sayangnya, dia terlambat karena sewaktu Muhammad tiba, kafilah Mekah sudah lewat. Para pembaca harus ingat akan penyerangan ini, sebab kafilah yang sama inilah yang nantinya dijarah dalam perampokan Badr yang terkenal itu saat kafilah kembali dari Syrian ke Mekah. Dalam operasi ini, Muhammad bersekutu dengan Bani Mudlij, sebuah suku yang tinggal di daerah al-Usharayh. Dia juga membuat perjanjian dengan Bani Damra. Semua perjanjian2 itu membentuk hubungan politik yang baik baginya.


Teror Tujuh 
Penyerangan terhadap Unta2 Perah Muhammad di Badr (Badr I) oleh Kurz ibn Jabir al-Fihri—December, 623M 


Setelah enam usaha penyerangan terhadap kafilah2 Quraish, akhirnya orang Quraish jadi marah. Sekarang saatnya bagi mereka untuk membalas dan menyampaikan pesan keras pada Muhammad bahwa usaha perampokan jalanannya tidak bisa dibiarkan untuk selamanya. Dengan alasan ini, Kurz ibn Jabir al-Fihri dari suku Quraish menyerang daerah Medina di mana unta2 perah Muhammad sedang merumput. Ini terjadi 10 hari setelah Muhammad kembali ke Medina dari usaha perampokannya yang tidak berhasil terhadap kafilah Quraish di al-Usharayh. Setelah mendengar serangan ini, Muhammad dengan cepat mencari Kurz sampai dia mencapai lembah Safwa, dekat Badr. Ini adalah serangan Badr pertama. Kurz berhasil melarikan diri; Muhammad kembali ke Medina dan diam di sana sampai tiga bulan kemudian. Dikatakan kemudian bahwa Muhammad akhirnya berhasil menangkap Kurz dan Kurz lalu memeluk Islam.


Teror Delapan 
Penyerangan Kafilah Mekah di Nakhla oleh Abd Allah ibn Jahsh, Perampokan Pertama yang Berhasil —December, 623M


Setealh dia kembali dari Badr, Muhammad mengirim Abd Allah b. Jahsh di Rajab dengan delapan orang emigran (yang ikut hijrah) dan tanpa orang2 Ansar untuk melakukan operasi teror lagi. Abd Allah b. Jahsh adalah saudara sepupu Muhammad. Orang2 yang ikut dalam operasi ini adalah: 1. Abu Haudhayfa 2. Abd Allah b Jahsh 3. Ukkash b. Mihsan 4. Utba b. Ghazwan 5. Sa’d b. Abi Waqqas 6. Amir b.Rabia 7. Waqid b. Abd Allah and 8. Khalid b. al-Bukayr. Beberapa ahli sejarah berkata mereka berjumlah sekitar 7 sampai 12 orang. Nama2 ini layak untuk diingat karena nama2 ini akan muncul lagi di banyak operasi2 teror lainnya. Muhammad memberi sebuah surat kepada Abd Allah b. Jahsh, tapi tidak boleh dibaca sampai dia telah pergi dua hari kemudian di perjalanan dan dia lalu harus melakukan apa yang diperintahkan di surat itu tanpa memberi beban pada kelompoknya. Abd Allah pergi sampai hari kedua dan dia kemudian membaca surat itu yang memerintahkan agar dia bergerak sampai mencapai Nakhla, yang terletak diantara Mekah dan Taif. Dia harus bertiarap menunggu orang2 Quraish dan mengamati apa yang mereka lakukan. Abd Allah b. Jahsh mengatakan kepada kelompoknya bahwa siapa yang mau memilih martirdom (baca:terorisme) boleh bergabung dengannya, dan siapa yang tidak mau, dipersilakan pulang. Semua anggota kelompok setuju untuk ikut dengannya (beberapa penulis biografi menulis bahwa dua Muslim memilih untuk tidak jadi martir dan pulang ke Medina). Sa’d b. Abi Waqqas dan Utbah b. Ghazwan kehilangan seekor unta yang mereka kendarai secara bergiliran. Unta ini nyasar dan pergi ke Buhran. Maka mereka pun pergi mencari unta yang melarikan diri itu ke Buhran dan mereka ketinggalan kelompoknya.

Seperti yang diperintahkan oleh sang Nabi, Abd Allah dan kelompoknya lalu bergerak maju dan sebentar kemudian tiba di Nakhla. Nakhla adalah sebuah lembah di bagian timur Mekah, separuh perjalanan ke Taif. Ini adalah jalur umum ke Syria yang digunakan kafilah2 Mekah. Muhammad dengar dari pengintainya bahwa kafilah Mekah yang memuat banyak harta dan dikawal sedikit penjaga, membawa kismis2 kering, anggur, kulit dan berbagai harta benda sebentar lagi akan lewat melalui jalur ini.

Empat penjaga Quraish mengawal kafilah keledai ini. Mereka adalah:
Amr b. al-Hadrami. Dia adalah pemimpin kafilah.
Uthman b. Abd Allah b. al-Mughirah.
Nawfal b. Abd Allah b. al-Mughirah, saudara laki Uthman.
Al-Hakam b. Kaysan, budak yang dimerdekakan (Mawla) oleh Hisham b. al-Mughirah.

Tak lama kemudian, kafilah Mekah tiba di Nakhla dijaga oleh empat orang Quraish. Ketika mereka melihat orang2 Muslim, mereka jadi waspada. Satu dari orang2 Abd Allah b. Jahsh, yakni Ukkash b Mihsan menggunduli rambut kepalanya untuk menutupi maksud mereka yang sebenarnya dan untuk membuat orang Quraish mengira mereka baru saja naik Haji (Umra), karena memang pada saat itu adalah bulan suci (Rajab) di mana tidak diperbolehkan melakukan perang. Ketika orang Quraish melihat kepala botak Ukkash, mereka mengira orang2 Muslim ini baru kembali dari naik haji dan mereka merasa lega dan mulai menyiapkan makanan bagi mereka sendiri. Ini adalah cara bagaimana Jihadis Muslim mengelabui korban2nya. Adalah kebiasaan/tradisi yang kuat bahwa pada bulan suci, yaitu di awal atau akhir bulan Rajab (pendapat para ahli sejarah berbeda-beda), Rajab adalah salah satu dari empat bulan suci di mana tidak diperbolehkan sama sekali untuk mengadakan perang atau pertumpahan darah di Jazirah Arabia. Abd Allah b. Jahsh juga tahu akan tradisi ini dan dia merasa ragu untuk menyrang. Meskipun begitu, setelah berkali-kali gagal, orang2 Muslim ini tidak mau membiarkan kafilah yang banyak harta ini lewat begitu saja. Karenanya, mereka memutuskan untuk membunuh orang2 Quraish sebanyak mungkin dan mengambil hasil jarahan sebanyak-banyaknya. Mereka menyerang orang2 Quraish pada saat mereka sedang sibuk menyiapkan makanan. Dalam pertempuran itu, Waqid b. Abd Allah membunuh Amr b. Hadrami, ketua kafilah Quraish. Nawfal b.Abd Allah melarikan diri. Orang2 Muslim menangkap Uthman b. Abd Allah dan al-Hakam b. Kaysan.

Abd Allah b. Jahsh kembali ke Medina dengan barang jarahan dan dua tawanan Quraish. Dia sudah mengambil keputusan untuk memberikan seperlima barang jarahan kepada Muhammad, dan membagi sisanya diantara mereka. Pembagian yang umum bagi pemimpin kelompok perampok saat itu adalah seperempat barang jarahan. Tidak jelas mengapa Abd Allah b. Jahsh memberi seperlima barang jarahan, karena Allah sendiri sebenarnya belum menentukan pembagian Khumus (jatah jarahan buat kepala perampok) untuk Muhammad di Q 8:41. Ayat ini dikeluarkan setelah perang Badr, yang terjadi setelah perampokan di Nakhla.
.
Q 8:041
Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Karena pertumpahan darah ini terjadi di bulan suci, Muhammad tidak mau untuk memulai pembunuhan balas dendam yang tak kunjung selesai. Orang2 Quraish juga menyebarkan berita ke mana2 tentang perampokan dan pembunuhan yang dilakukan Muhammad id bulan suci. Karena itu, dia menegur orang2 Muslim yang berperang di bulan suci dan dia tidak mau menerima jatah jarahan perampokan. Lalu ayat Q 2:217 tentang perang di bulan suci pun muncul.

Q 2:217
Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.

Ayat ini mengijinkan Muhammad untuk melaksanakan perang selama bulan2 suci. Setelah itu Abd Allah b. Jahsh membagi-bagi barang jarahan, seperlima bagi Muhammad. Muhammad juga ingin mendapat uang lebih dengan meminta uang tebusan bagi dua tawanan. Akan tetapi, Muhammad tidak mau menerima uang tebusan dari orang2 Quraish sebelum dua orangnya, yakni Sa’d b. Abi Waqqas and Utbah b. Ghazwan kembali dari mencari unta mereka. Dia takut orang2 Quraish membunuh mereka berdua jika menemukan mereka. Ketika Sa’d dan Utbah kembali tanpa luka, Muhammad membebaskan dua tawanan Quraish dengan bayaran 1.600 Dirham (1 Dirham = 1/10 Dinar; 1 Dinar adalah 4.235 gram emas) per kepala. Dilaporkan kemudian bahwa setelah dibebaskan, Hakam b. Kaysan jadi Muslim, mungkin karena melihat sendiri betapa mudah jadi kaya melalui terorisme a la gaya Islam. Nantinya dia lalu mati di pertempuran Bir Mauna. Tawanan lain, Uthman b. Abd Allah kembali ke Mekah dan mati sebagai non-Muslim.

Nama Islam yang bagi perampokan yang berhasil ini adalah ‘Serangan Nakhla.’ Ini adalah serangan pertama di mana orang2 Muslim menangkap tawanan, dan pertama kali mereka mengambil nyawa. Karena sukses ini, Abd Allah digelari Amir al-Mominun, yakni pemimpin yang beriman. Setelah sukses merampok di Nakhla, Muhammad merasa kuat secara militer dan menegakkan aturan yang mengesahkan pembagian jarahan perang. Dia sebenarnya melegalkan dan mengesahkan perampokan.

Keberhasilan merampok ini membuat orang2 Mekah jadi sangat waspada, sebab kemakmuran mereka bergantung sepenuhnya atas perdagangan rutin dan tidak terputus dengan Syria. Perdagangan dengan Abyssinia dan Yemen kurang penting. Bahkan kafilah pedagang menuju Abyssinia dan Yemen tidak aman pula dari serangan tentara Muhammad. Serangan Nakhla itu muga membuat jengkel orang2 Mekah. Mereka sekarang percaya bahwa Muhammad tidak menghormati nyawa orang dan sama sekali tidak mengindahkan peraturan damai di bulan2 suci. Karenanya, orang2 Mekah ingin membalas dendam dengan pertumpahan darah. Akan tetapi, orang Quraish menahan kemarahan mereka. Muhammad masih punya beberapa pengikut yang tinggal di Mekah, termasuk anak perempuannya sendiri yakni Zaynab. Orang2 Quraish tidak membalas dendam atas pengikut2 Muhammad dan anaknya di Mekah dan tidak pula berusaha menyakiti Zaynab.

Sebaliknya dengan Muhammad. Setelah sukses di Nakhla, dia merencanakan untuk melakukan serangan yang lebih hebat lagi terhadap orang2 Quraish. Allah sekarang memberinya ijin untuk berperang melawan non-Muslim di ayat2 22:39-42, 2:190-194. Serangan di Nakhla dianggap sah karena orang Mekah dianggap mengusir keluar orang2 Muslim. Akan tetapi, alasan sebenarnya adalah “sampai agama yang ada hanyalah agama Allah”. Ini berarti, sampai semua orang Mekah (atau seluruh dunia) memeluk Islam.

Q 22:39
Telah diizinkan berperang bagi orang2 yang diperangi karena sesungguhnya mereka telah dianiaya dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa menolong mereka.

Q 22.40
(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah". Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa,

Q 22:41
(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.

Q 22.42
Dan jika mereka (orang-orang musyrik) mendustakan kamu, maka sesungguhnya telah mendustakan juga sebelum mereka kaum Nuh, 'Aad dan Tsamud,

Q 2.190
Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.

Q 2:191
Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir.

Q 2:192
Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Q 2:193
Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.

Q 2.194
Bulan haram dengan bulan haram, dan pada sesuatu yang patut dihormati, berlaku hukum qishaash. Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.

Bagi mereka yang ragu2 untuk ikut perampokan akan dimarahi. Wahyu Allah bagi hal ini datang di ayat Q 47:20-21. Ayat2 ini memberi garansi surga bagi mereka yang berperang (atau menteror dan merampok) bagi Islam, yakni Jihad, dan mereka mati terbunuh.

Q 47:20
Dan orang-orang yang beriman berkata: "Mengapa tiada diturunkan suatu surat?" Maka apabila diturunkan suatu surat yang jelas maksudnya dan disebutkan di dalamnya (perintah) perang, kamu lihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya memandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati, dan kecelakaanlah bagi mereka. 

Q 47.21
Ta'at dan mengucapkan perkataan yang baik (adalah lebih baik bagi mereka). Apabila telah tetap perintah perang (mereka tidak menyukainya). Tetapi jikalau mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.

Allah kemudian menyuruh para teroris ini untuk “pancunglah batang leher mereka yang tak beriman, kalahkan mereka semua, dan ikat mereka erat2” di ayat Q 47:3-4.

Q 47: 3
Yang demikian adalah karena sesungguhnya orang-orang kafir mengikuti yang bathil dan sesungguhnya orang-orang mu'min mengikuti yang haq dari Tuhan mereka. Demikianlah Allah membuat untuk manusia perbandingan-perbandingan bagi mereka.

Q 47: 4
Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka pancunglah batang leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka semua maka ikatlah mereka kuat2 dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berakhir. Demikianlah apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. Dan orang-orang yang syahid pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka.

Lebih jauh lagi, para Muslim diharapkan untuk tidak hanya berperang, tapi juga menyumbang secara material untuk menutupi biaya perang (Q 4:66-67, 9:88, 9:111), untuk membunuh dan dibunuh. Siapa saja yang mau melakukan hal ini dijanjikan kedudukan tinggi di surga (Q 4:74, 4:95). Para Muslim diminta untuk mempersiapkan kemampuan apapun yang mereka miliki, tentara2, kuda2, dll. untuk mewujudkan teror di dalam hati non-Muslim (ingat kata2 Dr. Mahathir yang terkenal tentang orang Yahudi di konferensi OIC di akhir 2003?) (Q 9:73, 123, 8:60).

Q 4:66
Dan sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka : "Bunuhlah dirimu atau keluarlah kamu dari kampungmu", niscaya mereka tidak akan melakukannya kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka),

Q 4:67
dan kalau demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami,

Q 9:88
Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama dia, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. 

Q 9:111
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.

Q 4: 74
Karena itu hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar.

Q 4:95
Tidaklah sama antara mu'min yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar,

Q 9:73
Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah jahannam. Dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya.

Q 9:123
Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa. 

Q 8:60
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).

Pesan2 ini disebarluaskan dalam waktu dua atau tiga tahu setelah Muhammad hijrah ke Medina. Pesan2 ini tidak hanya untuk para Muhajir (yang hijrah dari Mekah ke Medinah) tapi juga bagi semua lelaki di Medina.
(Catatan: Mulai sekarang, untuk menghemat tempat, yang akan saya sebut hanyalah nomer ayat saja)
 

http://www.mukto-mona.com/Articles/kasem/
Bagian Tiga (Perang Badr)
Oleh Abul Kasem
‘Kekejaman adalah sifat pertama Tuhan'—Andre Gide (1869-1951)[10] 

Teror Sembilan 
Perang Badr II Dipimpin oleh Muhammad—March, 624M


Telah disebutkan sebelumnya (Teror 6, Bagian 2) bahwa Muhammad dan gerombolannya meleset sedikit dalam usaha merampok kafilah Quraish pimpinan Abu Sufyan. Seperti yang telah ditulis sebelumnya, ketika Muhammad tiba di al-Ushayra untuk menyerang kafilah ini, dia tertegun waktu tahu bahwa rombongan kafilah banyak harta ini sudah berlalu dua hari sebelum dia sampai di sana. Tentu saja, gerombolannya yang haus jarahan perang merasa kecewa dengan kegagalan ini. Akan tetapi Muhammad sudah memperkirakan bahwa kafilah yang sama mungkin dapat diserang sewaktu kembali dari al-Sham (Syria). Yang dibutuhkan sekarang adalah kesabaran menunggu selama tiga bulan untuk menyerang kafilah itu waktu kembali. Dengan kemungkinan ini, Muhammad mulai merekrut anggota Jihadis baru untuk perampokannya yang berikut.

Di mesjidnya, dia memanggil orang2 Muslim dan meng-iming2i mereka untuk menyerang kafilah Quraish yang memuat banyak harta benda. Dia berkata pada kelompoknya,”Kafilah Quraish ini memuat harta kekayaan kita. Pergilah dan seranglah mereka, mungkin Tuhan akan memberikan mereka sebagai mangsa kita.” Meskipun begitu, dia tidak pernah sekalipun menyebutkan hal ini kepada penduduk lokal Medina tentang usaha perampokan untuk dapat barang jarahan. Mereka selalu mengira dia itu Nabi yang rendah hati, sangat suci, terhormat, cinta damai, tak suka berperang, penuh kasih sayang dan belas kasihan. Banyak Muslim yang sangat kaget dengan apa yang dikatakan Muhammad saat berkumpul di mesjid itu dan mereka tidak percaya ketika dia mengajak mereka untuk bergabung dengannya dalam usaha merampok. Mereka benar2 kaget. Akan tetapi, angan2 dapat harta jarahan lalu menguasai pikiran mereka dan akhirnya banyak yang bergabung untuk dapat kesempatan memperbaiki kondisi ekonomi mereka dengan cara merampas harta orang lain.

Tentang kekayaan hasil curian ini, Rodinson menulis (Rodinson, hal. 162):
“Ketika usaha perampokan mulai menghasilkan kekayaan, banyak orang Medina yang bergabung meskipun pada kenyataannya persetujuan antara pihak mereka dan Muhammad tidak mengharuskan mereka untuk ikut serta dalam usaha perampokannya.” 

Reaksi dari ajakan Muhammad berbeda-beda. Banyak orang yang mau ikut kelompoknya, tapi banyak pula yang harus dipaksa dan ditekan untuk jadi bandit Muslim. Muhammad mengatur sedemikian rupa sehingga hanya orang2 Muslim saja yang diperbolehkan bergabung dalam kampanye teror ini. Banyak non-Muslim yang mencoba bergabung, tapi Muhammad bersikeras bahwa yang bukan Islam tidak akan kebagian barang jarahan. Dengan in pula, kampanyenya berlangsung dengan sukses diantara orang2 lokal Muslim Medina (Ansar). Sampai saat ini, tiada orang Ansar yang bergabung dengan Muhammad dalam usaha perampokan jalanan sebelumnya. Kesuksesan Abdullah ibn Jahsh di Nakhla telah menambah hasrat untuk dapat barang rampokan dalam pikiran banyak orang Ansar. Keinginan dan keserakahan untuk menjarah barang2 berharga milik orang Quraish begitu besar sehingga banyak orang2 Medina yang mau bergabung menjadi Jihadis. Jumlah semuanya adalah 313 orang, terdiri dari 77 Muhajirs (yang hijrah) dan 236 orang2 Ansar. Sekarang orang2 Ansar adalah sebagian besar dari gerombolan perampok Jihadis.
10 The Counterfeiters
11 Ibn Ishaq, p.293

Beberapa minggu sebelum keberangkatannya ke Badr, dan ketika kafilah Quraish datang ke daerah Medina, Muhammad mengirim dua pengintai, yakni Talhah ibn Ubaydullah dan Said ibn Zayd untuk mencari tahu di manakah kafilah tsb. Kedua orang ini tiba di perkemahan Kashd al-Juhany dan bersembunyi di sana sampai kafilah berlalu. 40 orang menjaga kafilah Mekah itu.[12] Kedua orang Muslim itu mengintai dan memperkirakan harta benda bawaan kafilah berharga sekita 50.000 Dinar (ingat bahwa 1 Dinar berharga 4,235 gram emas. Dalam harga emas saat ini, harta benda kafilah itu berharga US$ 2.725.000, belum termasuk harga2 para tawanan, unta2 dan barang2 lain). Sungguh suatu sasaran perampokan yang menggiurkan. Kedua pengintai itu bergegas kembali untuk menyampaikan kabar baik ini kepada Muhammad. Tapi Muhammad sudah meninggalkan Badr sehari sebelum kedua pengintai kembali ke Medina. Dia sudah tidak sabar lagi untuk cepat2 dapat menjarah, sehingga dia tidak menunggu kedua pengintai itu kembali. Lalu Talhah ibn Ubaydullah dan Said ibn Zayd harus tinggal di Medina dan tidak sempat ikut tentara Muslim pergi. Meskipun demikian, Muhammad tidak mengecewakan keduanya karena telah menjalankan tugas pengintaian dengan baik. Keduanya nantinya dapat jatah jarahan ketika Muhammad kembali ke Medina. Yang juga tinggal di Medina adalah menantu Muhammad yang bernama Uthman b. Affan. Istri Uthman, yakni Ruqayyah (anak perempuan Muhammad) sakit pada saat itu dan Uthman mengurusnya. Muhammad memberi jatah jarahan padanya pula. Betul2 murah hati sang Nabi ini! Sahih Bukhari menulis janji Muhammad pada menantunya seperti ini:

Hadis Sahih Bukhari, Volume 4, Buku 53, Nomer 359: 
Dikisahkan oleh Ibn 'Umar:
'Uthman tidak ikut perang Badr karena dia menikah dengan salah satu anak perempuan Rasul Allah dan dia (Ruqayyah) sedang sakit. Karena itu, sang Nabi berkata kepadanya: “Kamu akan dapat upah dan bagian (barang jarahan) sama dengan upah dan bagian orang yang ikut ambil bagian dalam perang Badr.”


Di lain pihak, melalui mata2 dan sumber2 yang dapat dipercaya, kabar tentang persiapan Muhammad untuk menyerang kafilah Quraish sampai di telinga Abu Sufyan. Dia jadi sangat waspada. Dia tahu tentang perjanjian2 yang dibuat Muhammad dengan banyak suku di jalur perjalanan kafilah, jadi ada kemungkinan besar suku2 itu menyerang mereka tiba2 pula. Dia segera mengirim Damdam b. Amr al-Ghifari ke Mekah untuk meminta bantuan. Ketika Damdam sampai di Mekkah, dia segera mengumumkan rencana Muhammad untuk menyerang kafilah Abu Sufyan. Mendengar ini, Abu Jahl memanggil semua orang2 Mekah untuk ikut operasi penyelamatan kafilah Quraish. Saat itu, suku2 Banu Kinanah dan Banu Bakr sedang bermusuhan dengan Quraish. Karenya, mereka tidak mempedulikan ajakan Abu Jahl. Tadinya suku2 ini mau mengambil kesempatan dari kesusahan orang2 Quraish dan menyerang mereka dari belakang, tapi akhirnya ketua suku Quraish yakni Suraqa b. Malik mengambil keputusan untuk tidak mengkhianati orang2 Quraish. Penulis biografi Muslim seperti Ibn Ishaq menyebut Suraqa sebagai Iblis.[13]
12 Mubarakpouri, p.251
13 Ibn Ishaq, p.292

Setelah yakin tidak akan ada serangan dari kedua suku ini, Abu Jahl dan Amir ibn al-Hadrami (saudara laki Amr ibn Hadrami; ingat? Amr dibunuh orang2 Muslim di Nakhla) meyakinkan orang2 Mekah bahwa mereka akan menang melawan Muhammad. Jadi, setiap orang yang bisa bertempur ikut bergabung, kecuali Abu Lahab. Dia menggantikan posisinya dengan al-As b. Hisham (paman Umar b. Khattab) yang berhutang padanya 4.000 Dirham dan tidak bisa bayar utang kembali. Abu Lahab menyewanya untuk perang atas nama dirinya supaya utangnya lunas. [14]

Ketika orang2 Quraish sedang siap2 perang, Muhammad tidak tahu akan persiapan orang2 Mekah untuk melawan dia secara militer. Dia yakin sekali bahwa dia akan menang dan akan berhasil merampas harta benda Quraish.

Dengan banyak harapan dan penuh percaya diri, hari Minggu, tanggal 10 Mare, 624 M (12 Ramadan, AH2), Muhammad beserta 313 orang (jumlahnya berkisar antara 307 sampai 318) Jihadis, pergi ke luar Medina menuju Badr. Di barisan depan orang2 Muslim dipegang dua bendera hitam, satu dibawa oleh Ali ibn Talib dan yang satu lagi dibawa orang Ansar. 70 unta berbaris bersama mereka dan 300 lebih tentara Muslim bergiliran menaikinya. Mereka hanya punya dua kuda. Muhammad meminta Abu Lababa berjaga-jaga di Medina. Untuk menghindari pengamatan musuh, Muhammad tidak langsung pergi ke Mekah, tapi dia memakai jalur jalan yang tidak lazim yang dilalui oleh Irqul Zabya, Saffra and Dhafiran. [15]

Pada hari Senin, tanggal 11 Maret, Muhammad tiba di Saffra. Dia lalu mengirim dua pengintai, yakni Basbas b. Amr al-Juhani and Adi b. Abu Zaghba ke Badr untuk mengetahui posisi kafilah Quraish. Sebenarnya di sinilah Muhammad berharap untuk bertemu dengan kafilah itu dan melakukan serangan mendadak. Ketika berada di sana, kedua pengintai mendengar percakapan dua wanita dekat sumur bahwa kafilah Quraish akan datang dalam waktu satu atau dua hari. Mereka cepat2 kembali ke Muhammad dan memberitahu tentang berita ini.

Di waktu subuh hari Selasa, tanggal 12 Maret [16], Abu Sufyan datang lebih dahulu dari kafilah dan berhenti di sumur tempat ambil air dan dia tahu tentang orang2 Muhammad dari memeriksa kotorang unta milik Basbas dan Adi yang berisi biji kurma, khas makanan unta dariYathrib (Medina). Abu Sufyan jadi sangat khawatir dan cepat2 kembali ke rombongan kafilahnya, balik ke arah jalur pantai sehingga menghindari serangan tentara2 Muhammad. Memang setelah itu Muhammad luput berjumpa dengan kafilah itu dalam beda waktu beberapa jam saja.[17] Abu Sufyan sendiri terus mengawal kafilah agar bisa sampai ke Mekah dengan selamat. Dia mengirim utusan kedua, yakni Qays b. Imea al-Qays [18] untuk memberitahu pasukan Mekah yang makin mendekat tentang keputusannya mengambil jalur jalan lain dan menyampaikan pesan bahwa bahaya telah lewat. Saat itu, Muhammad tiba di Rooha dan minum dari sumur yang ada di sana.

Pada hari Rabu, tanggal 13 Maret, utusan kedua Abu Sufyan bertemu dengan pemimpin tentara Mekah yakni Abu Jahl di Johfa. Abu Jahl siap memberikan bantuan menjaga kafilah Quraish yang terancam perampokan. Utusan datang padanya dan mengatakan bahwa Abu Sufyan tidak merasa perlu mengadakan pertumpahan darah karena kafilah berhasil diselamatkan. Dia minta Abu Jahl dan orang2nya untuk kembali ke Mekah.
14 Ibn Ishaq, p.291
15 Hamidul, p.30
16 Ibid
17 Ibid
18 Ibn Sa’d, vol.ii, p.11

Tapi Abu Jahl memaksa terus bergerak ke Badr karena ingin melakukan suatu perdagangan dan juga bersenang-senang makan minum di sana. Gadis2 penyanyi yang ikut dalam rombongan ini dikirim balik ke Mekah.[19] Dua suku Quraish yakni suku Z. Zohra (suku ibu Muhammad) dan suku B. Adi (suku Umar) juga mengambil keputusan untuk balik ke Mekah. Sisa tentara Mekan terus bergerak dan tiba di Badr malam hari Kamis, tanggal 14 Maret. Mereka berkemah di daerah luar sumur Badr dan di belakang gunung.

Pada saat itu, Muhammad bergerak mendekat. Di pagi hari Kamis, tanggal 14 Maret, dia tiba di Dhafiran, tak jauh dari Badr. Dia tertegun waktu mendengar berita tentara Quraish maju untuk melindungi kafilah mereka yang banyak harta. Dia sangat frustasi dengan kemungkinan adanya pertumpahan darah dan bukannya perampokan mudah dengan banyak jarahan. Para Jihadis juga mendengar kabar buruk bahwa kafilah yang kaya raya itu telah lewat. Kabar datangnya tentara Mekah juga benar2 tak diduga orang2 Muslim. Muhammad sendiri tidak yakin apakah dia harus maju terus atau tidak karena barang jarahan ternyata sudah berlalu. Dengan dilema bahwa melakukan serangan terhadap orang Quraish bisa melanggar perjanjian perlindungan dengan orang2 Ansar (perjanjian ini berisi persetujuan bahwa orang2 Ansar akan melindungi Muhammad jika dia diserang di Medina dan daerah sekitarnya – lihat Bagian 1), Muhammad lalu mengadakan rapat dengan panglima2 perangnya dan minta pendapat dari semua orang Muslim, terutama orang2 Ansar. Dia takut orang2 Ansar tidak akan melindunginya di luar Medina. Abu Bakr dan Umar dipanggil untuk mengadakan pertemuan umum. Ternyata orang2 Ansar bersumpah untuk mendukung pasukan Muhammad. Ketua orang2 Ansar, yakni Sa’d b. Muadh (dari Bani al-Aws) menjanjikan bahwa jika Muhammad memimpin mereka terjun ke laut sekalipun, mereka akan ikut terjun dan tenggelam. Setelah itu, semua orang Ansar bersumpah untuk berperang bersama Muhammad. Dengan rasa sangat puas, Muhammad meminta orang2nya untuk terus maju. Dia menjanjikan pembantaian para musuhUntuk menyenangkan hati para Jihadis yang haus barang jarahan, dia mengatkan bahwa Allah telah menjanjikan mereka tentara Quraish atau kafilah seperti tercantum di Q 8:7.

Akhirnya Muhammad dan gerombolannya tiba di Badr di pagi hari Kamis, lebih dahulu daripada tentara Mekah dan berkemah di situ. Tenda darurat dari dahan2 pohon palm didirikan baginya. Dia yang duluan minum air sumur di situ. Sesuai nasihat veteran perang bernama al-Hubab, Muhammad menimbuni semua sumur di daerah sekitar kecuali satu sumur terdekat baginya. Para Muslim lalu membuat tempat penampungan dan mengisi penuh dengan air. Dengan ini, para Muslim mengontrol penuh persediaan air di daerah itu. Musuh tidak bisa mengambil air tanpa melalui Muhammad. Dan tentara2 Muhammad sudah siap membunuh orang Mekah mana pun yang berani mendekat ke tempat penampungan air untuk minum.
19 Ibid, p.11
20 Mubarakpouri, p.257

Segera setelah tiba pada pagi hari di Badr, Muhammad berusaha mencari tahu keadaan tentara Mekah. Dia pergi bersama Abu Bakr untuk mengintai.[30] Mereka bertemu dengan seseorang di jalanan dan berusaha menanyakan keadaan di situ. Orang itu tidak mau menjawab sampai Muhammad memberitahu siapa dirinya. Keterangan yang didapat ternyata tidak banyak membantu. Pada petang harinya, dia mengirim Ali dan beberapa orang lain untuk menelaah keadaan di sekitar sumber mata air. Di sana mereka melihat dua budak Quraish pembawa air. Ali dan kawan2nya menculik kedua budak ini dan membawa mereka menghadap Muhammad. Budak2 memberitahu orang2 Muslim bahwa mereka adalah pengangkut air untuk tentara Quraish. Ini bukan berita baik bagi orang Muslim karena mereka berharap para budak ini datang dari perkemahan Abu Sufyan. Setelah disiksa, akhirnya kedua budak memberitahu tempat dan kekuatan tentara Quraish. Dari informasi ini, juga dengan kenyataan bahwa orang2 Quraish telah menyembelih 9 unta di hari pertama dan 10 unta di hari kedua, Muhammad tahu kira2 berapa besar tentara Quraish. Dia memperkirakan mereka berjumlah 900 sampai 1.000 orang. Dugaan ini tepat, karena jumlah tentara Quraish sebenarnya adalah 950 orang. Mereka menunggangi 700 unta dan 100 kuda. Ketika Muhammad mengetahui banyak orang terkemuka Quraish yang ikut dalam kekuatan tentara ini, dia berkata, “Mekah rupanya telah melemparkan daging dan darah mereka yang paling berharga bagimu.’ [21]

Pada malam hari, Muhammad dan Abu Bakr kembali ke perkemahan mereka dan mulai sembahyang minta syukur dari Allah. Sa’d b. Muadh berjaga-jaga di pintu muka. Orang2 Muslim merasa lelah karena lama dan beratnya perjalanan yang mereka lakukan beberapa hari ini. Rasa lelah dan kantuk melanda mereka sehingga akhirnya mereka terlelap. Malam itu turun hujan tapi lebih lebat di daerah tentara Mekah. Karena air hujan, alas Wadi jadi empuk tapi tidak becek dan ini memberi keuntungan pada pihak Muslim. Air hujan ini disinggung dalam Qur’an ayat 8:11 sebagai pemurnian dari Allah. Malam harinya, sebagaimana yang disebut di Q 8:45, Muhammad membayangkan tentara Quraish lemah.

Kedua pihak gelisah sampai pagi hari. Menjelang subuh, ketika Muhammad sedang mengatur orang2nya sesuai tingkatan, beberapa orang Quraish yang merasa haus mendekati sumur air. Muhammad berdoa pada Allah untuk kematian mereka.

Orang2 Muslim mengangkat tiga panji2, satu untuk para pengungsi (yang ikut hijrah), dipegang oleh Musab, satu untuk orang2 Khazarite, dipegang oleh al-Hobab dan satu lagi untuk Bani Aw, dipegang oleh Sad ibn Muadh.

Para Quraish juga membuat batas mereka dan mulai bergerak maju. Akan tetapi, mereka berbeda pendapat tentang aturan berperang melawan orang2 dari kalangan mereka sendiri. Shayba dan Utba, dua ketua kelompok Quraish mendesak keras agar tidak menyerang. Perlu diingat bahwa Utba adalah ayah Hind, yakni istri Abu Sufyan b. Harb dan Shayba adalah kakak laki Utba (yakni paman Hind). Mereka menyediakan tempat [21] berteduh bagi Muhammad ketika dia diusir dari Taif oleh anak2 jalanan yang melemparinya dengan batu. Utba dan Shayba hanya menginginkan uang darah karena pembunuhan yang dilakukan orang Muslim atas Amr b. al-Hadrami. Maka Utbah mengirim pesan pada Abu Jahl untuk mundur dan tidak memerangi saudara sepupu Abu Jahl, yakni Muhammad.
Tabari, vol.vii, p.44

Salah satu anak2 laki Utba, yakni Abu Hudhayfah adalah Jihadis baru dan berada bersama pihak Muhammad. Karena inilah Utbah tidak mau melawan Muhammad – Abu Jahl menyebarkan hal ini dan mencela Utba pengecut karena tidak mau berperang melawan tentara Muslim. Saudara laki Amr b. Hadrami yang bernama Amir b. al-Hadrami membujuk orang2 untuk membalaskan dendam kematian saudaranya. Meskipun sangat ragu, akhirnya Utba bersedia maju perang, tapi dia berkata tidak ingin membunuh Muhammad meskipun adanya kebencian yang besar di kedua pihak Quraish dan Muslim. Pada saat itu pula Omayr, pemanah Quraish, datang membawa berita bahwa tentara2 Muslim ber-siap2 untuk perang. Dia mengajukan ajakan damai dengan kaum Muslim tapi Abu Jahl menolaknya. Jadi, tentara Quraish juga bersiap untuk perang. Mereka bergerak maju perlahan di atas bukit2 pasir yang susah dilalui karena hujan tadi malam. Akan tetapi, seperti yang telah disebut sebelumnya, hujan mendatangkan keuntungan bagi Muhammad karena tanahdi tempatnya jadi empuk tapi enak untuk dijalani. Yang juga jelek buat pihak Quraish adalah mereka bergerak melawan sinar matahari, sedangkan pihak Muhammad bergerak ke arah Barat, membelakangi matahari

Segera setelah Muhammad selesai mengatur pasukannya, dia melihat barisan orang Quraish muncul dari gundukan pasir di depan. Ketika sembahyang pada Allah minta bantuanNya agar tentaranya yang kecil tidak punah, dia sangat khawatir dan pergi masuk tendanya yang kecil untuk berkonsultasi dengan Abu Bakr. Untuk menunjukkan tuntunanNya yang kokoh, Allah menyatakan Q 8:46. Ayat ini menambah semangat tentara2 Muslim untuk maju menang. Ayat lain Q 2:42-44 juga ke luar. Ayat2 lain yang juga penting yang berhubungan dengan perang Badr adalah melipatduakan tentara Medina di Q 3:18, dll.

Tentara Quraish sekarang bergerak maju, tapi tentara Muslim tidak beranjak dari posisinya di mana mereka berada di tempat yang lebih tinggi dari tentara Quraish dan karenanya memberi lebih banyak keuntungan untuk melepaskan anak panah dan tombak pada pihak musuh. Muhammad mengamati kekuatan musuh dan jadi panik dan mulai sembahyang dengan penuh semangat. Kali ini, Allah mengirim dia jaminan: seperti 20 jadi 200 … dll melalui ayat2 Q 8:65, 66. Allah juga melarang para Jihadis di ayat Q 8:15-16, untuk lari dari medan perang. Sejak perang Badr, ayat ini jadi bagian dari hukum Sharia dalam perang (Reliance of The Traveller, p.659).

Sewaktu persiapan ini berlangsung, Hakim b. Hizam, diikuti beberapa orang Quraish pergi untuk minum air dari tempat penampungan air yang dibuat orang2 Muhammad. Setiap orang Quraish yang datang untuk minum dibunuh pada hari itu, kecuali Hakim b. Hizam. Tidak diketahui mengapa Muhammad tidak membunuhnya. Tidak ada satu pun keterangan dari para penulis biografi tentang alasan Muhammad mengampuni nyawanya. Akan tetapi nanti kita ketahui bahwa Hakim b. Hizam jadi Muslim. Setelah tahu nasib 30 orang Quraish yang haus, Abd al-Aswad Makhzami dari Quraish mencoba menghancurkan tempat penampungan air itu dan bersumpah untuk minum air dari situ. Ketika ia pergi menuju tempat penampungan itu, Hamzah menyerangnya dan menebas putus pergelangan kakinya dan membabat putus setengah kakinya yang lain. Abd al-Aswad Makhzami merangkak dengan badannya yang penuh darah ke tempat air dan menjebur ke dalam lalu minum airnya. Hamzah memukul dia sampai mati di tempat itu juga. Sekarang perang dimulai. Hari itu adalah hari Jum’at, tanggal 15 Maret, 624 M (17 Ramadan, AH2). Meskipun saat itu bulan puasa, tidak ada satu pun orang Jihadis termasuk Rasul Allah yang puasa saat itu.[22]
22 Ibn Sa’d, vol ii, p.22

Pada awalnya, tiga orang Quraish, yakni Utbah b. Rabiah, saudara lakinya yang bernama Shaybah b. Rabiah dan anak Utba yang bernama al-Walid menantang orang2 Muslim untuk bertempur dengan mereka. Utbah b. Rabiah tidak mau bertempur dengan orang2 Ansar dan menantang orang2 Quraish yang bergabung dengan tentara Muhammad (yang dulu ikat Muh hijrah ke Medina) untuk berkelahi melawannya satu lawan satu. Mereka ingin melawan orang sesama suku saja, yang adalah saudara2 sepupunya, dari anak2 al-Muttalib. Ketika tiga orang Medina maju ke muka, Muhammad memanggil mereka mundur dan menggantinya dengan orang2 sesukunya yakni anak2 Hashim untuk bangun dan berkelahi. Hamzah, Ali dan Obaydah (paman dan saudara sepupu Muhammad) menuruti perintah Muhammad, bangkit dan maju. Hamzah mengenakan bulu2 burung unta di dadanya, dan Ali mengenakan rambut kuda di topinya.

Lalu Utba memanggil anaknya, Walid, untuk bangkit dan berkelahi. Dia lalu melawan Ali. Pertarungan singkat terjadi. Ali melukai parah Walid dengan pedangnya. Ketika Utba maju, Hamzah pun maju dan membunuhnya. Shayba lalu melawan Obaydah. Keduanya sangat tua. Mereka berkelahi untuk sesaat dan akhirnya Shayba berhasil membabat kaki Obaydah sampai hampir putus. Melihat ini Hamzah dan Ali maju serentak dan membunuh Shayba. Obaydah masih bisa hidup beberapa hari setelah itu sebelum akhirnya mati.

Pertempuran sekarang berlangsung umum dan bebas. Orang Muslim pertama yang mati adalah budak Umar yang telah dimerdekakan yang bernama Mihja. Mihja dibunuh oleh Amir ibn al-Hadrami [23]. Lalu Haritha b. Suraqah dibunuh. Untuk menyemangati pengikutnya, Muhammad mengiming-imingi surga bagi mereka yang mati. Ini memberi semangat bahkan untuk anak remaja berusia 16 tahun yang bernama Umayr b. al-Humam [24] yang saat itu sedang makan kurma. Dia melempar kurmanya dan bergabung dalam perang. Anak ini kaget waktu mendengar Muhammad bahwa yang harus dilakukannya untuk bisa ke surga adalah ikut berjihad dan mati terbunuh. Tak lama kemudian, dia pun mati terbunuh. Muhammad sekarang menyerukan bahwa Allah mencintai para Jihadis fanatik. Mendengar ini, seorang ekstremis Jihadis bernama Auf b. Harith bertanya pada Muhammad,“O Rasul Allah, apakah yang membuat Tuhan tertawa bahagia bagi hambaNya?” Dia menjawab,”Ketika hamba itu masuk dalam pertempuran dengan musuh tanpa baju perang.” Auf membuang baju pelindung tubuhnya, mengambil pedangnya dan melawan musuh sampai dia terbunuh.[25] Jika kau melihat di TV bagaimana pembom bunuh diri bekerja, ingatlah kata2 sang Nabi yang penuh kasih dan kamu akan segera mengerti kekuatan apa yang mendorong orang2 fanatik ini untuk melakukan teror yang sungguh di luar akal sehat dan memeledakkan tubuh mereka berkeping-keping.

Pertempuran semakin sengit. Untuk menambah semangat para Jihadis, Muhammad jongkok dan mengambil kerikil2 dan melemparkannya ke arah orang2 Quraish sambil menjerit keras2,”Biarlah muka2 kalian jadi rusak”[26] Allah menyatakan bahwa ini bukan tindakan Muhammad, tapi tindakannya sendiri di ayat Q 8:17, dan Dia benar2 merestui tindakan simbolis Muhammad. Tentara Muslim sekarang jadi hebat semangatnya dan bertempur mati2an sampai2 tentara Quraish tidak kuat melawannya. Ketika pertempuran sedang menghebat, Muhammad mengirim perintah pada para tentaranya untuk tidak membunuh kedua paman Muhammad yakni Abul Bakhtari and al-Abbas [27]. Dikabarkan bahwa al-Abbas adalah agen rahasia Islam di Mekah [28], tapi alasan mengampuni nyawa Abul Bakhtari tidak diketahui, meskipun Ibn Ishak menulis bahwa Abul Bakhtari menunjukkan simpati kepada Muhammad sewaktu kaum Pagan mengganggu Muhammad di Ka’ba.
23 Ibid, p.16
24 Tabari vol.vii, p.55
25 Ibn Ishaq, p.300
26 Tabari, vol.vii. p.56
27 Ibn Ishaq, p.301
28 Hamidul, p.40

Ketika para Jihadis protes atas keputusan ini, Umar mengancam memenggal kepala mereka. Karenanya mereka tidak punya pilihan dan menurut perintah ketuanya. Ibn Ishaq [29] menulis bahwa di samping pembantaian umum di perang itu, yang jadi target utama untuk dibantai adalah empat orang Quraish yang murtad. Keempat orang ini memeluk Islam tapi tidak mau ikut hijrah ke Medina bersama Muhammad karena anggota keluarga mereka menghalangi kepergian mereka dengan menyekapnya di dalam rumah mereka. Setelah itu, mereka meninggalkan Islam dan bergabung dengan orang2 Quraish di Badr. Muhammad tidak memberi ampun pada mereka. Keempat orang ini dibunuh semua oleh para Jihadis. Muhammad bahkan menciptakan sebuah ayat (Q 4:97) untuk membenarkan pembunuhan atas mereka.

Q 4.097: Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya : "Dalam keadaan bagaimana kamu ini ?". Mereka menjawab : "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para malaikat berkata : "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu ?". Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali,

Semangat membunuh diantara para Jihadis begitu hebat sampai2 Hazrat Umar membunuh paman kandungnya sendiri, yakni al-As b. Hisham b. al-Mughira.(Ingat? Dialah yang menggantikan Abu Lahab, musuh besar Islam!)

Ketika peperangan berlanjut, Muhammad tetap tinggal dalam tendanya bersama Abu Bakr sambil berdoa pada Allah untuk kemenangan. Dia meminta Allah untuk mengirim bantuanNya bagi orang2 Muslim. Maka Allah menjawab dengan ayat Q 8:9 untuk membantu Muhammad dengan ribuan malaikat! Saat itu adalah musim dingin yang penuh dengan angin topan keras bertiup kesana kemari. Tiga topan keras melanda medan perang dan Muhammad segera menganggapnya sebagai malaikat2 suruhan Allah untuk menolong para Jihadis. Dia mengatakan pada para tentaranya bahwa topan pertama adalah seribu malaikat dipimpin oleh malaikat penghulu Jibril, dan topan kedua adalah seribu malaikat dipimpin oleh malaikat penghulu Mikhael dan topan ketiga adalah seribu malaikat lagi dipimpin oleh malaikat penghulu Sarafel.[30] Maka, seperti yang ditegaskan di aya Q 3:124, Allah mengirim tiga ribu malaikat tentara untuk menolong tentara2 Muslim. Ketika peperangan bertambah sengit, Muhammad meminta pertolongan lebih lanjut dari Allah-nya dan Allah segera nurut dengan mengirim dua ribu lagi malaikat. Jadi seperti yang dikatakan di Q 3:125, semuanya berjumlah 5.000 malaikat yang tidak kelihatan dari Allah yang maha perkasa, untuk membantu 300 lebih Jihadis untuk mendapatkan kemenangan. Para Jihadis yang fanatik mengaku bahwa tanda2 dari para malaikat di Badr adalah sorban putih [31] atau turban kuning, ya?[32]

Ini Hadis Sahih Bukhari yang mengatakan bahwa Jibril turun menolong Muhammad:
Volume 5, Book 59, Number 330:
Dikisahkan oleh Ibn 'Abbas:
Sang Nabi berkata pada hari Perang Badr,”Ini Jibril memegang kepala kudanya, lengkap bersenjata untuk berperang.”
29 Ibn Ishaq p.307
30 Ibn Sa’d, vol ii, p.15
31 Ibn Ishaq, p.303, Tabari vol. vii, p.61
32 Ibn Sa’d, vol.ii, p.29

Dengan bantuan Jibril, orang2 Quraish mulai terdesak kalah. Pasir becek tempat mereka berdiri mempersulit gerakan mereka. Beberapa dari mereka melarikan diri. Mereka bingung dan mulai mundur dan lari. Para Muslim mengejar mereka dan menangkap orang2 Quraish yang tidak terbunuh di medan perang. Orang2 Muslim mengikuti jejak mereka yang melarikan diri, membunuh atau menangkap mereka. Dalam usahanya melarikan diri, orang2 Quraish melemparkan baju perang mereka dan meninggalkan binatang beban, kemah dan segala perlengkapannya. 70 (ada yang bilang 45) orang Quraish dibunuh dan jumlah yang sama dijadikan tawanan perang. Orang2 Muslim hanya kehilangan 14 orang, 8 dari Medina dan 6 yang ikut hijrah. Mereka juga menangkap banyak orang penting Quraish. Muhammad memerintahkan untuk tidak membunuh pamannya, al-Abbas. Ketika Abu Hudhayfah (ingat? Ayahnya, Utbah bin Rabiah, dibunuh oleh Ali) protes akan perintah Muhammad yang berstandard dua ini dan ingin membunuh al-Abbas, Umar lalu mengancam akan memancung Abu.[33] Tentara2 Muslim menangkap Abu al-Bakhtari (paman Muhammad yang lain) bersama kawannya. Para Jihadis setuju untuk tidak membunuhnya (sesuai perintah Muhammad) tapi mereka ingin membunuh kawan Abu al-Bakhtari. Ketika Bakhtari minta temannya jangan dibunuh, para Muslim menolaknya. Maka Bakhtari pun melawan para Muslim dan terbunuh. Kabar ini disampaikan kepada Muhammad. Semua tawanan berjumlah 70 (ada yang bilang 44) orang Quraish dijadikan tawanan perang. Sa’d b. Muadh ingin membunuh semua tawanan perang dan dia berkata,”Ini adalah kekalahan pertama yang diberikan Allah kepada kaum pagan, dan membunuh para tawanan lebih menyenangkan hatiku daripada membiarkan mereka hidup.”[34] Meskipun begitu, para tawanan dibagi-bagikan diantara tentara Muslim untuk uang tebusan sampai Muhammad kembali ke Medina.

Ada suatu kisah yang menceritakan kekejaman kaum Jihadis dalam memperlakukan beberapa tawanan perang. Umayah b. Khalaf adalah orang pagan, tapi dia adalah kawan Abd Umar, yang baru saja memeluk Islam. Karenanya, Umayah dan anaknya Ali merelakan diri untuk jadi tawanan Abd Umar. Jihadis terkenal Abd al Rahman b. Awf mengambil alih tawanan Abd Umar dengan harapan dapat uang tebusan besar. Dikisahkan bahwa Umayah suka menyakiti Bilal, yakni orang Negro terkenal yang suka meneriakkan adhzan. Ketika Bilal melihat Umayah dan anaknya, Ali, dibawa pergi oleh Abd al Rahman b. Awf, dia berteriak memanggil orang2 Muslim untuk membunuh orang yang dulu sering menyakitinya. Abd al Rahman b. Awf dengan cepat mencegah Bilal dengan memakinya anak perempuan Negro dan memerintahkan dia untuk tidak membunuh Umayah dan anaknya. Akan tetapi perintah ini tidak didengar. Beberapa Muslim lalu membacoki Umayah b. Khalaf dan anaknya Ali sampai mati dan me-motong2 badan mereka. Abd al Rahman b Awf lalu memaki Bilal karena membunuh tawanannya sehingga Abd al Rahman kehilangan kesempatan dapat uang tebusan besar.

Menantu pria Muhammad yang bernama Abu al-Aas juga ditawan. Khadija (istri pertama Muhammad) adalah bibinya. Ibu Abu adalah Hala d. Khuwaylid. Khadija dulu biasa menganggapnya sebagai anaknya sendiri. Abu al-Aas tidak memeluk Islam dan tidak mau menceraikan istrinya yang bernama Zaynab, yakni anak wanita Muhammad yang tertua. Abu al-Aas lalu bergabung dengan orang2 Quraish melawan Muhammad di Badr. Tawanan Quraish lain yang juga terkenal adalah Amr, putra Abu Sufyan (bukan dari istrinya Hind tapi dari istri lain Abu Sufyan b. Harb) dan Amir b. Al-Hadrami, yakni teman dekat Abu Sufyan. Anak Abu Sufyan yang lain yang bernama Hanzala mati terbunuh di Badr.[35]
33 Tabari, vol.vii, p.57
34 Ibid

Segera setelah pertempuran berakhir, terjadi penjarahan besar2an oleh tentara2 Muslim. Para Jihadis juga menceritakan kisah yang sukar dipercaya tentang kepala2 orang pagan puts sebelum pedang2 orang Muslim menyentuhnya. Ini katanya adalah pertolongan para malaikat. Abu Jahl, yang adalah paman Muhammad sendiri, adalah musuh bebuyutan Muhammad. Muhammad begitu benci padanya sehingga memberinya julukan Abu Jahl (biang tolol), sedangkan nama aslinya adalah Abul Hakam (ayah dari hikmat). Karena begitu besar rasa bencinya, Muhammad memerintahkan Abu Jahl untuk dibunuh.[36] Untuk melaksanakan perintah Muhammad, Muadh b. Amr dan dua anak muda Medina yakni Auf b. Afra dan Muwawwidh b. Afra, yang merupakan anak2 laki Afra, pergi mencari Abu Jahl untuk membunuhnya. Muadh menemukan Abu Jahl di dalam semak2 dan lalu menyerangnya. Dia memukul jatuh Abu Jahl ke tanah dan memotong kakinya sampai putus. Anak laki Abu Jahl yang bernama Ikrima membabat salah satu lengan Muadh sampai bergelantungan hanya pada kulitnya saja. Muadah lalu menggunakan kakinya untuk menarik putus lengan itu dan melanjutkan pertempuran sampai rasa sakit yang luar biasa membuatnya berhenti berkelahi. Saat itu Muwawwidh b. Afra dan saudaranya Auf b. Afra tiba di tempat dan mereka membunuh Abu Jahl yang sudah terluka berat. Setelah membunuh Abu Jahl, mereka kembali untuk memerangi orang Quraish sampai akhirnya mereka sendiri mati terbunuh.[37] Ketika kabar tentang Abu Jahl yang sekarat hampir mati terdengar oleh Muhammad, dia menyuruh budaknya yang bernama Abd Allah b. Masud untuk mencari mayat Abu Jahl. Abd Allah b. Masud pergi dan menemukan Abu Jahl yang sekarat, tersengal-sengal, siap menghembuskan nafas terakhir. Abu Jahl masih bernafas ketika Abd Allah b. Masud berlari menyerbu dan memenggal kepalanya dan membawa kepala itu kepada majikannya. Dengan penuh rasa suka cita Muhammad berkata,”Kepala musuh Allah.” Abd Allah lalu melemparkan kepala Abu Jahl yang penuh darah ke kaki majikannya. Muhammad berkata,”Ini lebih berharga bagiku daripada unta2 terbaik di seluruh Arabia.” Lalu Muhammad menghadiahi Abd Allah b. Masud dengan pedang yang digunakan untuk membunuh Abu Jahl.
35 Ibn S’ad, vol.ii, p.18
36 Ibn Ishaq, p.304
37 Ibid
Hadis Sunaan Abu Dawud, Book 14, Number 2716:
Dikisahkan oleh Abdullah ibn Mas'ud:
Di perang Badr, Rasul Allah memberiku pedang Abu Jahl, karena aku telah membunuhnya. 


Hadis Sahih Bukhari, Volume 4, Book 53, Number 369:
Dikisahkan oleh 'Abdur-Rahman bin 'Auf:
Ketika aku berdiri di barisan hari itu di (perang) Badr, aku melihat ke sebelah kananku dan kiriku dan melihat dua anak muda Ansari dan aku berharap diriku lebih kuat dari mereka berdua. Seorang dari mereka berkata padaku,”O Paman! Apakah kau tahu Abu Jahl?” Aku berkata,”Ya, apa yang kau inginkan dari dia, O keponakanku?” Dia berkata, “Aku dikasih tahu bahwa dia suka menghina Rasul Allah. Demi Tuhan yang Tangan2Nya memiliki hidupku, jika aku melihatnya, maka tubuhku tidak akan meninggalkan tubuhnya sampai salah satu dari kami mati.” Aku terkejut mendengarnya. Lalu anak muda satunya juga mengatakan hal yang sama. Sesaat kemudian aku melihat Abu Jahl berjalan diantara orang2. Aku berkata (kepada kedua anak muda itu), “Lihat! Itu orang yang kau cari.” Maka keduanya langsung menyerang dia dengan pedang2 mereka dan membabat dia sampai mati dan lalu menghadap Rasul Allah untuk memberitahu kejadian itu. Rasul Allah bertanya,”Siapa diantara kalian berdua yang membunuhnya?” Keduanya berkata,”Aku telah membunuh dia.” Rasu Allah bertanya, “Sudahkah kau bersihkan pedang2mu?” Mereka menjawab,”Belum.” Dia lalu melihat pedang2 mereka dan berkata,”Tidak ragu lagi, kau berdua telah membunuh dia dan barang2 milik yang mati akan diberikan kepada Muadh bin Amr bin Al-Jamuh.” 


Kedua anak muda ini adalah Muadh bin 'Afra dan Muadh bin Amr bin Al-Jamuh. Ini Hadis yang mengisahkan akhir hayat Abu Jahl:
Hadis Sahih Bukhari, Volume 5, Book 59, Number 300:
Dikisahkan oleh Anas:
Sang Nabi berkata,”Siapa yang mau pergi dan melihat apa yang terjadi pada Abu Jahl?” Ibn Mas’ud pergi dan mendapatkan bahwa kedua anak Afra telah melukainya dengan fatal (dan dia masih bernapas walaupun hampir mati). 'Abdullah bin Mas'ud berkata, “Apakah kau Abu Jahl?” sambil menjambak janggutnya. Abu Jahl berkata, “Adakah orang yang lebih hebat dari orang yang telah dibunuhnya atau orang yang telah dibunuh kelompoknya?”


Pertempuran sudah selesai, Muhammad memerintahkan agar semua mayat2 musuh, termasuk mayat Abu Jahl dan kepalanya, dibuang ke dalam sebuah sumur. 24 mayat kafir dibuang ke dalam sumur. (Lihat Sahih Bukhari, vol. 5, book 59, number 314). Ketika ini selesai dilakukan, Muhammad berdiri di pinggir sumur, berkata pada mayat2 orang Quraish itu [38], berpidato panjang lebar pada mereka karena tidak percaya dan menolak dia sebagai Rasul Allah. Ketika para Muslim bertanya padanya apakah orang mati bisa mendengar, Muhammad menjawab bahwa orang mati bisa mendengar lebih baik daripada orang hidup, tapi mereka tidak bisa menjawab balik. Tubuh Umayyah b. Khalaf tidak dibuang ke dalam sumur. Tubuhnya mulai membusuk. Karena itu mereka menimbuninya dengan batu.
38 Ibn Ishaq, pp.305-306

Hadis Sahih Bukhari Volume 2, Book 23, Number 452:
Dikisahkan oleh Ibn 'Umar:
Sang Nabi melihat pada (mayat) orang2 dalam sumur (tempat pembuangan mayat pagan di perang Badr) dan berkata,”Apakah kau telah menemukan apa yang Tuhanmu janjikan padamu?” Seseorang berkata,”Kau bicara sama orang mati.” Dia menjawab,”Kau tidak mendengar lebih baik daripada mereka, tapi mereka tidak dapat menjawab.”


Diantara tumpukan mayat orang adalah mayat Utba b. Rabiah, ayah dari Abu Hudhayfa, seorang Jihadis Islam yang baru saja bergabung. Ketika Muhammad melihat kesedihan di wajah Abu Hudhayfa, dia memberkatinya karena berpikir bahwa Hudhayfa merasa sedih melihat kematian ayahnya. Tapi Hudhayfa menjawab bahwa dia merasa sedih karena ayahnya tidak memeluk Islam, dan bukan karena ayahnya telah mati! Memang begitulah pengabdian dan kebutaan fanatik para Jihadis.

Setelah penguburan selesai dilakukan, orang2 Muslim tetap tinggal di medan perang sampai hari itu berakhir. Lalu mereka membawa kawan2 mereka yang mati dan terluka ke sebuah lembah, beberapa mil dari Badr dan menguburkan yang mati di sana. Sekarang waktunya membagi-bagi jarahan perang. Ketika tentara Quraish melarikan diri, para Muslim mengumpulkan harta benda mereka. Muhammad menjanjikan setiap Jihadis bahwa dia boleh mengambil jarahan perang milik musuh yang dibunuhnya sendiri. Jihadis yang tidak ikut perang secara langsung karena menjaga Muhammad juga ingin mendapat bagian yang sama banyaknya atas jarahan perang. Beberapa mengeluh karena Muhammad mengambil kain merah yang indah tanpa pengetahuan orang lain. Maka Allah lalu mengeluarkan Q 3:161:”Sang Nabi tidak akan menyembunyikan jarahan …, “ membebaskan Muhammad dari kecurangan pengambilan barang jarahan. Pertengkaran terjadi dalam pembagian barang jarahan tentang siapa yang dapat lebih banyak atau lebih sedikit. Muhammad harus menengahi dengan ayat Q 8:41 dari Allah. Di ayat ini, yang maha kuasa mengumumkan seperlima barang jarahan harus diserahkan bagiNya dan Rasul kesayangannya. Muhammad malahan juga mengatakan bahwa barang jarahan adalah sah hanya bagi dia dan tidak bagi nabi2 lain karena dialah yang paling dikasihi Allah. Dengan perintah seperti ini dari Allah, sisa barang jarahan dikumpulkan jadi satu untuk dibagi-bagi kemudian. Seorang perwira bernama Abdullah b. Ka’b ditunjuk sebagai penjaga barang jarahan. Tentara Muslim lalu berbaris kembali ke Medina.

Hari berikutnya, barang2 jarahan dibagi-bagi di bawah pohon dekat Saffra. Semua orang dapat bagian yang sama setelah seperlima dipisahkan untuk Muhammad. Tentara berkuda dapat dua porsi ekstra untuk kuda mereka. Setiap orang dapat unta, kursi berlapis kulit, dan barang2 lain. Muhammad mengambil unta yang terkenal milik Abu Jahl. Dia kemudian menggunakannya untuk pergi menyerang daerah lain dan sebagai pejantan untuk menghasilkan unta2 baru. Dengan ayat Q 55:45, dia menyatakan bahwa barang jarahan adalah hadiah dari Allah, dan dia juga mengambil pedang Dhu al-Faqr milik Munabbih b. al-Hajjaj. Untuk aturan pembagian jarahan, dia memberi hak khusus bagi dirinya sendiri untuk boleh memilih barang yang paling dia sukai sebelum barang2 jarahan dibagi-bagikan. Tawanan2 perang juga dibagi-bagikan diantara orang2 Muslim dan nasib mereka nanti akan ditentukan di Medina.

Sifat sebenarnya Muhammad yang haus darah tampak saat tentara2 Muslim berhenti di Saffra. Ketika sedang membagi-bagikan tawanan, Muhammad mengenali al-Nadr b. al-Harith, penyair Quraish yang ditangkap Jihadis. Dulu waktu Muhammad masih tinggal di Mekah, al-Nadr menyusun ayat2 yang lebih bagus daripada Qur’an. Muhammad benci sekali terhadap komposisi ayat al-Nadr. Sebagaimana disinggung di Q 8:31 (Dashti, hal. 47), Al-Nadr b. al-Harith juga mengritik ayat2 Qur’an dengan mengatakan ayat2 itu hanyalah dongeng kuno yang telah didengar orang2 Mekah. Muhammad tidak punya ampun bagi Al-Nadr b. al-Harith. Untuk memuaskan keinginan balas dendamnya, sang Nabi penuh kasih ini memerintahkan agar Al-Nadr yang telah tak berdaya itu dibunuh. Ali melaksanakan perintah Muhammad dengan memenggal kepala Al-Nadr di Saffra, tepat di hadapan Muhammad.[39] Inilah contoh toleransi dari ciptaan Allah yang terbaik terhadap lawannya yang berani menantangnya secara intelektual. Rodinson [40] menulis bahwa Muhammad sangatlah sensitif (gampang tersinggung) pada celaan intelektual terhadap dirinya. Setelah menghabisi pengritiknya, Muhammad dengan puas memerintahkan rombongan melanjutkan perjalanan ke Medina.

Dua hari kemudian, tentara Muslim berhenti di Irqu’l-Zabya, jalan di tengah2 Badr dan Medina. Di sini Rasul Allah sekali lagi ingin memuaskan nafsunya akan darah dan dendam. Tawanan perang bernama ‘Uqbah b. Abi Muyat yang anak perempuannya menikah dengan anak laki Abu Sufyan yang bernama Amr b. Abi Sufyan, diperintahkan untuk dibunuh. ‘Pelanggar hukum’ ini meminta ampun dengan menyebutkan nama anak perempuannya. Tapi Muhammad tidak memberikan ampun baginya. Apakah yang dilakukan ‘Uqba sehingga dia layak menerima hukuman yang sangat berat dari sang Nabi yang penuh belas kasihan dan kebaikan ini? Muhammad mengaku bahwa ‘Uqba menyakitinya ketika dia berkhotbah tentang agamanya yang penuh cinta dan kasih sayang (Islam) di Ka’aba. Tanpa menunjukkan setitik pun belas kasih terhadap musuhnya yang sudah kalah, Muhammad memerintahkan pembunuhan atas ‘Uqba. Ini yang ditulis oleh Ibn Ishaq: “Ketika sang Rasul memerintahkan agar dia dibunuh, ‘Uqba berkata, ‘Tapi siapa yang akan mengurus anak2ku, O Muhammad?’ ‘Neraka’, jawab Muhammad dan setelah itu ‘Asim b. Thabit b. Abul-Aqlah al-Ansari membunuhnya. Demikianlah yang dikatakan Abu ‘Ubayda b. Muhammad b. ‘Ammar b. Yasir padaku. Biografer lain menulis bahwa Ali-lah yang membunuh ‘Uqba.

Tentang pembunuhan terhadap kedua tawanan ini, Rodinson [41] (Rodinson, hal. 168) menulis, “Di lain pihak dia mengumbar kemarahannya terhadap dua orang yang sudah menyerangnya secara intelektual. Kedua orang ini telah mempelajari sumber2 Yahudi dan Persia dan mereka menanyakan banyak pertanyaan yang sulit dijawab Muhammad. Mereka menghinanya dan pesan ilahinya sekalian. Tiada ampun bagi keduanya.”

Dua tawanan lain yang juga dibunuh adalah Naufal b. Khuweilid (dibunuh Ali) dan Mabad b. Wahb (dipancung Umar). Dilaporkan bahwa Mabad b. Wahb tidak mau mengaku kalah dan memuji-muji al-Lat dan al-Uzza (dua dewa berhala) di hadapan Muhammad.[42] Alasan pembunuhan terhadap Naufal tidak diketahui. Jadi semuanya ada 7 tawanan perang yang dibunuh sebelum tentara Muslim dan tawanan lain tiba di Medina.

Untuk menyebarkan berita kemenangan Muslim di Badr, Muhammad mengirim Zayd b. Harith ke Medina duluan sebelum kedatangan rombongan tentara Muslim. Ketika Zayd tiba di Medina, dia mendengar berita kematiah Ruqayyah, anak perempuan Muhammad. Orang2 sedang mempersiapkan kuburannya ketika Zayd datang membawa berita kemenangan Muhammad di Badr.
39 Ibn Ishak, p.337
40 Rodinson, p.168
41 Rodinson, p.168
42 Muir, p.109, footnote 48

Sehari kemudian Muhammad tiba di Medina dengan jarahan perang dan menerima berita sedih tentang kematian dan penguburan anaknya Ruqayyah sewaktu dia tidak berada di sana. Seperti telah disebutkan sebelumnya, suami Ruqayyah adalah Uthman b. Affan yang tidak bisa ikut merampok karena istrinya sakit. Meskipun begitu, Muhammad menghadiahi menantunya jatah jarahan yang sama dengan tentara yang ikut perang. Beberapa bulan kemudia Uthman menikah dengan anak perempuan Muhammad yang belum menikah, yakni Umm Kulthum, yang sebelumnya menikah dengan anak Abu Lahab, tapi akhirnya berpisah dengannya. Ketika orang2 memberi selamat kepada para Jihadis atas barang2 jarahan, para Jihadis membual tentang pembantaian kaum pagan. Banyak Jihadis yang mengaku bahwa membantai kafir ternyata menyenangkan.[43]

Keesokan harinya di waktu malam, kelompok akhir Jihadis datang dengan para tawanan di Medina. Melihat keadaan para tawanan yang menyedihkan ini, banyak orang2 Medina yang jatuh kasihan terhadap mereka. Bagaimana pun juga para tawanan itu adalah dari suku yang sama dengan mereka dan sedarah. Belas kasihan ini bisa dilihat dari sikap yang ditunjukkan Sauda, yakni istri kedua Muhammad, kepada seorang tawanan. Sauda pergi untuk menghibur anggota keluarga Afra, warga Medina yang berduka cita karena kehilangan dua putra di Badr. Waktu dia kembali, dia melihat Abu Yazid Suhayl b. Amr, saudara laki suaminya yang dulu (jadi Abu Yazid adalah saudara ipar Sauda), dan sekarang Abu Yazid jadi tawanan perang berdiri di depan rumah Sauda dengan kedua tangan terikat di belakang lehernya. Sauda berkata daripada jadi tawanan perang, seharusnya Abu Yazid lebih baik memilih mati dengan terhormat di medan perang. Muhammad menegurnya karena berkata begitu. Dengan penuh rasa kasihan dan sayang, Sauda hendak melepas ikatan tangan Abu Yazid, tapi Muhammad dengan galak melarangnya melakukan hal itu. Dari cerita Sauda kita tahu bahwa saat itu para wanita Arabia tidak diharuskan memakai jilbab dan mereka bisa bebas pergi ke mana mereka mau.[44] Penggambarannya tentang sikap keras Muhammad juga membantah anggapan orang bahwa hubungan Muhammad dan istri2nya penuh kasih dan ramah tamah. Sauda dengan jelas berkata bahwa dia benar2 takut akan Muhammad. Inilah kata2nya yang asli: “Tiba2 suara Muhammad mengejutkanku: “Sauda, kamu mau cari masalah melawan Tuhan dan RasulNya?” Aku berkata,”Demi Tuhan, aku tidak dapat menahan diri waktu aku melihat Abu Yazid dalam keadaan seperti itu dan kukatakan apa yang kulakukan.”[45]

Meskipun begitu, secara keseluruhan orang2 Medina memperlakukan para tawanan dengan baik. Mereka diberi makan dan naungan dan tidak disiksa, meskipun dilaporkan bahwa Hazrat Umar ingin mencabut gigi2 Suhayl (tawanan perang) dengan berkata pada Rasul Allah: ‘Biarkan saya cabut dua gigi depan Suhayl agar lidahnya keluar dan dia tidak bisa berkata melawanmu.’[46] Tapi Muhammad melarang penyiksaan ini. Perlakuan baik terhadap tawanan Medina juga perlu dilakukan orang2 Muslim jika mereka ingin dapat uang tebusan yang besar dari sanak saurdar para tawanan – dan mereka (para Muslim) tahu akan hal ini. Kebaikan orang2 Muslim menarik hati beberapa orang Medina untuk masuk Islam dan tinggal menetap di Medina kemudian, dikabarkan begitu. Dikisahkan bahwa ketika Muhammad memerintah agar semua tawanan diikat, paman Muhammad yang bernama al-Abbas juga dirantai. Muhammad tidak bisa tidur sampai pengikutnya melepas rantai al-Abbas.[47]
43 Tabari, vol. vii, p.65
44 Ibn Ishaq, p.309
45 Ibid
46 Ibn Ishaq, p.312; Tabari, vol.vii, p.71
47 Tabari, vol.vii, p.69

Ketika rasa sukacita kemenangan oleh tentara Muslim perlahan berakhir, maka sekarang waktunya untuk mengambil keputusan tentang nasib para tawanan. Telah disebutkan sebelumnya bahwa sejak semula, Jihadis fanatik bernama Sa’d b. Muadah ingin membunuh semua tawanan Muslim. Hazrat Umar juga ingin memancung semua tawanan, dan dia mengusulkan saudara membunuh saudara, dan Abu Rawaha ingin membakar mereka hidup2. Muhammad tidak bisa mengambil keputusan akan hal ini. Dia pun ingin membunuh semua tawanan kecuali beberapa orang. Abu Bakr mengusulkan untuk meminta uang tebusan bagi para tawanan. Tiba2 Muhammad melihat keuntungan dari usul Abu Bakr. Dia melihat kesempatan dapat uang bagi pengikutnya yang miskin papa itu. Seketika itu pula dia mengaku bahwa Allah (melalui Jibril) telah mengirim ayat Q 8:6-7 yang mengijinkan dia untuk meminta uang tebusan setelah membantai musuh, dan di ayat Q 8:68, Allah mengijinkan dia untuk menikmati harta jarahan. Dua ayat ini membuat kompromi antara hal membantai semua tawanan dan mengambil uang tebusan untuk membebaskan tawanan.

Sekarang yang paling dipikirkan Muhammad adalah Abu al-Aas, menantunya, yang (seperti telah ditulis sebelumnya) jadi tawanan perang. Ketika anak perempuan Muhammad yang tertua, Zaynab (yakni istri Abu al-Aas yang tinggal di Mekah), mendengar bahwa suaminya ditangkap, dia mengirim uang dan kalung Khadijah (ibunya, dan istri pertama Muhammad) sebagai tebusan agar suaminya dibebaskan. Akhirnya hati Muhammad melembut (meskipun hanya sedikiiiiit saja) ketika melihat kalung almarhum istrinya Khadijah. Dia khawatir dan mulai memikirkan tentang Abu al-Aas dan anak perempuannya. Keesokan harinya, di mesjidnya, dia meminta pendapat para Jihadis akan hal ini. Mereka setuju untuk membebaskan Abu al-Aas tanpa tebusan dan dia boleh kembali ke Mekah. Muhammad jadi lega dan membebaskan Abu al-Aas, tapi dengan syarat waktu dia tiba di Mekah, Abu al-Aas harus menceraikan Zaynab dan mengirimnya ke Medina untuk hidup bersama Muhammad. Abu al-Aas berjanji akan membiarkan Zaynab pergi ke Muhammad di Medina dan memang begitulah yang dia lakukan ketika tiba di Mekah. Dia lalu mengatur kepergian Zaynab dari Mekah. Saat itu, Hind (istri Abu Sufyan) bersikap ramah pada Zaynab. Meskipun ada permusuhan besar diantara Muhammad dan Abu Sufyan, Hind dengan suka rela menyediakan segala kebutuhan untuk membantu Zaynab pergi menemui ayahnya. Tapi Zaynab ingin pergi diam2. Jadi pada saat yang tepat, Zaynab meminjam seekor unta untuk pergi ke Medina. Kakak laki iparnya menemani dia. Ketika mengetahui kepergian Zaynab, dua orang Quraish mengejar unta Zaynab dan menangkapnya di Dhu Tuwa. Seorang Quraish yang bernama Habbar b. al-Aswad mengancam dia dengan tombaknya. Saat itu Zaynab sedang hamil. Dilaporkan bahwa dia jatuh dari unta dan mengalami keguguran. Lalu Habbar menyakiti Zaynab, tapi Abu Sufyan menengahi dan membiarkan Zaynab luput dari serangan Habbar. Abu Sufyan sama sekali tidak punya rasa dendam terhadap Zaynab dan dia menasehati Zaynab untuk meninggalkan Mekah diam2. Beberapa hari kemudian, ketika ribut2 tentang perang Badr telah mereda, Zaynab diam2 melarikan diri dari Mekah di malam hari.

Berikutnya adalah menentukan nasib al-Abbas, yakni paman Muhammad. Para Jihadis membawa al-Abbas yang telanjang ke hadapan Muhammad. Muhammad harus mencari baju bagi pamannya yang telanjang. Ini Hadisnya.

Hadith Sahih Bukhari, Volume 4, Book 52, Number 252:
Dikisahkan oleh Jabir bin 'Abdullah:
Saat di hari perang Badr, para tawanan perang dibawa termasuk Al-Abbas yang telanjang. Sang Nabi mencari baju baginya. Lalu didapatkan bahwa baju 'Abdullah bin Ubai cocok ukurannya, lalu sang Nabi mengijinkan dia (Al-Abbas) memakainya. Inilah alasan mengapa sang Nabi pergi dan menyerahkan bajunya sendiri kepada ‘Abdullah (pencerita menambahkan,”Dia membantu sang Nabi dan karenanya Nabi suka menghadiahi dia.”)


Karena al-Abbas adalah orang yang kaya, Muhammad menentukan bahwa al-Abbas harus menebus dirinya sendiri, dan juga kemenakan2 dan rekan2nya. Mendengar ini, al-Abbas mengaku bahwa diam2 dia juga adalah seorang Muslim dan dia dipaksa perang melawan Muslim. Muhammad tetap ingin minta uang tebusan dari al-Abbas. Sebenarnya Muhammad pun berhutang pada al-Abbas, tapi ketika al-Abbas meminta agar utang Muhammad dijadikan uang tebusan dirinya, Muhammad menolak. Begitulah rakusnya sang Nabi penuh kasih ini kalau sudah urusan duit. Akhirnya Muhammad mengambil 20 ons emas (sekitar US$ 8.000 dalam nilai uang sekarang) dari al-Abbas untuk membebaskan dirinya.

Pada awalnya, orang2 Quraish menurut saja untuk membayar uang tebusan agar orang2 Muslim tidak meminta harga mahal untuk membebaskan mereka. Abu Sufyan menolak membayar uang tebusan apapun bagi anak lakinya ‘Amr. Ketika seorang Muslim bernama Sa’d b. al-Numan pergi ke Mekah untuk ibadah Umroh, Abu Sufyan menangkap dan menyaderanya untuk ditukar dengan anak lakinya, ‘Amr. Muhammad tidak punya pilihan selain membebaskan ‘Amr b. Abi Sufyan untuk kebebasan Sa’d. Muhammad ngotot minta uang tebusan tinggi bagi seorang Mekah karena anaknya adalah pedagang kaya. Anaknya lalu membayar uang tebusan sebesar 4.000 Dirham agar ayahnya dibebaskan.

Secara keseluruhan, Muhammad menerima banyak uang dari tebusan tawanan Quraish. Jumlah uang tebusan bagi setiap tawanan berkisar antara 1.000 Dirham sampai 4.000 Dirham. Dilaporkan bahwa orang2 Quraish membayar 250.000 Dirham [ya, seperempat juta Dirham; pakailah calculator-mu dan perkirakan berapa besar jumlah uang ini dalam nilai uang saat ini; gunakan perbandingan ini: 1 Dirham = 1/10 Dinar, 1 Dinar = 4.235 grams emas; dan jangan lupa bahwa 1 ons = 32.1 gram] untuk membebaskan kawan2 dan sanak saudara mereka yang ditawan di perang Badr II. Rata2 uang tebusan setiap tawanan adalah 4.000 Dirham.[48] Sahih Bukhari menyatakan bahwa di samping uang jarahan dan tebusan, setiap Jihadi menerima uang pensiun sebesar 5.000 Dirham setiap tahun. (komentarku: Wah, jelas saja banyak yang masuk Islam, ini sih jauh lebih top daripada sekedar semangkuk supermi)

Hadith from Sahih Bukhari, Volume 5, Book 59, Number 357:
Dikisahkan Qais:
Prajurit2 (yang bertempur di) Badr masing2 diberi 5.000 Dirham setiap tahun. ‘Umar berkata,”Aku pasti akan memberi mereka lebih daripada memberi orang lain.”


Beberapa tawanan yang tidak punya uang tebusan menawarkan diri untuk mengajar sepuluh anak2 laki Muslim membaca dan menulis bagi setiap tawanan. Ketika masa pengajaran tuntas, para tawanan kemudian dibebaskan. Dikatakan bahwa Zayd ibn Thabit yang adalah seorang penyair (nantinya jadi juru tulis Muhammad) belajar menulis dari kesempatan ini. Ini memberitahu kita bahwa banyak orang Mekah yang bisa membaca sedangkan para pengikut Muhammad kebanyakan buta huruf. Meskipun begitu para Muslim menyebut orang Mekah ‘tak berpengetahuan’!
48 Hamidullah, p.43

Kemenangan Badr membuka babak baru dalam perkembangan dalam timbulnya iman Islam. Setelah menyadari ampuhnya kekuatan pedang, Muhammad sekarang yakin bahwa untuk memenangkan doktrin fasisme-nya, dia harus menggunakan cara militer. Sejak saat itu, pedang menjadi bahasa Islam (lihatlah bendera Saudi Arabia) danmelakukan peperangan untuk merampas barang jarahan dan sandera jadi modus operandi para Jihadis baru sebagai mata pencarian dan menambah kekayaan. Maxine Rodinson [49] mengomentari hal ini dengan menulis bahwasatu2nya tujuan perang Badr II adalah barang jarahan. Kemenangan Badr menjadi titik awal agama Muhammad, dan orang2 non-Muslim melihat Islam sekarang berhubungan dengan rasa takut, teror, perampokan dan pertumpahan darah. Di lain pihak, orang2 Quraish dan pagan jadi sadar akan perlunya kemenangan militer untuk menahan menyebarnya ancaman Islam.
49 Rodinson, p.164

http://www.mukto-mona.com/Articles/kasem/
Bagian Empat
'Kalau dijabarkan dengan istilah psykologi, seorang fanatik adalah orang yang secara sadar mematikan keraguan dalam hatinya’ ---Aldous Huxley (1894-1963)50

Teror Sepuluh
Pembunuhan atas Asma bt. Marwan di Medina oleh Umayr b. Adiy al-Khatmi —March, 624M 


Seketika setelah dia mendapat kemenangan di Badr, Muhammad merasa cukup kuat untuk menutup mulut para pengritiknya yang tidak suka akan kehadirannya di Medina, dan juga gerombolan perampoknya yang menakutkan bagi penduduk Medina dan memecah belah mereka semua. Banyak orang Yahudi yang merasa khawatir akan kekuatan tentara Muslim dan merasa takut kalau mereka jadi korban Muhammad yang berikutnya karena para Yahudi itu kaya raya. Di waktu itu, cara yang paling sukses dalam mengutarakan pendapat dan kritik kepada lawan adalah melalui puisi. Kalau dibandingkan, para penulis puisi jaman itu adalah seperti jurnalis pada jaman ini. Salah satu penulis puisi waktu itu adalah Asma bint Marwan. Dia berasal dari suku B. Aws dan dia tidak menyembunyikan ketidaksukaannya terhadap Islam. Dia menikah dengan Yazid b. Zayd yang berasal dari Banu Khatma, dan punya lima anak laki dan seorang bayi yang sedang menyusui. Beberapa penulis biografi mengatakan bahwa ayahnya mungkin adalah seorang Yahudi. Setelah perang Badr, dia menulis puisi satir. Syair2 puisi itu menyebar dari satu mulut ke mulut yang lain sehingga akhirnya sampai ke telinga para Muslim dan mereka sangat tersinggung. Muhammad paling tidak tahan kata2 sindiran atau makian.[51] Karena itu Muhammad yang sangat marah akan syair2 itu memutuskan sudah saatnya untuk menyingkirkan Asma.

Di mesjidnya malam itu, Muhammad mencari seorang sukarelawan untuk membunuh Asma bt. Marwan. Seorang buta bernama Umayr b. Adiy al-Khatmi yang berasal dari suku yang sama dengan suku suami Asma (yakni Banu Khatma) bersedia melaksanakan pekerjaan itu. Di tengah malam, dia mengendap-endap masuk ke rumah Atma. Anak2nya yang masih kecil tidur mengelilingi Asma ketika dia sedang tidur. Saat itu bayinya sedang menyusu di dadanya. Orang buta itu meraba diam2 dengan tangannya, memindahkan bayi itu dari dada Asma dan dengan sekuat tenaga membenamkan pedangnya ke perut Asma sampai menembus punggungnya. Tusukan pedang yang kuat ini langsung mematikan Asma saat itu juga. Ini terjadi lima hari sebelum bulan suci puasa Ramadan berakhir di mana seharusnya Muslim tidak boleh menumpahkan darah.[52]

Setelah membunuh Asma, keesokan harinya Umayr sang pembunuh pergi sembahyang ketika Muhammad juga berada di situ. Muhammad sangat ingin tahu apakah tugas pembunuhan berhasil dilaksanakan atau tidak. Dia bertanya pada Umayr, “Apakah kau sudah membunuh anak perempuan Marwan?” Ibn S’ad [53] berkomentar bahwa inilah kalimat yang pertama didengar Umayr dari Muhammad di hari itu. Ketika Umayr berkata bahwa Asma telah dibunuh, Muhammad berkata, “Kau telah menolong Tuhan dan RasulNya, O Umayr!” Ketika Umayr bertanya apakah dia nantinya harus menanggung dosa pembunuhan yang dilakukannya atas Asma, sang Rasul menjawab,”Dua kambing tidak akan saling menumbukkan kepalanya tentang dia.”[54] Muhammad lalu memuji Umayr atas pembunuhan itu di depan semua orang yang berkumpul hendak sembahyang. Lalu Umayr kembali ke tempat tinggalnya. (Catatan: beberapa biografer berpendapat bahwa Umayr adalah bekas suami Asma). Lima hari kemudian para Muslim merayakan Eid yang pertama (puasa berakhir)!
50 Proper Studies (1927)
51 Rodinson, p.176
52 Ibn Sa’d, vol. ii, p.30
53 Ibn S’ad, vol. ii, p.31
54 Ibn Ishak, p.676

Ketika Umayr kembali ke Medina, dia berjumpa dengan anak2 laki Asma yang sedang menguburkan jenazah ibunya. Mereka menuduh Umayr membunuh ibu mereka. Tanpa ragu, Umayr mengaku pembunuhan itu dengan sombon dan mengancam akan membunuh seluruh keluarga mereka jika mereka berani mengejek sang Nabi yang penuh kasih dan pengampunan. Ancaman ini ternyata mujarab sekali. Seluruh suku suami Asma (Banu Khatma) yang diam2 membenci Islam, sekarang terang2an jadi taat agar nyawa mereka selamat. Ibn Ishak menulis, “Itulah hari pertama di mana Islam menjadi kuat diantara B. Khatma. Hari di mana Bint Marwan dibunuh menjadi saat orang2 B. Khatma jadi Muslim karena mereka melihat kekuatan Islam.”.[55]

Muhammad dan pengikutnya sekarang yakin bahwa teror, perampokan, pembunuhan politik memang benar2 berhasil untuk Islam.


Teror Sebelas 
Pembunuhan Abu Afak di Medina oleh Salim b. ‘Umayr—April, 624M


Abu Afak adalah seorang Yahudi di Medina yang telah sangat tua usianya, yakni sekitar 120 tahun. Dia aktif melawan agama Muhammad. Dia juga menyusun puisi satir yang menjengkelkan orang2 Muslim. Sebulan setelah kemenangannya di Badr, Muhammad menunjukkan batas toleransinya pada lawan intelektualnya dengan mengutarakan keinginannya untuk mengenyahkan orang tua ini. Di mesjidnya, Rasul Allah mencari sukarelawan dengan berkata, “Siapa yang mau berhadapan dengan bangsat ini demi aku?”[56]

Seorang yang baru saja memeluk Islam yang bernama Salim b.‘Umayr, kakak laki B. ‘Amr b.’Auf dari suku B. Amr menyatakan bersedia melakukan tugas itu. Dia membunuh Abu Afak dengan satu tebasan pedangnya ketika orang tua itu sedang tidur di luar rumahnya. (Beberapa biografi menulis bahwa Abu Afak-lah yang duluan dibunuh sebelum Asma). Ibn S’ad menuliskan pembunuhan kejam ini:
“Dia menunggu kesempatan sampai malam hari yang panas tiba, dan Abu Afak tidur di luar rumah. Salim b. ‘Umayr mengetahui akan hal ini, jadi dia menempatkan pedangnya di posisi hati Abu Afak dan membenamkannya sampai tembus ke ranjangnya. Musuh Allah menjerit dan orang2 pengikut Muhammad menyerbunya, membawanya ke dalam rumah dan menguburnya.”[57]

Pembunuhan licik ini membuat takut semua orang Medina yang benci Muhammad dan agamanya. Orang2 Yahudi juga jadi takut.
55 Ibid
56 Ibid, p.675
57 Ibn Sa’d. vol.ii, p.31

Teror Dua Belas 
Peristiwa al-Sawiq di Qarkarat al-Qudr oleh Muhammad—April, 624M 


Operasi militer ini adalah usaha penelaahan keadaan oleh orang2 Quraish untuk mengukur kekuatan dan kesiapan Muhammad untuk melakukan serangan2 baru terhadap orang2 Mekah. Setelah mengalami kekalahan memalukan di Badr II di tangan kekuatan baru Jihadis Islam, Abu Sufyan b Harb, sang pemimpin Quraish bersumpah untuk tidak akan menyentuh wanita sampai dia menghancurkan suku2 al-Aws dan al-Khazraj.[58] Dia mengumpulkan 200 pasukan, mengambil jalan timur menuju Nejd dan diam2 tiba di malam hari, di daerah tempat tinggal suku Yahudi, Banu Nadir. Akan tetapi, ketua suku Yahudi yang bernama Huwey tidak mau menerima mereka di daerah Yahudi. Lalu Abu Sufyan pergi bermalam di tempat Sallam b. Mishkan (yang juga dikenal sebagai Abu Rafi), yakni orang Yahudi terkemuka lainnya dari B Nadir. Sallam dengan ramah menerima Abu Sufyan dan kelompoknya malam itu dan memberi informasi tentang keadaan di Medina. Di waktu subuh, Abu Sufyan bergerak diam2 dan tiba di ladang jagung dan kebun palem Urayd, suatu tempat yang jauhnya sekitar 2 atau 3 mil ke arah timur laut Medina. Dia membakar perkebunan ini dan membunuh dua petaninya. Lalu dia kembali ke Mekah. Berita ini menyebar ke Medina dan orang2 Muslim pun bersiap-siap. Muhammad mengikuti jejak tentara Abu Sufyan dan pergi sampai jauh ke Qarkarat al-Qudr. Akan tetapi usahanya nihil. Orang2 Muslim mengumpulkan barang2 bawaan yang dibuang oleh orang2 Quraish untuk memperingan beban kudanya sewaktu kembali ke Mekah. Orang2 Muslim membawa kembali barang2 itu yang kebanyakan adalah gandum dan sejenisnya. Peristiwa ini dikenal sebagai peristiwa Sawiq.


Terror Tiga Belas 
Penyerangan di Qarkarat al-Qudr Melawan orang2 Ghatafan dan Banu Sulaym dipimpin oleh Muhammad—May, 624M


Penyerangan ini dilakukan melawan suku nomad Sulaym dan Ghatafan yang tinggal di daerah Nejd, sebelah Timur Medina. Suku2 ini berasal dari keturunan yang sama dengan suku Quraish. Muhammad mendengar dari mata2nya bahwa ada kemungkinan suku2 ini melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Abu Sufyan terhadap daerah sekitar Medina beberapa saat yang lalu. Lalu Muhammad bertekad untuk menyerang mereka secara tiba2. Dia mengumpulkan 200 orang dan pergi sampai ke Qarkarat al-Qudr tapi menemukan tempat itu sepi tak berpenghuni. Yang tampak hanyalah 500 ekor unta yang dijaga seorang anak laki. Muhammad mengambil ke 500 unta itu sebagai barang rampasan [59] dan membagi-baginya diantara pengikutnya, dan mengambil 1/5 jumlah unta bagi dirinya sendiri (Berapakah harga seekor unta? Menurut perkiraanku adalah seharga $300/ekor. Jadi rampokan ini berharga sekitar $150.000). Ini berarti dari rampokan ini dia mendapat 100 unta (kira2 seharga $30.000) untuk dirinya sendiri. Jihadis lain mendapat dua unta per orang.[60] Anak gembala unta disandera tapi kemudian dibebaskan karena menerima Islam. Setelah merampok unta2 itu, Muhammad tinggal di Qarkarat al-Qudr selama tiga malam dan kembali ke Medina tanpa pertempuran. Setelah kembali ke Medina, dia menerima semua uang tebusan dari tawanan2 perang Quraish di perang Badr II.[61]

Uang tebusan yang besar dari Quraish dan unta2 dari Qarkarat al-Qudr membuat Muhammad jadi amat kaya raya dalam waktu yang sangat singkat; dan ini meniadakan kesulitan ekonomi bagi dirinya dan pengikutnya, setidaknya untuk sementara waktu. Ini sungguh merupakan alasan yang meyakinkan untuk tetap memeluk Islam, jika ingin tetap kaya!
58 Ibn Ishaq, p.362
59 Haykal
60 Ibn Sa’d, vol.ii, p.35
61 Ibn Ishak, p.360

Meskipun begitu, uang dan barang2 jarahan ini tidak cukup memuaskan keserakahan akan harta para Jihadis yang baru direkrut. Muhammad sekarang mencari kesempatan untuk dapat uang lebih banyak lagi dan hanya orang2 Yahudi di Medina yang dapat menyuplai uang sebanyak itu. Dia tahu akan kekuatan fisik para pengikutnya yang fanatik dan dia sedang menunggu kesempatan untuk menggunakan kekuatan ini untuk menyerang dan menguasai tanah dan kekayaan orang2 Yahudi. Tak lama kemudian kesempatan ini datang.

Teror Empat Belas 
Pembersihan Ras Yahudi Banu Quaynuqa dari Medina oleh Muhammad—July, 624M


Seperti yang telah ditulis sebelumnya, dengan kemenangan penting dalam perang Badr II dan setelah pembunuhan atas para kritikus intelektualnya di Medina, Muhammad dengan cepat menyadari bahwa inilah waktunya untuk membuktikan bahwa “siapa kuat, dialah yang benar.” Dia juga tahu betul bahwa orang2 yang bisa menghalangi cita2nya untuk mendirikan kekuasaan dirinya dan Allahnya adalah kaum Yahudi. Kebanyakan orang2 Yahudi adalah pemilik perkebunan yang sukses di daerah pinggir Medina. Banyak diantara mereka yang bekerja sebagai pekerja ahli, pandai besi, tukang emas dan pedagang. Mereka adalah masyarakat yang kaya dan makmur, hidup di daerah mereka sendiri yang dibentengi di luar Medina dan hidup rukun dengan masyarakat Medina.

Yang paling terkemuka diantara masyarakat Yahudi adalah suku2 Banu Qaynuqa, Banu Nadir dan Banu Qurayza. Ketika Muhammad datang ke Medina, suku2 Yahudi ini membuat perjanjian dengannya untuk hidup damai dan membantunya jika Muhammad diserang. Meskipun begitu, kemenangannya di Badr II dan pembunuhan brutal yang dilakukan orang2 Muslim terhadap para intelek Medina membuat kaum Yahudi gelisah dan takut diserang.

Memang rasa takut mereka beralasan. Muhammad sekarang siap untuk membatalkan perjanjiannya dengan kaum Yahudi dan merampok mereka, merampas tanah mereka yang subur, produktif, dan kekayaan mereka yang melimpah. Bahkan Gabriel membawa pesan (8:58 ) dari Allah bahwa Muhammad bebas untuk membatalkan perjanjian dengan orang Yahudi. Dengan Allah di sisinya, Muhammad mulai mengancam B. Qaynuqa dengan konsekuensi Badr II jika mereka tidak mau masuk Islam. Suku B. Qaynuqa adalah yang terlemah diantara semua suku2 Yahudi di Medina. [62] Inilah yang dikatakan nabi ‘agama yang toleran’ kepada para Yahudi B. Qaynuqa di pasar mereka:
“O orang2 Yahudi, takutlah akan pembalasan yang Tuhan akan timpakan padamu seperti yang Dia timpakan kepada orang2 Quraish. Terimalah Islam, karena kau tahu aku adalah nabi yang dikirim Tuhan. Kau akan temukan ini juga di Alkitabmu dan di Perjanjian Tuhan denganmu”[63]

Mendengar ancaman Muhammad, orang2 Yahudi di pasar itu membalas dengan tidak mempedulikan ajakannya masuk Islam dan menantangnya secara militer. Ini jawaban mereka terhadap Muhammad:
“Muhammad, kaupikir kami ini seperti orang2mu? Jangan tertipu karena kau bertemu dengan orang2 yang tidak tahu berperang dan kau sedang dapat kesempatan baik. Demi Tuhan, jika kau berperang melawan kami, kamu akan tahu bahwa kami benar2 pria sejati!”[64] Maka Muhammad minta pajak Jizya dari orang Yahudi tapi mereka menghina Muhammad dengan mengatakan Allah-nya miskin. Allah yang marah di ayat Q 3:181 seketika menjanjjkan pembalasanNya terhadap orang2 Yahudi.[65]
62 Rodinson, p.172
63 Tabari, vol.vii, p.85
64 Ibid

Sikap menentang ini ternyata merupakan kesalahan fatal bagi pihak B. Qaynuqa karena sikap tak hormat ini sudah cukup buat Muhammad dan para Jihadisnya yang lapar akan barang jarahan untuk menunggu kesempatan menyerang mereka. Allah juga sudah memberikan ayat Q 3:12, 13, memastikan bahwa Muhammad akan menang melawan orang2 Yahudi. Lebih lagi, orang2 Muslim mengeluh akan perselisihan yang terjadi diantara B. Aws dan B. Khazraj karena orang2 Yahudi yang menceritakan tentang perang Buath, sehingga kedua suku ini berperang dengan sengitnya. Pada saat inilah Allah di Q 5:57melarang orang Muslim berteman dengan orang2 Yahudi dan Kristen.[66] Ketika perseteruan antara orang Muslim dan Yahudi mulai ada, sebuah kecelakaan terjadi dan Muhammad mengambil kesempatan yang sudah dia tunggu2 untuk menyerang orang2 Yahudi. Kecelakaannya adalah begini:
Seorang gadis Arab menikah dengan seorang Muslim Medina pergi ke toko ahli emas Yahudi di pasar tempat B. Qaynuqa. Ketika sedang menunggu pesanan, dia duduk. Seorang tetangga yang iseng diam2 mengikat ujung bawah roknya. Ketika dia berdiri, roknya lepas dan semua orang tertawa melihatnya. Dia menjerit malu. Seorang Muslim yang melihat kejadian ini lalu membunuh Yahudi iseng itu. Saudara laki Yahudi itu lalu membunuh Muslim ini. Keluarga Muslim yang terbunuh ini lalu minta orang2 Muslim Medina untuk membalas dendam.

Perseteruan sekarang menjadi umum dan Muhammad tidak melakukan apapun untuk meredakan situasi atau membawa orang yang bertanggung jawab untuk diadili. Dia dengan cepatnya mengumpulkan para pengikutnya di bawah bendera putih yang dipegang Hamzah dan berbaris pergi untuk menyerang suku Yahudi. Orang2 Yahudi berlinding dalam benteng mereka. Lalu Muhammad mengepung dan mengurung tempat tinggal mereka selama 15 hari. Orang2 Yahudi berharap dapat bantuan dari sekutu mereka suku Khazraj. Tapi pertolongan tidak datang. Karenanya mereka tidak punya pilihan lain kecuali menyerah pada Muhammad. Tangan mereka diikat di belakang punggung dan mereka sudah siap dibantai. Pada saat itu, Abd Allah ibn Ubayy yang adalah orang Khazraj yang baru masuk Islam (dia musuh besar Muhammad di Medina dan Muhammad memanggilnya seorang yang munafik) menengahi keadaan. Dia tidak tahan melihat sekutu lamanya orang Yahudi yang setia itu dibunuh dengan darah dingin. Dia memohonkan ampun kepada Muhammad, tapi Muhammad memalingkan mukanya. Abd Allah memaksa. Akhirnya Muhammad setuju dan tidak membunuh orang2 Yahudi. Dia lalu mengutuk Yahudi dan Abd Allah ibn Ubayy dengan kutukan Tuhan. Lalu Muhammad memerintah orang2 Yahudi B. Qaynuqa untuk meninggalkan Medina selama tiga hari.[67] Mereka digiring ke tempat pembuangan oleh Ubadah b. al-Samit ibn Samit, salah satu ketua suku Khazarite sampai sejauh ke Dhubab. Lalu orang2 Yahudi melanjutkan perjalanan ke Wadi al-Qura. Mereka juga dapat bantuan dari orang2 Yahudi yang tinggal di daerah itu dengan angkutan sampai mereka mencapai Adriat, daerah Syria di mana mereka tinggal secara permanen.

Jadi orang2 Yahudi B. Qaynuqa menyerahkan persenjataan dan mesin2 pertukangan emas dan dibuang dari Medina. Tentang hal ini Tabari menulis[68]: “Allah memberi mereka barang2 orang Yahudi sebagai barang jarahan bagi RasulNya dan orang2 Muslim. Orang2 Banu Qaynuqa tidak punya tanah karena mereka adalah ahli pandai besi. Rasul Allah mengambil banyak persenjataan yang mereka miliki dan peralatan mereka untuk berdagang.”

Terima kasih atas ijin Allah untuk menjarah dan merampok, sekarang Muhammad dan pengikut Muslimnya yang tadinya miskin papa sekarang jadi sangat amat kaya di Medina.
65 Rodwell, p.440, note 50
66 Ibn Ishaq, p.363
67 Rodinson, p.173
68 Tabari, vol.vii, p.87

 

Bagian Lima 
Fasisme adalah sebuah agama; abad ke 20 akan dikenal dalam sejarah sebagai abad Fasisme’ ---Benito Mussoline (1883-1945)[69]

Teror Lima Belas 
Penyerangan atas Suku Ghatafan di Dhu Amarr daerah Nejd oleh Muhammad—June, 624M 


Sebulan setelah usaha penyerangan di al-Sawiq, Muhammad mendengar bahwa sekelompok orang dari suku Ghatafan mengumpulkan tentara di Dhu Amarr di daerah Nejd dan tampaknya akan bertindak agresif. Karena itu Muhammad memimpin penyerbuan bersama 450 tentara [70] untuk mencari musuh dan menghancurkannya. Ini adalah pasukan tentara yang terbesar yang dipimpin Muhammad sebelum pertempuran Uhud.[71] Akan tetapi, pihak musuh mendengar keberangkatan pasukan Muhammad dan mereka lalu bersembunyi. Tentara Muhammad berhasil menangkap seseorang yang memberikan informasi tentang persembunyian orang2 Ghatafan; orang2 Jihadis Muslim lalu bergerak untuk menangkap mereka. Orang yang tertangkap tadi dipaksa masuk Islam dan Muhammad menggunakan dia sebagai pemandu. Pihak musuh mendengar kedatangan Muhammad dan mereka mencari perlindungan dengan pergi ke puncak bukit2. Tidak ada pertempuran yang terjadi. Muhammad menghabiskan waktu 11 hari untuk usaha penyerangan ini dan kemudian kembali ke Medina. Ibn Sa’d melaporkan bahwa seorang berusaha membunuh Muhammad ketika dia sedang tidur dan Allah menyatakan ayat Q 5:11 ketika orang itu gagal membunuh karena Muhammad mencari perlindungan Allah.[72]


Teror Enam Belas 
Penyerangan Kedua terhadap Banu Sulaym di al-Qudr daerah Buhran oleh Muhammad—July, 624M 


Tak lama setelah pengusiran suku Yahudi B. Qaynuqa dari Medina, Muhammad mendengar bahwa pasukan besar suku Banu Sulaym dari Buhran di al-Qudr bergerak menuju Medina. Panggilan Jihad dikeluarkan dan sekali lagi pasukan Muslim berjumlah 300 sampai 350 berkumpul dan bergerak untuk menyerang B. Sulaym di Buhran. Muhammad gagal menyergap mereka dan ketika dia tiba di tempat, pasukan musuh sudah berpencar. Dia tinggal di tempat itu selama tiga malam (atau 10 malam menurut Ibn Sa’d [73]) dan kembali tanpa bertemu musuh. Setelah kembali ke Medina, dia menerima seluruh uang tebusan dari para tawanan Quraish di perang Badr II.[74]
69 In Seldes, Sawdust Caesar
70 Haykal
71 Mubarakpuri, p.286
72 Ibn S’ad, p.40
73 Ibn Sa’d, p.41
74 Ibn Ishak, p.360

Teror Tujuh Belas
Pembunuhan atas Ka’b b. Ashraf di Medina oleh Muhammad b. Maslama—August, 624M 


Ka’b adalah seorang penulis puisi, anak laki dari orangtua Yahudi B. Nadir. Dia sangat sedih akan kemenangan para Muslim di Badr II. Dia tidak berusaha menyembunyikan kekecewaannya dengan cepatnya Muslim berkuasa di Medina. Dia pergi ke Mekah dan melalui puisinya, orang2 Quraish jadi ingin balas dendam. Sekembalinya ke Medina, dia membuat orang2 Muslim marah dengan mengarang puisi yang mengejek kaum Muslimah. Muhammad sangat jengkel dengan pernyataan perasaan bebas seperti ini yang bisa melemahkan moral pengikutnya. Dia berdoa kepada Allah untuk kematian Ka’b. Allah di ayat Q 4:52 juga mengutuk mereka yang berani mengritik Muhammad. Di mesjidnya, dia minta sukarelawan untuk membunuh Ka’b b. Ashraf. Muhammad b. Maslama yang berasal dari suku Banu Aws berdiri dan bersumpah untuk membunuh Ka’b b. Ashraf. Dia memilih empat orang lain dari suku B. Aws untuk menemaninya. Ketika pemimpin kelompok pembunuh ini mengatakan pada Muhammad bahwa untuk membunuh Ka’b mereka mungkin harus menipu dan berbohong, Muhammad tanpa ragu mengijinkan mereka untuk melakukan hal itu (baca kutipan Hadis di bawah).

Kelompok pembunuh ini lalu merencanakan untuk menjebak Ka’b b. Ashraf dengan kata2 manis dan janji2 palsu. Mereka mengajak Abu Naila, saudara angkat Ka’b b. Ashraf untuk tujuan ini. Abu Naila bertemu Ka’b dan pura2 pinjam uang darinya dan menjelek-jelekan Muhammad sang Nabi. Ka’b percaya padanya dan minta jaminan atas uang pinjaman. Abu Naila setuju untuk menggadaikan senjata2 mereka dan lalu diatur sebuah pertemuan di larut malam di rumah Ka’b. Di malam hari kelompok pembunuh berkumpul di rumah Muhammad sang Nabi. Sang Nabi pergi bersama mereka sampai di daerah luar kota. Mereka bersembunyi di bahwa semak2 di kuburan Muslim. Sang Nabi lalu pergi setelah memberkati mereka agar sukses melakukan misinya. Kelompok ini lalu bergerak maju dan tiba di rumah Ka’b. Ka’b sedang istirahat di tempat tidurnya bersama pengantin barunya. Abu Naila, saudara angkatnya, memanggil dia untuk ke luar rumah. Ketika Ka’b hendak turun, istrinya mencegahnya dengan selimutnya dan membujuknya agar tidak pergi. Ka’b menenangkan dia dengan mengatakan yang memanggilnya adalah saudara angkatnya sendiri. Dia lalu turun dan tidak curiga karena orang2 yang memanggilnya tidak membawa senjata. Mereka lalu berjalan bersama dan membicarakan jeleknya nasib Medina setelah Muhammad datang sampai mereka mencapai sebuah air terjun. Saudara angkat Ka’b mencium bau wangi dari rambut Ka’b dan Ka’b mengatakan bahwa itu adalah aroma pengantin barunya. Tiba2 Muhammad b. Maslama menjenggut rambut Ka’b dan menariknya ke tanah sambil berteriak, “Bunuh dia! Bunuh musuh Tuhan.” Orang2 lain lalu menusukkan pedang mereka ke tubuh Ka’b sampai dia mati sambil menjerit. Para pembunuhnya lalu memotong kepala Ka’b dan cepat2 pergi. Ketika mereka mencapai daerah kuburan, mereka mengucapkan Takbir (Allahu Akbar). Muhammad mendengar Takbir dan tahu bahwa tugas pembunuhan berhasil dilaksanakan. Para pembunuh melemparkan kepala Ka’b b Asharf di hadapan Muhammad. Seorang dari kelompok ini terluka saat melakukan pembunuhan. Sang Nabi memuji Allah akan apa yang telah terjadi dan menghibur yang terluka. 

Inilah Hadis Sahih Bukhari yang mengisahkan tentang pembunuhan atas Ka’b.
Hadith Sahih Bukhari, Volume 5, Book 59, Number 369:
Ditulis Jabir bin Abdullah:
Rasul Allah berkata “Siapakah yang mau membunuh Ka`b bin al-Ashraf yang telah menyakiti Allah dan RasulNya?” Berdirilah Maslama dan berkata,”O Rasul Allah! Maukah kamu agar aku membunuhnya?” Sang Nabi berkata,”Iya”. Maslama berkata, “Maka izinkan saya untuk berkata sesuatu (yang menipu Ka`b).” Sang Nabi berkata, “Silakan katakan.” Maslama mengunjungi Ka`b dan berkata,”Orang itu (Muhammad) menuntut Sadaqa (zakat) darim kami, dan dia telah menyusahkan kami, dan aku datang untuk meminjam sesuatu dari kamu.” Ka`b menjawab, “Demi Allah, engkau akan merasa lelah berhubungan dengan dia!” Maslama menjawab,”Sekarang karena kami sudah mengikuti dia, kami tidak mau meninggalkan dia kecuali dan sampai kami melihat bagaimana nasibnya akhirnya. Sekarang kami mau engkau meminjamkan dua ekor unta dengan satu atau dua buah bekal makanan.” Ka`b berkata, “Iya, tapi kalian harus menggadaikan sesuatu denganku.” Maslama dan kawannya berkata,”Apa yang kau inginkan?” Ka’ b menjawab, “Gadaikanlah istri2mu padaku.” Mereka menjawab, ”Bagaimana kami dapat menggadaikan istri2 kami padamu sedangkan kamu adalah orang yang paling tampan diantara orang2 Arab?” Ka`b berkata, "Kalau begitu gadaikan anak2 lakimu padaku.” Mereka berkata, “Bagaimana kami dapat menggadaikan anak2 laki kami padamu? Nanti mereka akan diejek orang2 yang mengatakan ini dan itu dan mereka telah digadaikan dengan seekor unta penuh bekal makanan. Ini akan membuat kami sangat malu, tapi kami mau menggadaikan senjata2 kami padamu.” Maslama dan kawannya berjanji pada Ka`b bahwa Maslama akan kembali padanya. Dia kembali pada Ka`b pala malam harinya bersama saudara angkat Ka`b, yakni Abu Na'ila. Ka`b mengajak mereka ke bentengnya dan dia pergi bersama mereka. Istrinya bertanya, "Hendak ke manakah kau selarut ini?" Ka`b menjawab,"Maslama dan saudara (angkat) ku Abu Na'ila telah datang." Istrinya menjawab, "Aku mendengar suara seperti darah mengucur dari dirinya." Ka`b menjawab, "Mereka tidak lain adalah saudaraku Maslama dan saudara angkatku Abu Na'ila. Orang dermawan seharusnya menjawab permintaan (untuk datang) di malam hari meskipun (permintaan itu) adalah undangan untuk dibunuh." Maslama pergi dengan dua orang dan berkata pada mereka, "Jika Ka`b datang, aku akan menyentuh rambutnya dan mengendusnya (menghirup bau rambutnya), dan jika kalian melihat aku telah mencengkeram kepalanya, tusuklah dia. Aku akan biarkan kalian mengendus kepalanya." Ka`b bin al-Ashraf datang pada mereka, pakaiannya membungkus badannya dan menebarkan bau parfum. Maslama berkata, "Aku belum pernah mencium bau yang lebih enak daripada ini." Ka`b menjawab, "Aku kenal wanita2 Arab yang tahu bagaimana menggunakan parfum kelas atas." Maslama minta pada ka`b, "Maukah engkau mengizinkanku mengendus kepalamu?" Ka`b menjawab, "Boleh." Maslama mengendusnya dan mengajak kawannya melakukan hal yang sama. Lalu ia minta pada Ka`b lagi, "Maukah engkau mengizinkanku mengendus kepalamu?" Ka`b berkata, "Ya". Ketika Maslama berhasil mencengkeram kepala Ka`b erat2, dia berkata (pada kawan2nya), "Bunuh dia!" Lalu mereka membunuhnya dan pergi melaporkan hal itu pada sang Nabi. 


Untuk mengetahui detail lain tentang pembunuhan ini, silakan baca consult Ibn Ishaq, p.368 or Tabari, vol.vii, pp.94-97. Hadis lain yang juga mengisahkan tentang pembunuhan ini adalah Hadis Sahih Muslim, Book 19, Hadis number 4436.


Teror Delapan Belas
Pembunuhan atas Ibn Sunaynah di Medina oleh Muhayyish b. Masud —July, 624M


Ibn Sunaynah adalah pedagang Yahudi yang ramah dan suka menolong orang2 Muslim. Tapi keramahan Ibn Sunaynah tidak menghalangi Jihadis2 fanatik untuk membunuhnya, hanya karena dia itu orang Yahudi. Inilah kisahnya.

Di suati pagi setelah pembunuhan Ka’b b. Ashraf, Muhammad memberi ijin pada para pengikutnya untuk membunuh Yahudi mana saja yang mereka temukan. Tabari [75] mengisahkan tentang perintah pembunuhan atas Yahudi manapun sebagai berikut:

Rasul Allah berkata, “Yahudi manapun yang jatuh ke tanganmu, bunuh dia.” Jadi ketika Muhayyish b. Masud bertemu Ibn Sunaynah, yakni seorang pedagang Yahudi yang kenal dekat dengan mereka dan biasa berdagang dengan mereka, Muhayyish pun lalu membunuh Ibn Sunaynah. Kakak laki Muhayyish yang bernama Huwayyish b. Masud belum memeluk Islam saa itu dan ketika Huwayyish tahu akan pembunuh yang dilakukan adiknya Muhayyish, dia lalu mulai memukuli Muhayyish sambil berkata, “O musuh Tuhan, kau membunuh dia? Demi Tuhan, perutmu itu jadi gemuk karena kekayaan dari dia (Ibn Sunaynah).” Muhayyish berkata, “Kukatakan padanya, ‘Demi Tuhan, jika dia yang memerintahku untuk membunuhnya (Ibn Sunaynah) lalu memerintahku untuk membunuhmu, maka aku akan memenggal kepalamu.’” Dan demi Tuhan, itu adalah saat awal Huwayyish menerima Islam. Dia (Huwayyish) berkata, “Jika Muhammad memerintahmu untuk membunuhku, apakah kau akan membunuhku?” dan aku jawab, “Ya, demi Tuhan, jika dia memerintahku untuk membunuhmu, aku akan memotong kepalamu.” “Demi Tuhan,” kata dia (Huwayyish), “sungguh luar biasa imanmu itu.” Lalu Huwayyisah memeluk Islam. 

Kisah di atas mengingatkan kita akan pemenggalan terhadap Daniel Pearl, wartawan WSJ. Jihadis Islam membunuhnya seketika ketika dia mengatakan dia itu Yahudi. Orang2 fanatik ini hanya menjalankan apa yang telah diperintahkan Muhammad terhadap orang2 Yahudi!

Hadis Sahih Sunaan Abu Dawud, Buku 19, Nomer 2996:
Dikisahkan oleh Muhayyisah:
Rasul Allah (SAW) berkata: Jika kau berhasil menguasai orang2 Yahudi, bunuh mereka. Karenanya Muhayyisah menyergap Shubaybah, seorang dari para pedagang Yahudi. Dia kenal dekat dengan mereka. Dia lalu membunuhnya. Saat itu Huwayyisah (kakak laki Muhayyisah) belum memeluk Islam. Dia lebih tua daripada Muhayyisah. Ketika dia (Muhayyisah) membunuhnya (Shubaybah), Huwayyisah memukulnya dan berkata: “O musuh Allah, aku bersumpah demi Allah, kamu punya banyak lemak di perutmu karena hartanya.”
75 Tabari vol.vii, pp.97-98


Teror Sembilan Belas
Perampokan Kafilah Quraish di Nejd oleh Zayd b. Haritha—September, 624M


Orang2 Mekah hidup dari perdagangan, dan itu nafkah hidupnya, terutama perdagangan dengan Syria. Ekonomi mereka tidak akan berhasil jika gerombolan perampok Muhammad memotong jalur perdagangan mereka. Serangan terus-menerus para Jihadis Muslim yang fanatik benar2 bisa menghentikan usaha perdagangan mereka dan ini berarti kehancuran bagi Mekah dan Arabia. Orang2 Quraish dan orang2 Mekah lainnya dengan cepat memahami kenyataan ini. Pengalaman Badr II telah memberi pelajaran berharga dan mereka tidak mau mengulangi pengalaman buruk ini lagi. Karena itu mereka lalu mencari jalur perdagangan lain bagi kafilah mereka yang kaya harta diantara Mekah dan Syria. Rute lain adalah melewati Nejd, melintasi padang pasir, dan melalui Irak. Meskipun perjalanannya lebih lama dan melelahkan, rute ini dianggap lebih aman dari tangan Muhammad.

Setelah menetapkan rute ini, orang2 Quraish mempersiapkan kafilah untuk melalui padang pasir. Safwan mengetuai kafilah yang mengangkut bejangan2 dan balok2 perak. Pemandu kafilah adalah Furat b. Hayaan yang mengaku bisa mencarikan jalan bagi kafilah yang tidak diketahui Muhammad. Melalui mata2nya, Muhammad tahu tentang perjalanan kafilah ini dan segera memerintah Zayd b. Haritha untuk merampoknya. Zayd ibn Haritha adalah budak yang dimerdekakan Muhammad dan diangkat jadi anak angkat Muhammad. Nantinya Muhammad mengawini istri anak angkatnya Zayd yang bernama Zaynab. Ini adalah perampokan pertama yang dipimpin Zayb b. Haritha. Dia ditemani 100 tentara bersenjata lengkap. Dia mengikuti kafilah dan menyerangnya tiba2. Ternyata serangannya sukses. Para pemimpin kafilah melarikan diri dan Zayd membawa semua harta rampasan dan 2 tawanan ke Medina. Barang jarahan berharga 100.000 Dirham (pakailah kurs uang US$ jaman sekarang dan kau akan kaget melihat nilainya). Muhammad mengambil seperlima (yakni 20.000 Dirham yang tentunya merupakan harga yang sangat besar pada saat itu). Setiap tentara menerima 800 Dirham. Furat jadi tawanan. Orang2 Muslim berkata, “Jika kau masuk Islam, Rasul Allah tak akan membunuhmu.” Dia lalu masuk Islam dan dibebaskan pergi.[76]


Teror Dua Puluh
Pembunuhan atas Abu Rafi di Khaybar oleh Abd Allah b. Unays---December, 624M 


Abu Rafi (yang juga dikenal sebagai Sallam ibn Abul-Huqayq) adalah sekutu Ka’b b. al-Ashraf. Dia adalah ketua orang2 Yahudi Khaybar dan tinggal di Hijaj. Sama seperti Ka’b b. al-Ashraf, dia pun mengeluhkan kehadiran Muhammad di Medina dan menulis sajak2 dan satir2 yang menjengkelkan Muhammad. Muhammad mencari jalan untuk membunuh Abu Rafi sama seperti dia membunuh Ka’b b. al-Ashraf, dan dia mencari sukarelawan untuk melakukan ini. Tak lama kemudian, kesempatan datang dalam cawan emas.

Kita tahu di Teror 17 tentang kelompok pembunuh terdiri dari orang2 suku B. Aws yang membunuh Ka’b b. al-Ashraf, sang penulis puisi Yahudi. Ketika orang Khazaraj mendengar bahwa al-Aws membunuh Ka’b b. al-Ashraf, mereka mau menyamai prestasi ini dengan membunuh Yahudi lain, dan Abu Rafi jadi pilihan mereka. Lalu, kompetisi pembunuhan berlangsung diantara suku Aws dan Khazaraj. Tak lama kemudian mereka minta ijin Muhammad untuk membunuh Abu Rafi. Muhammad tentu saja mengijinkan rencana pembunuhan mereka dengan sepenuh suka hati.
76 Tabari, vol vii, p.99

Sebuah kelompok pembunuh berjumlah lima orang pergi untuk membunuh Abu Rafi. Muhammad memilih Abd Allah b. Atik sebagai ketua kelompok. Setelah kelompok ini tiba di Khaybar, mereka pergi ke rumah Abu Rafi pada malam hari dan naik ke tingkat dua melalui tangga melingkar dan meminta ijin masuk kamar Fafi. Istri Abu Rafi ke luar dan bertanya siapa mereka. Mereka berpura-pura menjadi pedagang Arab, sehingga istri Abu Rafi mempersilakan mereka masuk. Mereka masuk dan mengunci pintu. Istri Abu Rafi menjerit dan mereka mau membunuhnya tapi tidak jadi karena ingat pesan Muhammad untuk tidak membunuh wanita. Di bawah ancaman, istri Abu Rafi harus tutup mulut dan para pembunuh lari dengan pedang terhunus ke kamar Abu Rafi yang sedang berbaring di tempat tidur. Lalu Abdullah b. Unays menusukkan pedangnya ke perut Abu Rafi sampai menembus tubuhnya.

Ketika melarikan diri, Abd Allah b. Atik jatuh dari tangga melingkar dan kakinya terluka berat. Kawan2nya membawa dia pergi ke tempat air yang tak jauh dari situ dan merawatnya. Orang2 Yahudi mencari pembunuh Abu Rafi tapi tidak menemukan apa2 dan mereka kembali menjenguk Abu Rafi yang sedang sekarat. Untuk meyakinkan apakah Abu Rafi benar2 telah mati, Abd Allah b. Unays pergi bercampur dengan orang2 yang berkumpul untuk melihat apa yang terjadi. Istri Abu Rafi berkata bahwa dia mengenali suara pembunuh yakni Abd Allah b. Atik tapi dia tidak yakin kalau Abd Allah b. Atik akan datang jauh2 dari Medina ke Khaybar untuk membunuh Abu Rafi. Lalu dia mengumumkan kematian Abu Rafi. Setelah yakin korbannya telah mati, kelompok pembunuh itu kembali ke Muhammad dan setiap orang mengaku telah membunuh Abu Rafi. Muhammad minta mereka menunjukkan pedang mereka untuk diperiksa. Dari darah di pedang, Muhammad menyatakan bahwa Abdullah b. Unays telah membunuh Abu Rafi (Sallam Ibn Abi al-Huqayq). Atas pembunuhan ini, Muhammad berkata, “Pedang Abd Allah b. Unays telah membunuhnya. Aku bisa melihat sisa tulang yang melekat di pedang itu.”[77]

Hassan b. Thabit mengarang sebuah puisi untuk memuji pembunuhan atas Ka’b b. al-Ashraf dan Sallam b. Abi al-Huqyaq (Abu Rafi). Kisah pembunuhan ini ditulis di Hadith Sahih Bukhari 5.59.371.
77 Tabari, vol vii, p.103

[Note: Beberapa biografer menulis bahwa pembunuhan ini terjadi tak lama sebelum penyerangan Muhammad atas Khaybar]

 

Bagian Enam 
Anak muda tersenyum menghadapi kematian, karena kau sedang menuju Surga --- dari Manual Teror[78]

Teror Dua Puluh Satu 
Pertempuran Uhud, Dipimpin oleh Muhammad—March, 625M


Orang2 Quraish bertekad untuk membalas kekalahan mereka di Badr II. Kebutuhan untuk mendapat kemenangan secara militer terhadap ancaman Islam dan para Jihadisnya yang fanatik jadi semakin mendesak setelah Zayd b. Haritha merampok kafilah mereka yang mengangkut banyak harta dalam perjalanan melalui rute lain menuju Nejd (lihat Teror 19, Bagian 5). Kaum Quraish sekarang yakin bahwa tidak ada yang melindungi usaha perdagangan mereka dari serangan teror dan rampok yang dilakukan Muhammad. Mereka menghubungi suku2 bangsa tetangga dan mengumpulkan uang untuk membentuk kekuatan militer yang tangguh melawan Muhammad. Melalui sumbangan dari berbagai bagian di Arabia, mereka mengumpulkan 250.000 Dirham (mereka sebenarnya telah mengeluarkan 250.000 Dirham untuk membayar sandera yang ditahan Muhammad) untuk serangan militer membalas kekalahan mereka. [79] Mereka juga bersekutu dengan suku2 Bedouin sekitar Mekah. Di samping sumbangan dari berbagai sumber, mereka juga menggunakan seluruh keuntungan yang tersisa dari perampokan Badr II untuk digunakan melawan terorisme Muhammad. Keuntungan ini adalah 1.000 unta dan 50.000 Dirham (sekitar US$550.000 seluruhnya jika menggunakan kurs uang modern), dan ini adalah jumlah uang yang sangat besar di jaman itu.[80] Dengan dana yang besar ini, kaum Quraish tidak punya kesulitan membangun pasukan yang kuat yang berjumlah 3.000 orang, terdiri dari 700 pasukan bersenjata lengkap dan 200 pasukan berkuda, siap untuk memerangi teror yang dilakukan Muhammad dan pengikutnya yang fanatik. Juga terdapat sekelompok kecil 50 warga Medina yang dipimpin Abu Amir, seorang biarawan Kristen, yang pergi ke Mekah karena muak dengan adanya Muhammad di Medina. Selain orang2 militer ini, sejumlah 15 orang wanita Quraish juga ikut dalam operasi militer ini. Pemimpin kelompok wanita ini adalah Hind bt. Utbah, istri Abu Sufyan Shakhr b. Harb. Di Badr II, dia kehilangan ayahnya (Utbah), pamannya (Shaybah), dan anaknya (Hanzala). Dia terutama ingin membalas dendam pada Hamzah yang telah membunuh ayahnya di Badr II. Inilah saatnya melampiaskan dendamnya. Dia mengajak seorang budak Abysia milik Jubayr b. Mut’im yang bernama Wahshi yang punya keahlian menggunakan lembing, untuk membunuh Hamzah dengan janji kemerdekaan jika Wahshi berhasil dalam tugas.

Saat itu adalah 12 bulan setelah Badr II dan di bulan Ramadan. Kaum Quraish tetap teguh dengan tekad mereka untuk membalas kekalahan di Badr II. Sekaranglah waktu untuk melampiaskan dendam mereka. Mereka merencanakan serangan besar2an terhadap Muhammad. Berita serangan besar ini telah terdengar oleh Muhammad melalui mata2nya di Mekah. Dia bahkan menerima wahyu Allah di Q 3:128 tentang persiapan ini. Berita ini dipertegas ketika Muhammad menerima surat tertutup dari pamannya, al-Abbas, ketika Muhammad sedang berada di mesjidnya di Quba, tak jauh dari Medina. Seorang utusan dari Mekah menyerahkan surat itu kepada Muhammad. Isi surat adalah keterangan bahwa kaum Quraish dengan 3.000 tentara bermaksud menyerang Muhammad. Dia merahasiakan isi surat (komenter Adadeh: nah ini kan tandanya Muhammad bisa baca) dan segera kembali ke Medina untuk membahas hal ini dengan para penasehatnya di sana. Akan tetapi berita ini terdengar oleh istri Sa’d b Muadh, ketua Khazaraj, yang menguping pembicaraan antara suaminya dan Muhammad. Tak lama kemudian berita tentang rencana serangan Quraish ini tersebar
78 Masterminds of Terror; The manual of terror was found in the possession of 9/11 terrorist
79 Hamidullah, p.43
80 Mubarakpuri, p.292

Di Mekah, kaum Quraish sekarang benar2 siap untuk menghadapi Muhammad. Akhirnya, di akhir bulan Ramadan, tentara Quraish mulai berbaris dengan 3.000 tentara di bawah pimpinan Abu Sufyan b. Harb. Pemimpin2 lain suku2 Quraish juga maju bersama tentara Mekah.

Setelah bergerak selama 10 sampai 12 hari, tentara Mekah yang mengambil jalur jalan yang tak umum dekat pantai, tiba di Dhul Hulaifa, yang jauhnya 5 mil sebelah Barat Medina. Dilaporkan ketika sedang berada di al-Abwa, Hind bt. Utbah (istri Abu Sufyan) menganjurkan mereka untuk menggali kubur ibu Muhammad, tapi kaum Quraish menolak melakukan penghinaan seperti itu. Saat itu adalah Kamis pagi dan setelah berhenti di tempat ini sebentar, tentara Quraish bergerak ke utara sejauh beberapa mil, melewati kota Medina dan bergerak lagi sejauh tiga mil ke Utara dan berkemah di Uhud yang merupakan daerah pegunungan dengan tanah lapang datar tempat para unta merumput. Orang mungkin heran mengapa suku Quraish tidak menyerang kota Medina, padahal mereka dapat melakukan hal itu dengan mudah dan dapat banyak barang jarahan. Alasannya adalah karena kaum Quraish tidak tertarik untuk melakukan penjarahan atau perampokan. Pada kenyataannya, mereka tidak punya rasa dendam terhadap kebanyakan penduduk Medina. Mereka marah terhadap satu orang saja, Muhammad, yang merupakan bekas warga kota Mekah yang sekarang tinggal di Medina.[81] Tak lama setelah tiba di dataran Uhud, orang2 memotong pepohonan untuk makan kuda2 dan unta2 mereka. Mereka juga melepaskan kuda2 dan unta2 mereka untuk merumput. Hari Juma’at datang dan berlalu tanpa ada kejadian apa2.

Di Medina, Muhammad terus menerima berita tentang gerakan2 tentara Mekah. Seorang pengintainya yang bernama Hobab ibn al Mundhir mengamati perkemahan Quraish pada hari Kamis dan membawa berita tentang kekuatan tentara Quraish yang hebat. Muhammad merahasiakan keterangan dari pengintai ini. Pada hari Jum’at, Muhammad membicarakan dengan pengikutnya apa yang harus dilakukan. Dia bermimpi buruk malam sebelumnya dan mengatakan di pertemuan dengan para Jihadisnya tentang perlunya melindungi Medina dan diri Muhammad sendiri. Karena mimpi buruknya, Muhammad yang suka takhayul ini jadi ragu untuk pergi perang. Pada mulanya diambil keputusan untuk membawa para wanita dan anak2 di luar kota untuk masuk ke dalam kota. Jika para musuh menyerbu, mereka akan melawan dengan panah2, batu2, dan senjata lontar lain yang dilemparkan dari atap2 rumah. Musuh besar Muhammad yang bernama Abd Allah ibn Ubayy, setuju dengan keputusan untuk mempertahankan Medina jika tentara Quraish menyerang. Tapi anak2 muda yang baru saja masuk Islam ingin maju menyerang dan bertempur dengan musuh di medan perang, sama seperti yang terjadi di Badr II. Para Jihadis muda yang tidak sempat ikut Badr II dan tidak kebagian jarahan rampokan merasa lebih bersemangat untuk memerangi tentara Quraish. Khayalan tentang surga dan mati sebagai martir bagi Allah terbayang di depan mata mereka seperti yang dikatakan di Q 56:25-26. [82] Hamzah dengan yakin mengatakan, ”Demi Allah yang telah menurunkan Buku kepadamu, aku tidak akan makan sampai aku melawan mereka dengan pedangku di luar kota Medina.” [83] Banyak orang yang mendukung keinginan anak2 muda Jihadis. Pada akhirnya Muhammad menuruti keinginan mereka dan memerintahkan untuk siap berperang.
81 Hamidullah, p.47
82 Haykal, Ch. Uhud

Setelah sholat magrib, orang2 berkumpul di lapangan mesjid dan mereka bersenjata siap untuk berperang. Muhammad sendiri memakai baju perang dua lapis bertumpuk. Ketika kaum Jihadis muda mengetahui bahwa Muhammad merasa ragu untuk berperang, mereka jadi menyesal dan ingin membatalkan rencana perang. Atas sikap itu Muhammad berkata, [84] “Ini tidak layak dilakukan seorang Nabi begitu dia sudah mengenakan baju perang. Dia harus melepaskannya sampai Allah memutuskan diantara dia dan pihak musuh.” Beberapa orang merasa ragu, tapi Muhammad jalan terus. Istri Muhammad yang masih anak2, Aisha, secara sukarela bergabung dengan para Jihadis dan Muhammad mengijinkannya.[85] Aisha merawat yang terluka, mengambilkan air bagi yang haus, dan melakukan berbagai macam bantuan.[86]

Lalu kaum Muslim memasang tiga bendera pada tiga tongkat. Satu bendera untuk yang ikut hijrah, dibawa oleh Musab b. Umayr (biografer lain mengatakan Ali), bendera kedua dibawa ketua B. Aws yakni Usayd ibn Hudayl, dan bendera ketiga dibawa ketua B. Khazraj yakni al-Hubab ibn al-Mundhir. Abdallah ibn Umm Maktum ditunjuk untuk menjaga kota Medina dan memimpin sembahyang kala Muhammad sedang tidak ada di tempat. Tentara Muslim terdiri dari 1.000 (seratus memakai baju perang), dan dua kuda (milik Muhammad). Lalu Muhammad memberi perintah agar tentara berbaris bergerak menuju Utara ke daerah Uhud. Dua bersaudara Sa’d b. Muadh dan Sa’d b. Ubadah lari di depan tentara Muslim.

Muhammad bergerak sampai mencapai al-Shaykhayn dan melihat tentara yang lengkap sedang menunggu di situ. Setelah mengamati, Muhammad tahu bahwa tentara ini adalah orang2 pagan dan Yahudi yang siap bergabung dengan tentara Muslim untuk berperang melawan tentara Mekah. Mereka adalah sekutu Abd Allah ibn Ubay. Muhammad menolak mereka sebagai sekutunya dengan berkata, “Jangan minta dukungan orang pagan untuk melawan orang pagan.”[87] Lalu dia berhenti di al-Shaykhayn dan mengamati kekuatannya, dan menolak mereka yang fisiknya tak mampu atau yang terlalu muda untuk berperang. Di malam hari, tentara Muslim dan Muhammad berkemah di sana. Abd Allah ibn Ubayy juga berkemah tak jauh dari situ. Dia tidak senang dengan sikap Muhammad yang tak ramah terhadap kawan2nya kaum Yahudi. Kaum Quraish juga berkemah tak jauh dari situ. Sebuah lembah memisahkan kedua tentara.

Di pagi hari, tentara Muslim mulai berbaris maju ke arah Uhud. Ketika mereka mencapai tempat yang bernama Ash Shawt [88], mereka dapat melihat tentara Quraish dari jarak jauh. Di tempat inilah Abd Allah ibn Ubayy memberontak melawan Muhammad dengan menarik 300 pasukannya dari pihak Muslim dan meninggalkan Muhammad sehingga jumlah pasukan Jihadis tinggal sekitar 700 orang. Dua kelompok lain di pihak Muhammad jadi terpengaruh oleh keputusan Abd Allah ibn Ubayy. Mereka tadinya juga mau ikut pergi dengan Abd Allah ibn Ubayy, tapi di jam yang ke 11, mereka berubah pendapat dan tetap berada dalam pasukan Muhammad. Seperti yang dikatakan di Q 3:122, Muhammad menganggap perubahan hati ini sebagai kehendak Allah. Ketika Abd Allah ibn Ubayy pergi, beberapa pengikut Muhammad mengejar dan memohonnya untuk berperang bagi Allah, tapi ibn Ubayy terus saja kembali ke Medina sehingga membuat pengikut Muhammad jadi kecewa. Allah di Q 3:187 mengutuk kemunafikan Abd Allah ibn Ubayy. Jadi sekarang Muhammad harus maju sendiri dengan 700 pasukannya. Meskipun dia sudah berada dekat sekali dengan Uhud dan dapat melihat jelas pasukan Quraish yang berkemah di dataran Uhud, dia pikir tidaklah aman untuk memakai jalan utama ke Uhud, karena ini akan membuatnya menghadapi musuh secara langsung dan terbuka.
83 Mubrakpuri, p.295-296
84 Ibn Ishaq, p.372
85 Hamidullah, p.50
86Iibid, p.50
87 Ibn Sa’d, p.45
88 Mubarakpuri, p.298

Muhammad sekarang mencari pertolongan dari pemandu lokal yang bernama Abu Khaitamah untuk mencapai Gunung Uhud guna mengelakkan pertempuran langsung dengan kaum Quraish. Pemandu ini membawa tentara Muslim lewat jalan yang melalui tanah pertanian milik seorang buta bernama Marba b Qyizi. Ketika Jihadi hendak melalui tanahnya tanpa minta ijin, orang buta itu protes sambil melemparkan debu tanah kepada mereka dan berkata, “Kau mungkin saja nabi Tuhan, tapi aku tetap tidak akan mengijinkanmu melalui kebunku. Demi Tuhan, Muhammad, jika aku bisa melempar dengan tepat, aku lempar ini ke mukamu.” Para Jihadis minta ijin Muhammad untuk memotong-motong orang buta itu. Muhammad tidak mengijinkan, tapi terlambat sudah. Seorang Jihadis sudah menebas kepala orang buta itu dengan pedangnya dan lalu membelah kepalanya jadi dua.[89] Demikianlah belas kasihan para prajurit Allah!

Ketika mereka sampai di Uhud, para Muslim berkemah di kaki gunung dan mengatur ranking mereka untuk menghadapi kaum Quraish. Muhammad mengirim 50 pemanah ke bukit Aynayan yang berlawan arah dengan daerah pegunungan Uhud untuk menjaga bagian belakang tentara Muslim. Dia menunjuk Abd Allah ibn Jubayr sebagai ketua kelompok dan memberi perintah tegas agar mereka tidak meninggalkan posisi mereka, tidak peduli kalah atau menang, sampai mereka menerima perintah dari dia. Dia juga memerintahkan agar tidak menyerang musuh sampai dia memberi aba2. Muhammad sendiri mengambil kedudukan di tempat tinggi dengan banyak panah yang siap untuk ditembakkan kepada musuh. Sahih Bukhari menceritakan bahwa beberapa Jihadis minum anggur agar lebih siap melakukan Jihad.

Hadis Sahih Bukhari, Volume 6, Book 60, Number 142:
Dikisahkan oleh Jabir:
Beberapa orang minum minuman beralkohol in pagi hari di perang Uhud dan di hari yang sama mereka terbunuh sebagai martir, dan ini terjadi sebelum minum anggur dilarang. 


Muhammad membakar semangat perang para Jihadis dan memberikan pedangnya pada seorang yang bernama Abu Dujana yang terkenal karena kebuasannya dan naluri membunuhnya. Lalu Muhammad duduk dan mulai melemparkan panah2. Dia dilindungi oleh sekelompok Jihadis yang bertugas mengusir segala serangan terhadap Muhammad. Akan tetapi sahabat2nya yang paling penting (Abu Bakr, Ali, Hamzah, Umar dll) disuruh memimpin tentara2 Muslim untuk bertempur sengit. Muhammad lalu menunggu kedatangan musuh. Saat ini, Abu Sufyan b. Harb, yakni ketua tentara Quraish, membawa pasukannya ke hadapan Muhammad. Khalid b. al-Walid memimpin pasukan sayap kanan, sedangkan Ikrimah b. Abu Jahl memimpin pasukan sayap kiri, dan Abu Sufyan memimpin tentara bagian tengah. Awalnya, kaum wanita berada di baris depan dan membuat suara ribut dengan botol air minumnya dan melafalkan ayat2 pertempuran, tapi ketika tentara bergerak maju, kaum wanita ada di posisi belakang.
89 Ibn Ishaq, p.372-373

Bendera Mekah dipegang oleh Talha ibn Abi Talhah. Dia berasal dari marga Quraish Abdud Dar yang tugasnya adalah membawa bendera Quraish selama perang. Hari itu hari Sabtu, Shawwal 7, AH 3 dan sama dengan 23 Maret, 625 M. Dua pasukan sekarang sudah berhadapan.

Sebelum pertempuran terjadi, Abu Sufyan mengirim pesan damai pada orang2 al-Aws dan al-Khazaraj, meminta mereka untuk tidak ikut campur dan membiarkan perang terjadi antar saudara saja (yakni kaum Quraish saja). Dia tidak mau berperang dengan suku al-Aws dan al-Khazraj. Tapi kedua suku ini menolak ajakan damai Abu Sufyan, sehingga pertempuran sengit tidak bisa dielakkan.

Orang pertama dari pihak Quraish yang maju untuk bertempur satu lawan satu adalah Abu Amir (Muhammad biasa memanggilnya al-Fasiq – pelaku kejahatan) dengan kelompoknya yang berjumlah 50 orang. Mereka saling lempar batu dengan pihak Muslim. Ini terus berlangsung sampai pihak Muslim lebih unggul dan Abu Amir dan kelompoknya mundur. Untuk menambah semangat tentaranya, para wanita Quraish berbaris maju, memukul2 simbal, drum dan tambur dan menyanyikan lagu2 perang. Pertempuran selanjutnya berlangsung satu lawan satu, mengikuti tradisi perang Arab tahap awal.[90] Prajurit Quraish bernama Talha ibn Abu Talhah maju menghadapi prajurit Muslim bernama Az- Zubair b. al-Awwam (biografer lain mengatakan Ali ibn Talib) dan Az-Zubair berhasil membunuh Talha. Mendengar tewasnya musuh yang pertama, Muhammad bersukacita lewat Takbir (Allahu Akbar) dan berkata,”Setiap Nabi punya murid dan muridku adalah Az-Zubari, “[91] dan lalu memberi garansi Az-Zubair tempat di surga tidak peduli dia hidup atau mati dalam Jihad.

Setelah kematian Talhah, saudara lakinya yang bernama Abu Shaybah Uthman b. Abi Talhah maju mewakili pihak Quraish sambil melafalkan ayat2. Hamzah menyerang dengan pedangnya, memotong tangan dan bahunya dan menebas tubuhnya sampai paru2nya tampak. Tak lama kemudian Abu Shaybah Uthman pun mati. Lalu saudara lakinya yang bernama Abu Sa’d b. Abi Talhah ganti memegang bendera Quraish tapi dia lalu dibunuh Asim b. Thabit. Sekarang tujuh anggota keluarga yang sama telah dibunuh. Mereka adalah: Talhah, dan saudara2 lakinya, Shaybah dan Abu Sa’d; empat anak laki Talha, yakni Musafi, Al-Harith, Kilab and Julas. Ketika ibu Musafi mengetahui pembunuhan kedua anak lakinya oleh Asim b. Thabit, dia bersumpah untuk membalas kematian mereka dengan minum air anggur dari batok kepala Asim.[92]

Pembunuhan terus berlangsung dan pihak Quraish kalah angin. Ketika semua saudara2 dan anak2 Talhah yang berani telah dibunuh, Artat Shurahbil mengangkat bendera Quraish dan seorang Jihadis yang tak dikenal membunuhnya. Tongkat bendera Quraish tergeletak di tanah dan tiada seorangpun yang menegakkannya. Garis depan Quraish berantakan, mereka panik dan rasa teror masuk ke dalam pikiran mereka dan mereka mulai mundur. Mereka sadar bahwa mereka melakukan kesalahan dengan melakukan perang satu lawan satu dengan pihak Muslim. Akan tetapi, terlambat sudah. Hanzala b. Abu Amir (anak dari biarawan Kristen) bertarung melawan Abu Sufyan dan ketika hampir membunuh Abu Sufyan, Shaddad b. al-Aswad memukul Hanzala b. Abu Amir dan membunuhnya. Peristiwa ini nantinya diingat oleh Abu Sufyan dalam syair puitis ‘Hanzala bagi Hanzala.’ (Ingat? Anak Abu Sufyan yang bernama Hanzala dibunuh Muslim di Badr II).
90 Rodinson, p.180
91 Mubarakpuri, p.3
92 Ibn Ishaq, p.377

Begitu pihak Quraish menyadari kesalahan mereka bertarung satu lawan satu dengan Jihadis Muslim, mereka lalu melakukan serangan total. Awalnya, pihak Muslim berhasil memerangi pihak Quraish dengan bertarung sangat sengit. Setiap kali pihak Quraish maju, pemanah2 Muslim yang berada di atas bukit kecil menghujani mereka dengan panah dan membuat pasukan Quraish mundur lagi ke belakang. Mereka sudah hampir putus asa. Abu Dujana dengan pedang pemberian Muhammad, Hamzah dan Ali bertarung dengan ganas. Mereka berhasil membunuh beberapa orang Quraish. Pasukan Quraish jadi kewalahan dan mulai meninggalkan medan perang dan bendera mereka tergeletak di tanah dan tiada seorang pun yang mengambilnya. Ini akhir dari bagian pertama perang Uhud.

Tentara Muslim mengetahui bahwa pihak Quraish berhasil dipukul mundur. Maka tanpa menunggu lagi, mereka berlarian maju mengumpulkan barang jarahan perang. Begitu serakahnya mereka saling berebutan peralatan perang sehingga begitu para pemanah Muslim dari atas bukit melihat kawan2nya menjarah, mereka pun meninggalkan posisi mereka dan ikut berlari mengambili barang jarahan perang. Hanya 10 pemanah yang dipimpin oleh Abd Allah ibn Jubayr yang tetap berada di posisi mereka seperti yang diperintahkan Muhammad. Selebihnya tidak mempedulikan lagi perintah Muhammad karena terlalu tergiur oleh barang jarahan. Inilah yang ditulis Tabari tentang bagaimana besarnya nafsu para Jihadis terhadap barang jarahan perang.[94]

Ketika para Jihadis yang menjaga bagian belakang tentara2 Muslim melihat tentara Quraish dan para wanitanya melarikan diri dan melihat barang jarahan perang, mereka jadi bernafsu mengambilnya dan berkata, “Mari kita pergi ke Rasul Allah dan mengambil jarahan perang sebelum yang lain merebutnya duluan dari kita.” Kelompok lain ingin mentaati perintah Muhammad dan yang lain ingin meninggalkan posisi mereka. Pertentangan kedua kelompok ini dikatakan Tuhan di Q 3:145“Siapa yang bernafsu … Alam Baka . Menyaksikan keserakahan akan barang jarahan perang, Ibn Masud berkata, “Aku sebelumnya tidak pernah menyadari bahwa ada pengikut2 Nabi yang begitu bernafsu akan dunia dan kekayaannya sampai pada hari itu.”

Keserakahan tanpa kendali para Jihadis akan barang jarahan perang menyebabkan Khaild b. Walid, komandan pasukan berkuda Quraish dapat menyerbu pasukan Muslim yang sedang mabuk barang jarahan dari belakang dan mengubah keadaan perang. Dia lalu menyerang dengan ganas sisa2 pemanah yang masih berada di tempat dan membunuh mereka semua, termasuk pemimpin para pemanah Abd Allah ibn Jubayr. Khalid b. Walid diikuti oleh Ikrimah b Abu Hakam (anak laki Abu Jahl; Abu Jahl dibunuh secara brutal di Badr II). Dikatakan bahwa para malaikat ada tapi mereka tidak membantu para Muslim.[95] Sudah jelas alasannya mengapa para malaikat ragu2 untuk menolong tentara Allah. Ketika tentara Muslim berantakan dan terpukul mundur, Muhammad mencoba mengatur peperangan. Dia berusaha memanggil orang2 untuk berperang demi Rasul Allah. Tapi panggilannya tidak dihiraukan dan tentara Muslim terus mundur. Para musuh dengan cepat bergerak mendekati posisi Muhammad. Sekelompok Jihadis yang setia berusaha melindunginya. Muhammad tidak bisa lari lagi. Ketika dalam keadaan penuh kebingungan inilah muncul suatu berita bahwa Muhammad telah dibunuh, dan ini mematahkan semangat tentara Muslim. Para biografer Muhammad menulis hal yang bertentangan dan membingungkan akan hal ini di Perang Uhud. Inilah yang kumengerti setelah mempelajari beberapa versi kisah ini.
93 Ibid
94 Tabari, vol.vii, p.114
95 Ibn S’ad, p.49

Melihat perubahan keadaan perang di bagian depan dan tentara Muslim yang tercerai-berai, pihak Quraish segera bangkit lagi semangatnya dan maju lagi bertempur. Seorang Quraish wanita bernama Umrah bt. Alqamah Al-Harithya mengangkat bendera Quraish yang tergeletak dan menegakkannya di atas tanah. Kali ini pihak Quraish menguasai keadaan peperangan. Mereka berkumpul kembali dan mulai mencari Muhammad.

Sekelompok tentara Quraish yang telah membunuh pasukan panah Muslim, mengejar Muhammad dan para bodyguard-nya. Pada saat itu kebanyakan Jihadis sedang sibuk mengumpulkan barang jarahan. Hanya 9 orang Jihadis yang melindungi Muhammad, 7 dari mereka adalah orang Ansar (Medina) dan 2 adalah Muhajir (yang hijrah dari Mekah). Sebagian tentara Khalid yang dipimpin oleh ibn Qamia melempari kelompok pelindung Muhammad dengan batu. Sebuah batu menerjang mulut Muhammad dan melukai gigi taring kanan bawah dan bibir bawahnya. Serangan pedang tentara Quraish yang bernama Utbah b. Abi Waqqas (saudara laki Sa’d b. Abi Waqqas, orang Muslim) melukai jidat dan bahunya sehingga mengeluarkan banyak sekali darah.

Pasukan Mekah menyerang tentara Muslim dari belakang sehingga tentara Muslim kocar-kacir. Banyak tentara Muslim yang dibunuh tentara Mekah. Beberapa Muslim terluka sangat parah, dan banyak yang mulai melarikan diri dari medan perang. Dengan luka di mulut dan badannya dan hati yang terluka, Muhammad memanggil para pengikutnya untuk terus berperang, tapi tidak ada yang mendengarkannya. Maka Allah mengirim Q 3:128, “It is no concern at all of thee (Muhammad), whether He relent toward them or punish them: for they are evildoers.” Muhammad yang sudah tak berdaya berteriak, “Siapa yang bersedia menjual nyawanya bagi kami?” Mendengar jeritan putus asanya, Ziyad b. al-Sakani (atau Umarah b. Ziyad al-Sakani), dan 5 orang Jihadis datang untuk melindungi Muhammad. Mereka semua mati satu per satu di hadapan Muhammad sehingga tinggal Ziyad b. al-Sakani yang masih hidup.[96]

Dikisahkan bahwa Hatib b. Baltah mengikuti Utbah b. Abi Waqqas dan membunuhnya meskipun sebenarnya Sa’d b. Abi Waqqas yang ingin membunuh saudara lakinya sendiri (Utbah). Meskipun serangan terhadap Muhammad tidak mematikan (karena Muhammad memakai baju perang dua lapis), pukulan yang diterimanya begitu keras sehingga dua cincin helmnya menusuk masuk pipinya. Muhammad yang terluka dengan hebatnya mengutuki orang yang menyerangnya. Para bodyguard-nya berperang dengan sengit untuk melindunginya, tapi tentara Quraish terus menyerang tanpa berhenti sehingga akhirnya ke tujuh bodyguard Muhammad tewas semua. Sekarang tinggal 2 Muhajir yang bernama Ubaidullah dan Sa’d b. Abi Waqqas yang melindungi Muhammad. Dalam waktu singkat, tentara Quraish melukai Talhah b. Ubaidullah. Pemegang bendera Muslim yang bernama Musab b. Umayr berdiri tak jauh dari situ. Kebetulan muka dan sosok dia mirip dengan Muhammad. Ibn Qamiah menyerang dan membunuhnya. Karena dia mengira yang dibunuhnya adalah Muhammad, maka dia berteriak sekuat tenaga, “Muhammad sudah dibunuh.” Mendengar kabar naas ini, tentara Muslim jadi kacau; karena kebingungan, mereka jadi bertempur satu sama lain. Satu korban dari kejadian saling serang antar kawan ini adalah ayah Hudhayfa yang bernama Al-Yaman. Ketika Hudhayfa melihat ayahnya akan dibunuh tentara Muslim lain, dia menjerit untuk menahannya, tapi terlambat dan ayahnya yang Muslim tewas di tangan tentara Muslim. Nantinya Hudhayfa memaafkan pembunuh ayahnya dan tidak menuntut uang darah. Banyak Muslim yang melarikan diri dari medan perang dan kembali ke Medina. Beberapa dari mereka membawa bangkai kawan seperjuangannya untuk dikubur di Medina. Beberapa Muslim bahkan mencoba untuk menghubungi Abd Allah ibn Ubayy untuk bertarung melawan tentara Quraish, agar mereka tidak dibunuh tentara Quraish. Tapi usaha ini gagal. Setelah mengetahui pihaknya kalah dan dirinya tidak ada yang melindungi,Muhammad pun lari menyelamatkan nyawanya. Seorang Jihadis yang bernama Ka’b b. Malik melihat Muhammad yang lari ketakutan dan berteriak gembira, “Rasul Allah masih hidup.” Muhammad yang sedang ketakutan meminta Ka’b untuk tutup mulut, tapi tentara Quraish berhasil mendengar bahwa musuh besar mereka masih hidup. Seorang Quraish yang bernama Ubay b. Khalaf memacu kudanya ke arah Muhammad untuk membunuhnya. Muhammad mengambil sebilah tombak dari tentaranya dan menusukannya ke arah Ubay b. Khalaf dan melukainya. Ubay kembali ke posisi tentara Quraish dengan luka di tenggorokan dan lehernya sambil berkata, “Demi Tuhan, Muhammad telah membunuhku.” Orang2 Quraish tidak melihat adanya luka yang serius mengancam jiwa pada diri Ubayy. Tapi Ubayy bersikeras mengatakan bahwa kutukan Muhammad telah melukainya. Ubay b. Khalaf mati karena lukanya dalam perjalanan kembali ke Mekah. Walaupun tidak ada bukti bahwa Muhammad telah membunuh siapapun dengan tangannya sendiri, Ibn Sa’d menulis, “Ubayyi Ibn Khalaf al-Jumahi, yang dibunuh Muhammad dengan tangannya sendiri ….” [98]
96 Tabari, vol. vii, p.120
97 Mubarakpuri, p.3

Ketika sedang lari menyelamatkan diri, Muhammad jatuh ke sebuah lubang jebakan yang digali Abu Amir, sang biarawan Kristen, untuk menjebak serdadu Muslim. Sekarang setelah mendengar teriakan gembira Ka’b, sekitar 30 tentara Jihadis termasuk sahabat dekat Muhammad yakni Abu Bakr, Ali, Umar, dll berlari ke arahnya. Ketika mereka sampai ke lubang jebakan, dengan lega mereka menemukan bahwa Muhammad masih hidup. Muhammad meminta mereka tidak ribut tapi bergerak menuju ke Utara ke sebuah gua di sisi bukit. Ali mengulurkan tangan untuk membantu Muhammad ke luar dari lubang itu. Bersama Muhammad, kelompok itu lalu bergerak diam2 ke arah bukit dan berlindung di situ, untuk mengatur rencana mundur bagi tentara Muslim dan terutama merawat luka Muhammad dan serdadu lain. Dikabarkan bahwa Aisha dan beberapa Muslimah bergabung bersama kelompok Muhammad. Fatima (anak perempuan Muhammad) tiba di tempat pertempuran dan menolong membalut luka ayahnya. Dibutuhkan waktu sebulan sampai semua lukanya sembuh.

Saudara perempuan Hamzah yang bernama Safiya juga datang. Dia sangat sayang dan dekat dengan Hamzah. Perang Uhud juga menunjukkan bahasa yang sangat kasar dan vulgar, terutama dari pihak Muslim. Misalnya:
Ketika keadaan tentara Muslim sedang kacau balau, Hamzah terus bertempur dengan gagah berani membunuhi beberapa orang Quraish. Budak Abisinia yang bernama Wahsi (Ingat? Dia disewa Hind bt. Utbah untuk membunuh Hamzah) mengamatinya dari jarak dekat dan mengambil posisi strategis untuk mengarahkan lembing mautnya ke arah Hamzah. Pada saat iut, Abd al-Uzza al-Ghubshani (Abu Niyar) berlalu di hadapan Hamzah. Abu Niyar adalah anak dari pesunat anak perempuan yang bernama Umm Ammar yang adalah budak Shariq b. Amr b. Wahb al-Thaqafi yang dimerdekakan. Jadi Hamzah membentaknya, “Ke sini kamu, anak tukang potong klitoris.”[99] Ketika Wahsi, budak of Jubayr b. Mutim melihat Hamzah membentak Abu Niyar, dia (Wahsi) dengan cepat melemparkan lembingnya dan menusuk bagian bawah perut Hamzah dan tembus ke luar diantara kakinya. Hamzah dengan cepat mati dan Wahsi mengambil kembali lembingnya dan balik menuju tempat kemah Quraish. Dia sudah memenuhi tugasnya membunuh Hamzah. Mayat Hamzah tergeletak di tanah.

Jadi sekarang kita tahu bahwa FGM (Female Genital Mutilation = sunat bagi wanita) ternyata umum dilakukan diantara bangsa Arab di jaman Muhammad. Muhammad tidak berupaya apapun untuk mencegah praktek ini.
98 Ibn Sa’d vol.ii, p.50

Seperti yang dikatakan sebelumnya, setelah Muhammad dikeluarkan dari lubang, Abu Bakr, Umar, Ali dan orang2 Muslim lain membawanya ke sebuah gua untuk merawat luka2nya. Seorang Jihadis mengeluarkan cincin yang menembus pipi Muhammad. Sewaktu sedang melakukan ‘operasi’ primitif itu, dia memutuskan gigi taring Muhammad yang sudah rusak sejak tadi. Darah mengucur deras keluar dari luka Muhammad membasahi mukanya. Malik b. Sinan menghisap darah itu dan menelannya.[100] Melihat ini Muhammad berkata, “Dia yang darahnya bercampur dengan darahku tidak akan tersentuh api neraka.” [101] Abu Bakr, Umar, Ali dan sahabat2 dekat Muhammad berusaha menghibur Muhammad dan Talhah b. Ubaidullah yang terluka berat. Bagi mereka yang menyebarkan berita palsu tentang kematiannya, Allah mengeluarkan ayatQ 3:144, “Muhammad is but a messenger, messengers (the like of whom) have passed away before him. Will it be that, when he dieth or is slain, ye will turn back on your heels! He who turneth back doth no hurt to Allah, and Allah will reward the thankful.”

Para Jihadis di sekeliling Muhammad jadi sangat lelah dan banyak yang jatuh tertidur di gua itu. Dalam waktu singkat Muhammad akhirnya meninggalkan medan perang dan berlindung di pegunungan Uhud.

Pada saat itu, setelah pihak Quraish menyadari bahwa pihak Muslim telah dikalahkan dan mereka (pihak Muslim) telah melarikan diri ke pegunungan, mereka mulai memeriksa musuh2nya yang tewas di medan perang. Saat itu adalah tengah hari. Setelah siang berlalu, kaum Quraish mulai mencari mayat Muhammad, tapi tidak menemukannya sehingga mereka mulai curiga jangan2 dia tidak mati. Beberapa tentara Quraish memotong-motong mayat2 Muslim. Mereka memotong kuping2 dan hidung2 (bahkan juga alat kelamin) korban2 mereka dan dijadikan kalung. Hind bt Utbah sangat dikuasai rasa dendam sehingga dia tidak hanya mengenakan kalung2 dan gelang2 anggota badan musuhnya Hamzah, tapi juga terus melanjutkan dengan memotong-motong badan Hamzah. Dia robek perutnya, mengambil hati dan memakannya tapi rasanya sangat tak karuan sehingga dia memuntahkannya kembali. Abu Sufyan mengutuk perbuatan liar Hind itu.[102]

Lalu Abu Sufyan mendekati daerah dekat gua tempat Muhammad dkk berlindung dan bertanya siapa yang berada dalam gua. Tidak ada yang menjawabnya. Karena itu Abu Sufyan lalu meneriakkan bahwa orang2 Quraish telah membunuh semua ketua kelompok Muslim, termasuk Muhammad. Karena tidak tahan hinaan ini, Umar dengan marah berteriak balik dan mengatakan mereka semua masih hidup, selamat dan sehat, termasuk Muhammad. Meskipun agak kaget, Abu Sufyan ragu2 untuk melanjutkan pertumpahan darah dan mengatakan pada Umar bahwa tentara Quraish sedang memuaskan kemarahan dengan memotong-motong mayat2 Muslim, tidak peduli Umar suka atau tidak. Abu Sufyan sudah puas membayar kematian anak lakinya Hanzalah b. Abu Sufyan yang mati di Badr II. Dia lalu menantang Muhammad untuk bertemu lagi di tahun depan di Badr. Muhammad menerima tantangan ini. Setelah berteriak memuja Hubal (dewa terbesar di Ka’aba) dan Uzza (dewa lain dari Nakhla) atas kemenangan pihak Mekah, Abu Sufyan memerintahkan prajuritnya berbaris kembali ke Mekah. Akan hal ini, Muhammad mengumumgkan Allah sebagai pelindung kaum Jihadis.
99 Tabari, vol.vii, p.121
100 Mubarakpuri, p.323
101 Ibn Ishaq, p.754; Ibn Hisham’s note
102 Heykal, Ch. Uhud

Setelah Abu Sufyan pergi jauh dari tempat perlindungan kaum Muslim, Muhammad memerintah Ali untuk menyelidiki kepergian tentara Quraish. Ali melaporkan kembali bahwa orang2 Quraish menunggangi unta2 dan kuda2 mereka. Berita ini melegakan Muhammad karena ini menunjukkan tentara Quraish sudah pasti kembali ke Mekah dan tidak berencana untuk kembali ke Uhud/Medina. Setelah yakin tidak ada serangan lagi dari pihak Quraish, Muhammad memerintah para pengikutnya untuk ke luar dari tempat persembunyian. Jadi sekali lagi pihak Muslim kembali ke medan perang yang sekarang penuh dengan mayat2 kaum Jihadis yang dipotong-potong. Ini sungguh pemandangan yang mengerikan. Ketika Muhammad melihat tubuh paman dan saudara angkatnya, Hamzah, yang berceceran, dia sangat sedih dan mulai menangis. Keadaan tubuh Hamzah sungguh mengerikan sehingga Muhammad melarang bibinya, Saffiya untuk melihat mayat saudara lakinya Hamzah. Tapi Saffiya tetap datang dan melihat mayat saudara lakinya tergeletak di tanah dengan sebagian anggota badannya hilang atau terpotong-potong. Saffiya tenang, menguasai diri dan meminta Allah mengampuni Hamzah. Muhammad memerintahkan agar mayat Hamzah dikubur di tempat dia mati. Muhammad lalu bersumpah untuk membalas dendam dengan memotong-motong 30 orang Quraish bagi Hamzah. Ada yang bilang dia bersumpah untuk memotong 70 orang. Akan tetapi, praktek potong memotong ini dilarang kemudian di ayat Q 16:126. Muhammad lalu melarang pemotongan mayat tapi mengumumkan: “Jihadi yang terluka akan dibangkitkan di hari akhir dengan darah menetes dari lukanya dan bau lukanya akan seperti bau musk (wewangian).”[103] Selain itu dia juga berkata: “Tuhan menaruh roh2 mereka yang mati di Uhud dalam sekelompok burung2 hijau dan para Jihadis ingin kembali dari surga dan dibunuh lagi, lagi, dan laig.”[104]

Pesan yang sama bisa dilihat di
Hadis Sunaan Abu Dawud, Book 14, Number 2514:
Dikisahkan oleh Abdullah ibn Abbas:
Sang Nabi berkata: Ketika saudara2mu dibunuh di perang Uhud, Allah menaruh roh2 mereka dalam sekelompok burung2 hijau yang terbang ke sungai2 di surga, makan buah2nya dan bertelur di lampu2 emas di naungan Takhta (Allah). Lalu ketika mereka merasakan manisnya makanan mereka, minum dan istirahat, mereka bertanya: Siapa yang dapat mengatakan kepada saudara2 kami bahwa kami hidup di Surga, sehingga mereka tidak takut untuk melakukan Jihad dan tidak mau berperang? Allah yang Maha Tinggi berkata: Aku akan memberitahukan mereka tentang kamu; jadi Allah mengirim turun, “Dan jangan mengira mereka yang mati di jalan Allah… “ 
sampai akhir ayatnya.
103 Ibn Ishak, p.388
104 Ibn Ishak, p.400

Setelah mengubur rekan2 mereka, para Muslim termasuk Muhammad kembali ke Medina. Dalam perjalanan pulang ke Medina, banyak orang, terutama kaum wanita yang sangat ingin tahu nasib orang2 yang mereka cintai atau dekat dengan mereka. Muhammad tak punya pilihan lain kecuali menceritakan nasib buruk kekasih dan saudara2 mereka. Ketika dia melewati tempat tinggal para Ansar, Muhammad mendengar para wanita menangisi orang2 yang mereka kasihi. Dia sendiri menangis tapi tidak menemukan seorang pun yang menangis bagi Hamzah, paman Muhammad.

Di malam harinya (Sabtu, 7 Shawal), Muhammad bersama dengan tentara Muslim kembali ke Medina. Ketika Muhammad masuk ke rumah keluarganya, dia dan Ali memberikan pedang2 mereka kepada Fatima (anak Muhammad dan istri Ali) untuk membersihkan bercak darah pada pedang itu. Dilaporkan 70 Muslim mati di perang Uhud. Pihak Quraish kehilangan 23 orang.[105]

Ada beberapa kecelakan pembunuhan Muslim yang dilakukan pihak Muslim sendiri. Misalnya seperti yang sudah disebutkan bahwa Husayl b. Jabir al-Yaman dibunuh oleh pihak Muslim yang tidak mengenalinya. Muhamad membayar uang darah pada anak laki Husayl yang bernama Hudhayfah. Lalu Hudhayfah memberikan uang itu kepada para Muslim yang memerlukannya.

Anak laki Hatib yang bernama Yazid menderita luka parah dan dihibur oleh para Muslim lainnya dengan janji surga bagi yang mati sebagai martir. Mendengar hal ini, Hatib jadi marah dan menyalahkan pihak Muslim yang salah bunuh dan mengakibatkan anaknya mati. Muslim lain yang bernama Quzaman telah berperang dengan gagah berani dan membunuh 8 sampai 9 orang pagan dan dia sendiri luka parah. Ketika orang2 menyelamatinya karena keberaniannya, dia hanya berkata bahwa dia melakukan itu untuk membela masyarakatnya sendiri. Ketika rasa sakit yang ditanggungnya jadi tak terperikan, dia akhirnya bunuh diri dengan memotong urat nadi tangannya dengan mata anak panah. Muhammad sangat tidak suka akan Quzman yang berkata bahwa dia berperang dan mati untuk negaranya dan bukan untuk Allah dan RasulNya. Ketika para pengikut Muhammad tanya padanya tentang nasib Quzman setelah mati, Muhammad menjawab, “Dia jadi penghuni neraka.”[106]
105 Ibn Sa’d, vol.ii, p.50
106 Mubarakpuri, p.334

Seorang Yahudi yang bernama Mukhayriq juga mati di Uhud. Dia berperang bagi Muslim dan mengajak orang2 Yahudi lain untuk bertempur bersama Muhammad. Tapi kebanyakan Yahudi tidak ikut perang karena menghormati hari Sabbath (Sabtu). Melalui pengakuannya, Muhammad mengatakan bahwa Mukhayriq adalah Yahudi terbaik. Sahih Bukhari mencatat bahwa istri Muhammad yakni Aisha dan wanita lain bernama Umm Sulaim (tidak jelas apakah dia ini istri Muhammad atau bukan) menyediakan air bagi tentara Muslim di Uhud. Ini hadisnya:
Sahih Bukhari Volume 4, Book 52, Number 131:
Dikisahkan oleh Anas:
Di hari (perang) Uhud, ketika beberapa orang mundur dan meninggalkan sang Nabi, aku melihat 'Aisha bint Abu Bakr dan Um Sulaim, dengan jubah mereka terikat sehingga gelang2 kaki mereka tampak, membawa kantung2 air (di kisah lain ditulis “membawa kantung2 air di pundak mereka”). Lalu mereka menuangkan air ke mulut orang2, dan kembali mengisi kantung2 lagi dan kembali lagi menuangkan air ke mulut orang2. 

Di malam hari setelah mereka kembali ke Uhud, tentara Muslim tetap siaga di kota Medina untuk berjaga-jaga andaikata pihak Quraish menyerang lagi. Di sepanjang malam Muhammad memikirkan lagi apa yang telah terjadi dan bagaimana masa depannya dan para pengikutnya. Kekalahan di Uhud teramat menyakitkan baginya dan kredibilitasnya sebagai Rasul Allah sekarang terancam – Muhammad tahu betul akan hal ini. Dia harus tetap tenang, berkepala dingin dan menguasai diri, dan harus menentukan langkah apa yang harus dia ambil untuk memulihkan kredibilitasnya dan rasa terpesona para pengikutnya terhadap dirinya. Bagi mereka, dia tak terkalahkan dan dekat dengan Allah – hal ini merupakan kebenaran mutlak bagi mereka. Muhammad bersumpah untuk tidak akan kehilangan kekuatan kharisma dan hipnotisnya terhadap para Jihadis. Di saat yang sama dia pun sadar akan bahaya tentara Quraish kembali dan menyerang Medina tiba2. Satu2nya pilihan baginya adalah ke luar untuk mencari tahu tentang tentara Quraish dan memasukkan teror dalam hati mereka dengan segala cara yang bisa dia lakukan – dia tahu benar akan hal ini.
 

Bagian Tujuh 
‘Kita harus bayar pajak untuk pergi ke Surga’ ---Ramzi Binalshibh [107] 

Teror Twenty-two
Penyerangan atas Hamra al-Aswad oleh Muhammad—March, 625M


Seperti yang telah ditulis sebelumnya, Muhammad sangat gundah akan kekalahan pihak Muslim di Uhud. Karena itu, untuk mengangkat moral para Muslim dan tetap membuat takur orang2 Yahudi dan orang2 munafik, dia merencanakan beberapa serangan terhadap musuh untuk membalas kekalahan di Uhud.

Jadi pada hari Minggu, tanggal 8 Shawaal, AH 3 (24 March, 625), sehari setelah perang Uhud, ketika para Muslim bangun, mereka mendengar Muhammad memanggil mereka untuk mengejar tentara Quraish. Dia memerintahkan para tentara untuk bersiap, tapi hanya mereka yang ikut perang Uhud di hari sebelumnya yang boleh bergabung dengan operasi militer baru ini. Tak dapat disangkal bahwa dia melakukan hal ini untuk membangkitkan semangat para Jihadis, untuk menghilangkan ingatan kekalahan mereka yang memalukan di Uhud dan untuk membakar moral prajurit2nya yang tadinya hilang. Seorang Muslim yang tidak ikut perang Uhud karena ayahnya tidak memberi ijin baginya untuk berperang Jihad, diijinkan ikut masuk tentara Muslim. Seorang anak laki dari Jihadis yang mati terbunuh di Uhud minta ijin Muhammad untuk ikut operasi militer ini dan dia pun diijinkan ikut. Selain mereka, beberapa Jihadis yang terluka juga ikut barisan tentara ini.

Tak lama sebelum Muhammad mengejar tentara Mekah, dia mengirim tiga orang pengintai yang semuanya berasal dari B. Aslam untuk memeriksa jejak kaki tentara Mekah. Dua dari mereka bertemu dengan tentara Mekah di Hamra al-Asad, sekitar 8 (atau 10 menurut Ibn S’ad) mil dari Medina. Abu Sufyan sudah mengetahui tentang usaha Muhammad untuk mengejar tentara Mekah. Dua pengintai mendengar percakapan diantara orang2 Quraish: apakah mereka harus kembali dan menghabisi para Muslim sekali untuk selamanya atau kembali ke Mekah. Abu Sufyan sebenarnya ingin kembali dan menghancurkan tentara Muslim tapi setelah bertukar pikiran dengan Safwan ibn Umayyah, dia tidak jadi melakukan hal itu dan melanjutkan perjalanan kembali ke Mekah. Ini terjadi sehari sebelum Jihadis Muslim tiba di Hamra al-Asad. Sebelum berangkat dari Hamra al-Asad, tentara Quraish menemukan dua pengintai Muslim, menangkap dan membunuh mereka, lalu melemparkan mayat2 mereka di jalan. Tidak diketahui bagaimana nasib pengintai ketiga. Tampaknya dia melarikan diri kembali ke Muhammad.

Para Jihadis di bawah pimpinan Muhammad yang berbalut perban pergi ke Hamra al-Asad dan menemukan dua mayat pengintai yang dikirim Muhammad untuk mengintai tentara Quraish. Setelah Muhammad tahu bahwa tentara Quraish tidak ada di sana untuk menyerangnya lagi, dia merasa lega dan mengambil keputusan untuk diam di tempat itu selama 3 malam (atau 5, menurut Ibn Sa’d) sampai hari Rabu (25-27 March, 625) sebelum kembali ke Medina. Ketika dia sedang menunggu kesembuhan dari luka yang didapatnya di perang Uhud, dai memerintahkan pembakaran 500 kayu bakar yang ditumpuk tinggi untuk mengirim pesan pada tentara Quraish bahwa dia masih tetap kuat.
Ketika Muhammad sedang berada di Hamra al-Asad, dia membuat persetujuan dengan Mabad al-Khuzaah di Tihamah. Orang2 Muslim dan pagan dari Tihamah adalah sekutu terpercaya Muhammad. Mereka setuju untuk tidak menyembunyikan apapun dari Muhammad.
107 Masterminds of terror, p116; Ramzi Binalshibh was one of the planners of 9/11

Lalu, Mabad pergi ke Mekah dan bertemu dengan Abu Sufyan. Mabad memberi keterangan palsu bahwa Muhammad sedang mengumpulkan kekuatan untuk memerangi Abu Sufyan. Pada saat itu Abu Sufyan dan kawan2nya sedang merencanakan serangan hebat ke Medina untuk menghabisi pihak Muslim sama sekali. Mendengar bualan Mabad tentang kekuatan militer Muhammad, Abu Sufyan menarik kembali rencananya untuk segera menyerang para Muslim.[108] Jadi Muhammad sekali lagi membuktikan bahwa penggunaan teror dan tipuan memang berguna untuk tujuannya.

Setelah menunjukkan keberaniannya di Hamra al-Asad, Muhammad kembali ke Medina. Seorang serdadu Quraish berkeliaran di Hamra al-Asad. Dia adalah penulis puisi yang bernama Abu Azzah al-Jumahi, yang adalah seorang yang miskin yang mempunyai 5 anak perempuan. Dia tertinggal rombongan tentara Quraish. Sebelumnya, dia adalah tawanan perang Badr II. Karena dia miskin dan tidak mampu membayar uang tebusan bagi dirinya sendiri, maka dia memohon untuk dimerdekakan. Muhammad membebaskannya asalkan dia berjanji tidak akan melawan pihak Muslim lagi. Akan tetapi dia tergoda oleh orang2 Mekah untuk berperang lagi melawan Muslim karena dijanjikan upah yang besar kalau menang atau untuk mengurus ke 5 anaknya jikalau dia mati terbunuh. Setelah pihak Muslim kalah telak di Uhud, dia memohon ampun kepada Muhammad, tapi Muhammad tidak menaruh kasihan padanya dan memerintahkan agar Abu Azzah dibunuh karena dia telah melanggar janjinya. Hazrat Ali lalu membunuhnya.[109]

Seoarang Quraish lain ketika kembali ke Mekah kesasar di jalan dan bermalam di dekat Medina. Di pagi harinya dia pergi ke rumah Uthman ibn Affan (menantu Muhammad). Uthman menjumpainya, memberinya kemurahan hati selama 3 hari, menyediakan unta dan kebutuhannya untuk perjalanan kembali ke Mekah. Setelah sepakat tentang itu, Uthman berangkat dengan Muhammad ke Hamra-al-Asad. Orang Quraish yang sial ini berlambat-lambat dan tinggal di Medina lebih dari 3 hari. Muhammad yang mendengar keterlambatannya lebih dari sehari itu menangkapnya dan memerintahkan agar dia dibunuh.

Al-Harith b. Suwayd adalah seorang yang munafik. Dia pergi ke Uhud bersama Muslim tapi membunuh beberapa Muslim. Lalu dia lari ke Mekah, bergabung dengan kelompok Quraish. Setelah itu, Al-Harith mengirim saudara lakinya menghadap Muhammad untuk minta ampun, sehingga dia boleh kembali ke Medina. Muhammad mengijinkannya kembali, tapi belum mengambil keputusan tentang nasibnya, dan memilih menunggu sampai dia kembali dari Hamra al-Asad. Atas keraguannya ini, Allah dengan cepat mengirim ayat Q 3:86 yang memutuskan bahwa siapa yang menolak iman Islam setelah menerimanya harus dihukum mati. Karenanya, setelah kembali ke Medina, Muhammad memerintahkan pembunuhan atas al-Harith b. Suwayd karena dugaan pembunuhan atas al- Mujaddzir of B. Aws. Pembunuhan (yakni dugaan pembunuhan yang tak terbukti atas al-Mujaddzir) terjadi 9 atau 10 tahun sebelumnya. Muhammad memerintahkan Uthman b Affan, menantunya, untuk memenggal kepala al-Harith. Hazrat Uthman memenggal al-Harith di pintu gerbang mesjid, tepat di hadapan Muhammad.[110]
108 Tabari, vol. vii, p.140
109 Tabari, vol. vii, p.141-142

Sukses perampokan Badr II dilihat orang sebagai bukti pengakuan ilahi Muhammad. Sekarang, kekalahan di Uhud menjatuhkan pengakuan bahwa dirinya adalah nabi. Orang2 Yahudi mulai menyebarkan pertentangan ini. Muhammad sekarang sangat perlu untuk menegakkan reputasinya yang goyah dan membangkitkan moral para pengikutnya. Dia mulai berkhotbah bahwa kekalahan di Uhud adalah karena para munafik. Dia mengaku bahwa Allah di Sura 3 telah memberitahu kebenaran baginya. Lalu dia melanjutkan dengan memisahkan para pengikutnya yang sejati dari para munafik dengan menyalahkan mereka yang tinggal di rumah dan tidak ikut Jihad di Uhud. Dengan menyatakan bahwa andaikata dia mati sekalipun, tujuan tindakannya tetap berlaku, dia menjanjikan keberhasilan di masa depan kepada para pengikutnya jika mereka tetap teguh dan berani. Tujuannya itu sendiri adalah kehidupan fana dan ilahi – dia sangat tegas akan hal ini. Nasehatnya memberi pengaruh yang kuat pada para Jihadis sejati, dan mereka sekarang jadi lebih yakin. Muhammad merasa puas karena dia benar2 dapat membuat para pengikutnya yang gampang dikibulin itu menerima teori apapun yang dikarangnya sebagai suatu kebenaran.

Teror Dua Puluh Tiga
Perampokan atas B. Asad ibn Khuzaymah di Katan daerah Nejd oleh Abu Salma b. Abd al Asad al-Makhzumi —April, 625M 


Bani Asad ibn Khuzaymah, yakni para penduduk di Katan, di dekat daerah Fayd yang ada sumber mata airnya, adalah suku bangsa yang kuat yang punya hubungan erat dengan kaum Quraish. Mereka tinggal di bukit Katan di daerah Nejd. Muhammad mengaku bahwa dia menerima laporan pengintainya tentang rencana suku ini untuk menyerang Medina. Jadi dia mengirim 100 pasukan tentara di bawah pimpinan Abu Salma b. Abd al Asad al-Makhzumi untuk menyerang suku ini tiba2. Di hari pertama Muharram [111] ketika mereka sedang tidak siap sama sekali, Abd al-Asad menyerang dan meneror mereka and merampas jarahan rampokan.

Akan tetapi operasi teror ini tidak sukses besar. Ketika para Jihadis tiba di tempat itu, para calon korban melarikan diri dan orang2 Muslim hanya menemukan tiga gembala dengan kelompok unta dan kambing yang besar. Mereka mengambil semua ternak itu sebagai barang jarahan, dan ketiga gembala sebagai tawanan. Lalu para unta, kambing, dan ke 3 tawanan dibawa ke Medina. Muhammad mengambil seorang tawanan (sebagai budak) bagi dirinya sendiri, mem-bagi2kan unta dan kambing diantara para Jihadis sambil mengambil 1/5 bagian barang jarahan untuk dirinya sendiri. Keberhasilan usaha perampokan ini mengembalikan harga diri sebagian Muslim yang tadinya hilang setelah perang Uhud. Abu Salamah tidak hidup lebih lama lagi setelah perampokan ini karena infeksi luka yang diterimanya di perang Uhud.
Sehubungan dengan penjarahan ini, perlu diutarakan bahwa berdasarkan hukum Islam tentang penjarahan, semua barang jarahan yang dapat dipindahkan harus dibawa dan dipindahkan dari tempat penjarahan. Berdasarkan hukum Islam, tidak merampas kekayaan kafir setelah keberhasilan perampokan adalah perbuatan yang bertentangan dengan hukum. Dalam aturan Ghanimah (penjarahan), Dictionary of Islam menulis, “Jika Imam atau ketua tentara Muslim menaklukkan suatu negara dengan kekuatan bersenjata, dia bebas untuk membiarkan tanah tetap dimiliki pemilik aslinya, selama orang ini bayar upeti, atau dia (Imam/ketua tentara Muslim) harus membagi-bagikannya diantara orang2 Muslim; tapi tentang barang2 yang dapat dipindahkan, adalah termasuk pelanggaran hukum jika dia(Imam/ketua tentara Muslim) membiarkan barang2 ini tetap dimiliki kafir, jadi dia harus mengambilnya ke luar bersama tentara Muslim dan membagi-bagikannya diantara para tentara Muslim.”[112]
110 Ibn Ishaq, pp.755- 756, Ibn Hisham’s note
111 Ibn Sa’d, vol.ii, p.150


Teror Dua Puluh Empat 
Pembunuhan atas Sufyan ibn Khalid, ketua Banu Lihyan di Urana (serangan pertama atas Banu Lihyan) oleh Abd Allah b. Unays—April, 625 M


Banu Lihyan adalah cabang dari suku kuat Hudhayl (bagian dari kaum Quraish), yang menempati daerah sekitar Mekah. Ketika teror Jihadis Muhammad menjadi tak tertahankan, mereka membujuk ketua suku mereka yang bernama Khalid ibn Sufyan al-Hudhayli di Urana untuk melakukan perang mencontoh dari kemenangan perang Uhud.

Empat hari setelah perampokan di Katan (yakni hari ke 6 Muharram), Muhammad mengetahui bahwa Sufyan ibn Khalid (atau Khalid b. Sufyan) sedang mengumpulkan orang2 di Nakhla untuk menyerangnya. Jadi dia memanggil Abd Allah b. Unays untuk pergi ke Nakhla atau Urana untuk membunuh ibn Khalid. Ketika Abd Allah b. Unays menanyakan seperti apa sosok calon korbannya, Muhammad menjawab, “Kalau kau melihat dia, kau akan takut dan terkejut dan kau akan ingat Setan.”[113] Abd Allah b. Unays berkata ia tidak takut akan ibn Khalid, tapi untuk membunuhnya, dia (Abd Allah) harus menggunakan tipu muslihat. Dia minta ijin Muhammad untuk berbohong dan melakukan penipuan. Muhammad tanpa ragu mengijinkannya berbuat itu.[114] Abd Allah b. Unays sembahyang pada Allah sebelum pergi untuk membunuh musuhnya. Dia menghabiskan hampir 18 hari untuk mencari jalan untuk masuk ke dalam tentara baru yang direkrut ibn Khalid. Lalu dia menemukan ibn Khalid di suatu tempat perhentian. Ketika dia bertemu dengannya, dia menundukkan kepala tanda hormat pada ibn Khalid. Lalu ibn Khalid menanyakan siapa dia, dan Abd Allah menjawab bahwa dia adalah orang Arab yang ingin bergabung sebagai sukarelawan dalam tentara ibn Khalid untuk bertempur melawan Muhammad. Sufyan ibn Khalid percaya padanya dan menyediakan tempat bernaung baginya. Lalu ketika sedang bercakap-cakap, Abd Allah b. Unays berjalan dekat ibn Khalid, dan ketika kesempatan datang, dia menikamnya dengan pedangnya dan membunuhnya. Setelah membunuh ibn Khalid, dia memenggal kepalanya dan membawanya kepada Muhammad. Ketika itu Muhammad sedang berada di mesjid. Abd Allah melemparkan kepala ibn Khalid ke dekat kaki Muhammad. Ketika dia menceritakan detail upaya pembunuhan, Muhammad memujinya dan memberinya hadiah sebuah tongkat sebagai tanda antara Muhammad dan Abd Allah di hari akhir. Abd Allah mengikatkan tongkat itu pada pedangnya dan tongkat itu terus bersamanya sampai ajalnya. Ketika dia mati, tongkat itu pun dikubur bersama mayatnya.[115]

Pembunuhan ini berakibat diamnya Banu Lihyan untuk beberapa saat. Tapi cabang lain Banu Liyhan ingin balas dendam atas kematian ketua mereka Sufyan ibn Khalid.
112 Hughes, dictionary of Islam, p.459
113 Ibn Sa’d, vol.ii, p.60
114 Ibid
115 Ibn Ishaq, p.664-665


Teror Dua Puluh Lima
Pembunuhan di al-Rajii—May atau July, 625 M


Ini adalah bagian penting dalam awal sejarah Islam. Di bagian teror dan pembunuhan ini kita bisa melihat sedikit tentang masyarakat Bedouin Arab yang sangat gampang melakukan kekerasan. Mencurahkan darah adalah kegiatan rutin dalam budaya barbar, tidak peduli siapa yang memulainya atau siapa yang salah atau benar. Pada saat kau membaca bagian ini tentang Islam yang ‘damai’, ingatlah kekerasan yang tak kunjung reda yang terjadi di seluruh dunia, dilakukan oleh Jihadis Islam. Ada beberapa versi dari kisah ini – sukar untuk menentukan dari perbedaan kisahnya. Ini adalah versi yang kusarikan, terutama dari versi Tabari dan Ibn Ishaq. Variasi ditandai dengan referensi yang sesuai.

Tak lama setelah perang Uhud, sekelompok orang dari Adal dan al-Qarah datang menghadap Muhammad, memintanya untuk mengirim untuk mereka beberapa guru untuk mengajar Islam kepada masyarakat mereka yang ingin memeluk Islam. Muhammad dengan segera menyetujui hal ini, dan dengan cepat mengirim 6 orang (atau 10 menurut Ibn Sa’d [116]) bersama mereka. Tapi sebenarnya, kelompok orang ini dikirim oleh Banu Lihyan yang ingin balas dendam atas pembunuhan ketua mereka, Sufyan ibn Khalid al-Hudhayli (lihat Teror 24). Orang2 ini adalah agen2 bayaran dari Bany Lihyan. Diantara 6 guru yang dipilih Muhammad adalah Asim b. Thabit, saudara laki dari B. Amr b. Awf, Marthad b. Abi Marthad (atau Asim b. Thabit menurut Ibn Sa’d [117]) ditunjuk sebagai ketua kelompok guru ini.

Ketika rombongan Muslim tiba di al-Raji, mereka bermalam di situ. Orang2 Adal dan Qarah yang adalah sekutu Hudhayl, pemilik sumber mata air, tiba2 menyerang dengan pedang mereka kepada ke 6 guru Muslim untuk merampok uang yang mereka miliki. Mereka berjanji untuk tidak membunuh, tapi minta uang. Akan tetapi orang2 Muslim tidak percaya akan janji mereka dan balik melawan. Semua Muslim kecuali Zayd b. al-Dathinnah, Khubyab b. Adi dan Abd Allah b. Tariq dibunuh. Ketiga orang Muslim ini menyerah dan dibawa sebagai tawanan untuk dijual di Mekah. Setelah membunuh Asim b. Thabit, Hudhayl ingin menjual kepalanya kepada Sulafah bt. Sad b. Shuhayd karena Sulafah telah bersumpah untuk minum dari batok kepala Asim b. Thabit. Ini adalah tindakan balas dendam atas kematian anak2 lakinya (Ingat? Kedua anak Sulafah yang bernama Musafi dan Julas dibunuh Asim b. Thabit di Uhud) di Uhud. Mereka tidak dapa memotong kepala Asim b. Thabit karena lebah2 penyengat melindunginya dan Allah mengirim banjir yang lalu membawa tubuh Asim! Dikatakan bahwa Asim bersumpah bahwa tiada satupun dari orang pagan yang layak menyentuh tubuhnya atau tubuhnya tidak akan bersentuhan dengan tubuh orang pagan. Ketika rombongan dan para tawanan perang tiba di al-Zahran, Abd Allah b. Tariq mencoba melarikan diri, tapi para penawannya membunuhnya dengan melempari batu sampai mati. Kedua tawanan lain dibawa ke Mekah dan dijual sebagai budak. Hujayr b. Abi Ihab membeli Khubayb atas nama Uqbah b. al-Harith, sehingga Uqbah dapat membunuh Khubyab sebagai balas dendam atas pembunuhan ayahnya di Uhud. Safwan b. Umayyah membeli Zayd b. al-Dathinah untuk dibunuh sebagai balas dendam atas pembunuhan ayahnya yang bernama Umayyah b. Khalaf di Badr II.
116 Ibn Sa’d vol.ii, p.66
117 Ibid

Sejarawan Islam seperti Ibn Ishak menyatakan bahwa Khubyab adalah budak yang dapat dipercaya karena dia tidak melukai anak laki yang masih kecil milik keluarga al-Harith sewaktu anak itu bersamanya dan Khubyad sedang memegang pisau untuk memotong rambutnya. Di kemudian hari, ibu anak itu mengaku bahwa dia belum pernah bertemu dengan seorang tawanan yang budinya seluhur Khubyab. Tentu saja kisah2 ini dilebih-lebihkan dan terserah pada pembaca untuk menilai. Khubyab dipenjara sambil menunggu waktu disalib dan tetap dipenjara sampai bulan2 suci berlalu, dan lalu orang2 Quraish membunuhnya.[118] Pada waktu dia akan dibunuh di Ka’aba, Khubyab mohon diijinkan sembahyang. Dia diijinkan sembahyang dan ini jadi tradisi bagi kaum Muslim untuk sembahyang dulu sebelum mereka dihukum mati. Setelah selesai sembahyang, Abu Sirwaah b. al-Harith b. Amir membawa Khubyab ke luar dan memancungnya. Tawanan lain Zayd b. al-Dathinah diberikan pada pelayan Safwan yang bernama Nastas untuk dibunuh. Sebelum pembunuhan Zayd b. al-Dathinah, Abu Sufyan ingin menyelamatkan nyawanya untuk ditukar dengan nyawa Muhammad. Tapi kasih Zayd terhadap Muhammad demikian besar sehingga dia tidak mau Muhammad disakiti sedikit pun. Akhirnya Nastas membunuh Zayd b. al-Dathinah.

Muhammad dan masyarakat Muslim sangat sedih mendengar berita kematian ke 6 Jihadis. Hassan ibn Thabit, sang penulis puisi Muslim mengarang sebuah puisi untuk mengingat mereka. Muhammad sadar bahwa hal ini dapat menggoyahkan kewibawaan Muslim andaikata terulang lagi. Untuk melawan rasa takut itu, Allah dengan cepatnya mengirim jaminanNya di ayat Q 2:204.

Ketika berita penculikan dan penjualan kedua budak Muslim itu terdengar Muhammad, dia dengan segera mengirim Abu Kurayb ke Quraish untuk mengintai. Dikisahkan bahwa dia melepaskan ikatan pada mayat Khubyab yang tergantung di kayu salib. Dikisahkan pula bahwa tubuh Khubyab jatuh ke tanah dan hilang untuk selamanya.


Teror Dua Puluh Satu
Usaha Pembunuhan atas Abu Sufyan b. Harb oleh ‘Amr b. Umayyah al-Damri—July, 625M 


Setelah pembunuhan atas Khubyab (setelah pembunuhan di al-Rajii) dan kawan2nya, Muhammad memerintah seorang pembunuh bayaran yang bernama Amr b. Umayyah al-Damri [119] bersama dengan seorang Ansar untuk membunuh Abu Sufyan b. Harb. Dikisahkan pula bahwa pada waktu yang bersamaan Abu Sufyan juga mengirim seorang pembunuh untuk menghabisi Muhammad. Orang2 Muslim menangkap pembunuh ini dan dia minta diampuni. Muhammad mengampuninya dan dia pun lalu memeluk Islam.[120] Tapi Muhammad mau membalas dendam kepada Abu Sufyan. Dia mengirim dua orang pembunuh yang dipimpin oleh pembunuh sewaan Amr b. Umayyah untuk membunuh Abu Sufyan secara diam2 ketika dia sedang istirahat atau tidur. Dua Jihadis pembunuh ini lalu pergi naik unta. Menurut Tabari, orang Ansar yang ikut serta menderita sakit kaki. Mereka melanjutkan perjalanan naik unta sampai di lembah Yajaj di mana mereka sepakat bahwa Amr harus pergi ke rumah Abu Sufyan untuk membunuhnya. Jika ketahuan atau ada bahaya, maka orang Ansar itu harus segera kembali ke Muhammad untuk melaporkan dan mendapat perintah selanjutnya. Usaha Amr untuk membunuh Abu Sufyan gagal dan dia kembali kepada kawannya orang Ansar.
118 Ibn Ishak, p.761
119 Tabari vol. vii, p.148
120 Ibn Sa’d, vol ii, p.116

Mereka masuk Ka’aba dan melakukan ibadah haji. Ketika ke luar, seorang (yang menurut Ibn Sa’d bernama Muawiyah) mengenal Amr b. Umaya dan berteriak keras karena Amr adalah orang yang sangat ganas dan liar. Orang2 di sekitar Ka’aba mulai mengepung Amr. Amr dan kawannya orang Ansar lari ke gunung lalu masuk suatu gua sehingga berhasil menghindari orang2 Mekah dan mereka bermalam di gua itu. Ketika mereka berada di gua, seorang Quraish pergi ke sana untuk memotong rumput bagi keledainya. Dia pergi dekat dengan letak gua di mana Amr berlindung. Amr ke luar dari gua dan membunuhnya tanpa alasan apapun. Jeritan orang Quraish ini menarik perhatian orang2 Mekah yang sedang mencari Amr. Ketika orang2 Mekah datang untuk menolong, orang Quraish yang terluka parah ini mengatakan bahwa Amr menusuknya lalu dia pun mati. Orang2 Mekah begitu sibuk menolong orang Quraish itu sehingga mereka tidak sempat mencari Amr. Setelah dua hari berdiam di gua itu, Amr dan kawannya ke luar, dan ketika mereka mencapai al-Tanim, mereka menemukan salib Khubyab. Seorang menjaga salib itu. Amr menasehati orang Ansar temannya yang ketakutan untuk naik unta dan kembali ke Muhammad dan melaporkan apa yang terjadi. Amr sendiri lalu mendekati salib dan melepas ikatan tali di mayat Khubyab dan memanggul mayat itu. Tapi tak lama kemudian orang2 Mekah mengetahuinya sehingga Amr cepat2 membuang mayat Khubyab dan melarikan diri ke arah al-Safra dan berhasil menghindar orang2 Mekah. Kawannya orang Ansar berhasil kembali ke Muhammad dan melaporkan apa yang terjadi.

Amr melanjutkan jalan kaki sampai tiba di sebuah gua lain dan berlindung di situ dengan membawa panah dan busurnya. Seorang gembala yang bermata satu dari Banu al-Dil datang untuk bernaung di gua itu pula. Amr berbohong padanya dengan mengatakan dirinya berasal dari Banu Bakr (teman suku Quraish). Orang bermata satu itu juga mengaku berasal dari Banu Bakr. Lalu dia berbaring di samping Amr dan menyanyikan lagu yang menyatakan dia tidak akan pernah mau jadi Muslim seumur hidupnya. Nyanyian ini membuat Amr marah dan ingin menghabisi orang mata satu itu. Segera setelah orang itu tidur, Amr bangun dan membunuh orang itu dengan menusukkan anak panahnya ke mata orang itu yang masih bagus, menembus ke dalam sampai ke luar dari lehernya. Setelah membunuh gembala Bedouin itu, Amr lari ke lua gua dan menuju ke dusun yang tak jauh dari situ, lalu ke Rakubah dan akhirnya ke al-Naqi. Ketika di sana, dia melihat dua mata2 Mekah yang dikirim untuk mengawasi Muhammad. Amr meminta mereka menyerah. Satu orang tidak mau dan Amr membunuhnya dengan panahnya. Yang satu lagi menyerah dan Amr mengikatnya dan membawanya pada Muhammad. Ketika Amr tiba menghadap Muhammad dengan tawanan seorang Mekah, Muhammad memberkati Amr karena melaksanakan tugas dengan baik.


Teror Dua Puluh Tujuh
Pembunuhan di Bir Maunah—July, 625M


Bagian ini merupakan kisah tragis orang2 Muslim. Ini melibatkan pembantaian 40 (menurut Ibn Ishaq) atau 70 misionaris Muslim yang dibunuh oleh kafir. Meskipun begitu, jika kita melihat penghancuran dan teror yang dilakukan Muhammad terhadap mereka yang tidak percaya padanya, sudahlah jelas bahwa Muhammad memang membangkitkan keinginan korban2nya untuk membalas dendam padanya. Bagaimana pun juga tidak ada orang yang tahan dan bisa terus menahan diri atas kegiatan perampokan, teror, penyiksaan, pembunuhan politik, penyerangan, dll yang dilakukan tanpa henti oleh Muhammad. Sudah saatnya bagi para kafir untuk membalas dendam dan memberi pelajaran yang layak bagi Muhammad.

Sewaktu aku memeriksa beberapa sumber2 Islam tentang detail kisah ini, aku menemukan banyak kisah yang bertentangan dan tidak jelas. Tulisanku ini adalah hasil kesimpulanku yang terbaik tentang kejadian penting awal sejarah Islam.

Empat bulan setelah perang Uhud, dan kembalinya pembunuh bayaran Amr b. Umayyah, ketua rombongan Banu Amir b Sasaah yang bernama Abu Bara yang telah lanjut usia datang menghadap Muhammad dan memberinya hadiah. Abu Bara menginap di Medinah. Muhammad tidak bersedia menerima hadiah sebab pemberinya adalah orang pagan dan meminta Abu Bara untuk memeluk Islam. Abu Bara menolak meskipun dia menyadari beberapa hal yang baik dalam Islam. Dia meminta Muhammad untuk mengirim beberapa Muslim kepada orang2 Najd agar mereka memeluk Islam. Awalnya, Muhammad sangat ragu akan permintaan ini karena takut hal buruk akan menimpa orang2 Muslim (misionaris Islam) yang dikirim ke sana. Karena melihat keraguan Muhammad, Abu Bara menjamin keselamatan misionaris Islam. Setelah mendengar itu, Muhammad mengirim 40 pengkhotbah Islam (yang lain bilang 70), dan menunjuk al-Mundhir b. Amr sebagai ketua tim misionaris ini. Dikisahkan bahwa mereka adalah Muslim2 terbaik dalam kelompok Muhammad.

Para ahli Qur’an ini naik kuda sampai mereka mencapai sumur Bir Maunah. Bir Maunah terletak dekat perbatasan B. Amir dan B. Sulaym. Di Bir Maunah, orang2 Muslim mengirim utusan yang membawa sebuah surat dari Muhammad untuk Amir b. Tufayl, yakni saudara sepupu Abu Bara dan pemimpin B. Amir. Ketika utusan itu bertemu dengan Amir b. Tufayl, Amir segera membunuh utusan itu tanpa membuka surat dari Muhammad. Amir b. Tufayl lalu meminta suku B. Amir untuk menolongnya memerangi orang2 Muslim. Mereka menolak memenuhi permintaan Amir b. Tufayl karena tidak mau mengkhianati janji keselamatan yang telah mereka berikan untuk Abu Bara bagi orang2 Muslim. Jadi Amir b. Tufayl minta tolong pada B. Sulaym untuk melawan orang2 Muslim. Permintaan dipenuhi dan mereka lalu bersama-sama menyerang orang2 Muslim. Pihak Muslim melawan kembali tapi akhirnya semuanya mati kecuali Ka’b b. Zayd. Dia dalam keadaan sekarat sewaktu musuh meninggalkannya. Tapi dia tidak mati dan akhirnya bisa kembali ke Medina.


Sahih Bukhari mengisahkan kejadian ini.
Hadith Sahih Bukhari Volume 2, Book 16, Number 116:
Dikisahkan oleh 'Asim:
Aku bertanya pada Anas bin Malik tentang Qunut. Anas menjawab, “Itu pasti dilafalkan.” Aku bertanya, “Setelah atau sebelum menyembah?” Anas menjawab, “Sebelum menyembah.” Aku berkata lagi, “Orang ini dan itu memberitahuku bahwa kau memberitahu mereka setelah menyembah.” Anas menjawab, “Dia bohong (atau salah mengerti, menurut dialek Hijazi). Rasul Allah melafalkan Qunut setelah menyembah dalam suatu periode dalam sebulan.” Annas menambahkan, “Sang Rasul mengirim 70 orang (yang tahu dan hafal tentang Qur’an) kepada kaum pagan (di Najd) yang jumlahnya lebih sedikit daripada mereka dan ada perjanjian damai diantara mereka dan Rasul Allah (tapi orang pagan melanggar perjanjian itu dan membunuh ke 70 orang Muslim). Lalu Rasul Allah melafalkan Qunut selama suatu periode dalam satu bulan meminta Allah untuk menghukum mereka.”


Ketika berita pembantaian itu didengar Muhammad, dia sangat sedih dan mengirim Amr. b. Umayyah (Ingat? Sang pembunuh bayaran) dan seorang Ansar untuk menyelidiki seluruh kejadian itu. Mereka mendekati tempat pembunuhan dan menemukan mayat2 para Muslim dari melihat burung2 bangkai yang terbang di atasnya. Mereka menyaksikan mayat2 itu terbaring dalam genangan darah dan para pembunuhnya berdiri tak jauh dari situ. Dengan marahnya kedua orang itu menyerang orang pagan. Tapi orang2 pagan dengan cepat sekali membunuh orang Ansar dan menangkap Amr b. Umayyah sebagai tawanan. Tapi tak lama kemudian dia dibebaskan oleh Amir b. Tufayl karena mereka saudara dekat. Sebelum membebaskan Amr, Amir memotong rambut bagian depannya.

Setelah dibebaskan, Amr b. Umayyah kembali ke Medina. Di tengah jalan, dia berhenti di Qarkarat yakni tempat sebuah oasis. Di sini dia bertemu dengan dua orang dari B. Amir yang berhenti di dekat Amr b. Umayyah. Suku B. Amir punya perjanjian perlindungan dengan Muhammad, tapi Amr b. Umayyah tidak tahu akan hal ini. Ketika kedua orang dari B. Amir ini tertidur, Amr menyerang dengan cepat dan membunuh kedua orang ini dengan berpikir bahwa dia sudah membalas dendam. Ketika Muhammad tahu apa yang telah Amr perbuat, dia berkata pada Amr bahwa dirinya (Muhammad) harus membayar uang darah. Muhammad menyalahkan semua peristiwa pembunuhan pada Abu Bara. Ketika Abu Bara mendengar hal ini, dia sangat menyesal akan pengkhianatan Amir b. Tufayl.

Orang mungkin akan bertanya mengapa hanya Muhammad yang harus bayar uang darah untuk pembunuhan kedua orang B. Amir tapi dia (Muhammad) sendiri tidak menerima uang darah atas pembunuhan misionaris Muslim? Tabari menjelaskan aturan uang darah yang membingungkan ini dalam catatan kaki.[121] Dia menulis:
“Muhammad harus membayar uang darah atas pembunuhan kedua orang dari suku B. Amir karena kedekatan hubungannya dengan suku B. Amir. Dia tidak bisa menuntut uang darah bagi para Muslim yang tampaknya dibunuh oleh orang2 B. Sulaym bahkan meskipun jika Amir b. Tufayl meminta B. Sulaym untuk melakukannya.”

Untung mengenang pembantaian para misionari Muslim, Hassan b. Thabit (penulis puisi pribadi Muhammad) menyusun sebuah puisi tentang nasib naas mereka dan membujuk anak2 laki Abu Bara untuk melawan Amir b. al-Tufayl. Ketika anak laki Abu Bara yang bernama Rabiah mendengar puisi Hassan b. Thabit, dia menyerang Amir b. Tufayl tapi gagal membunuhnya. Amir lalu menyalahkan Abu Bara dan bersumpah untuk balas dendam dengan membunuh sendiri atau dengan orang lain.

Muhammad tentu saja sedih sekali dengan terjadinya pembunuhan di Bir Maunah. Para pengikutnya patah semangat ketika mengetahui kejadian ini. Untuk membangkitkan moral mereka, Allah dengan cepat mengirim ayat2 Q 3:169-173, di mana Dia mengumumkan bahwa para Jihadis tidak mati, dan tetap hidup bersamaNya di surga. Dikatakan bahwa Allah mengeluarkan ayat satu lagi yang mengatakan para Jihadis memberitahu orang2 bahwa mereka telah bertemu Allah, tapi ayat ini kemudian dibatalkan.[122] Mubarakpuri [123] mendapat penjelasan dari para ahli Islam yang mengutip ayat yang dibatalkan itu berbunyi seperti ini: “Beritahu orang2 kami bahwa kami telah bertemu Tuhan. Dia sangat senang akan kami dan Dia telah membuat kami bahagia.” Tidak diketahui mengapa Allah tiba2 berubah pikiran dan membatalkan ayat ini. Pembatalan ayat ini tidak dikisahkan dalam Qur’an.
121 Tabari, vol. vii, p.153, footnote 219
122 Tabari, vol. vii, p.156
123 Mubarakpuri, p.354

Muhammad sekarang mulai cari dukungan untuk mengumpulkan uang darah bagi para Muslim dan sekutu2nya orang Yahudi. Karena orang2 Yahudi jauh lebih kaya daripada orang2 Muslim, Muhammad mengatur rencana cerdik untuk meminta uang darah dari kaum Yahudi B. Nadr, yang hidup di tempat mereka yang tak jauh dari tempat orang2 Muslim. Muhammad telah mengambil keputusan untuk mengenyahkan orang2 Yahudi dan merampas tanah dan harta benda mereka, dan tidak hanya untuk membayar uang darah, tapi juga untuk memperkaya para Jihadisnya yang sedang merosot moralnya karena tragedi di Bir Maunah. Muhammad harus cepat2 berbuat sesuatu untuk membangkitkan semangat mereka dan menyelematkan mukanya sendiri di hadapan para pengikutnya yang fanatik. Pengalamannya dengan B. Qaynuqa (baca Teror 14) membuatnya sadar betapa mudahnya untuk menteror seluruh masyarakat kafir, mencuri tanah dan harta mereka tanpa ada hukuman apapun bagi dirinya dan tanpa sedikitpun rasa sesal. Muhammad sekarang siap menggunakan teror lagi untuk mencapai tujuannya.

Bagian Delapan 
‘Iman seseorang adalah khayalan belaka bagi orang lain’---Dr. Anthony Storr (1920-2001) 

Teror Dua Puluh Delapan
Pembersihan Etnis Yahudi Banu Nadir dari Medina oleh Muhammad — July, 625 M


Kaum Yahudi B. Nadir tinggal di tanah subur tak jauh dari Medina. Mereka adalah kaum Yahudi yang makmur, menguasai tanah pertanian yang luas dan menanam perkebunan kurma di tanah itu. Mereka merupakan sekutu suku B. Amir. Seperti yang telah disebut di Bagian 7, Muhammad hendak bertemu dengan Yahudi B. Amir untuk minta ganti uang darah dari mereka atas pembunuhan 2 orang B. Amir yang dibunuh karena salah sangka oleh pembunuh bayaran Amr b. Umayya al-Damri.

Jadi Muhammad dan beberapa pengikutnya, termasuk Abu Bakr, Ali dan Umar mengunjungi daerah tempat tinggal B. Nadir, yang letaknya 2 sampai 3 mil dari Medina dan meminta ketua B. Nadir untuk membayar ganti uang darah yang telah Muhammad bayar kepada B. Amir. Para Yahudi B. Nadir menerima Muhammad dengan hormat dan memintanya duduk. Mereka mendengarkan dengan seksama atas permintaannya dan setuju untuk memenuhi permintaan Muhammad. Mendengar bahwa B. Nadir dengan cepat menyatakan setuju untuk membayar, Muhammad merasa sangat tidak senang. Sebenarnya dia berharap agar kaum Yahudi B. Nadir menolak permintaannya, sehingga dia punya alasan bagus untuk menyerang mereka dan merampas tanah dan harta bendanya.[124] Setelah setuju dengan permintaan Muhammad untuk mengganti uang darah, orang2 Yahudi B. Nadir pergi ke ruang lain untuk berdiskusi diantara mereka sendiri. Hal ini membuat Muhammad merasa takut. Waktu itu dia sedang duduk di dekat tembok rumah, dan dia mengira orang2 Yahudi B. Nadir sedang merencanakan untuk membunuhnya. Dia menuduh orang2 Yahudi ingin membunuhnya dengan menjatuhkan batu dari atas rumah. Seperti biasanya, dia berpura-pura malaikat Jibril memberitahu dia akan hal itu.[125] Maka dia tiba2 berdiri dan pergi meninggalkan tempat itu, seperti ingin cepat2 buang air [126] dan meminta yang lain, termasuk Abu Bakr, Umar dan Ali tidak meninggalkan tempat itu sampai dia kembali. Ketika kawan2nya menunggu lama dan Muhammad tetap juga tidak kembali, mereka pergi mencari dia. Dalam perjalanan ke Medina mereka bertemu dengan orang yang mengatakan bahwa dia melihat Muhammad menuju Medina. Ketika mereka bertemu Muhammad di Medina, dia mengatakan pada mereka tentang persepsinya bahwa B. Nadir merencanakan untuk membunuhnya dan memerintah orang2 Muslim bersiap untuk menyerang B. Nadir.

Dengan keinginan jelas untuk melakukan perang dan merampas harta benda Yahudi dalam pikirannya, Muhammad memerintah salah satu pembunuh bayarannya yakni Muhammad ibn Maslamah (Ingat? Orang inilah yang membunuh Ka’b b. Ashraf, lihat Teror 17, Bagian Lima) untuk pergi menghadap orang2 Yahudi B. Nadir untuk mengumumkan pada mereka perintah untuk meninggalkan Medina. Dia memberikan waktu 10 hari bagi orang2 Yahudi untuk meninggalkan Medina dan jika mereka melampaui batas waktu, mereka akan dibunuh – begitulah ancaman dari Muhammad. Orang2 Yahudi B. Nadir kaget ketika mendengar perubahan hati Muhammad yang tiba2 itu. Mereka sukar percaya akan hal ini bisa dilakukan oleh Muhammad yang ngaku2 sebagai utusan Tuhan. Mereka lebih kaget lagi ketika mendengar ancaman itu dikatakan oleh Muhammad ibn Maslamah yang tidak punya permusuhan apapun dengan orang2 Yahudi. Ketika para Yahudi B. Nadir mengatakan keheranan mereka atas sikap Muhammad ibn Maslamah, dia berkata, “Hati telah berubah, dan Islam sudah menghapuskan perjanjian damai yang ada.”[127]
124 Heykal, Ch. B. Nadir
125 Mubarakpuri, p.355
126 Rodinson, p.192

Ketika Abd Allah ibn Ubayy mengetahui keadaan genting yang dihadapi kaum Yahudi B. Nadir, dia mengirim pesan kepada mereka bahwa dia sendiri akan datang dengan bantuan 2.000 tentara Yahudi dan Arab. Tapi kaum Yahudi B. Nadir ingat bahwa orang yang sama ini pula yang menjanjikan bantuan pada kaum Yahudi B. Qaynuqa tapi akhirnya janjinya tidak ditepatinya sendiri. Maka pada awalnya kaum Yahudi B. Nadir mengambil keputusan untuk mengungsi ke Khaybar atau daerah sekitaranya. Mereka mengira mereka masih bisa datang ke Yathrib (Medina) untuk menuai hasil perkebunan mereka dan kembali ke pengungsian mereka di Khaybar. Huyayy ibn Akhtab, ketua B. Nadir, akhirnya mengambil keputusan untuk tidak mengambil keputusan itu. Dia mengirim pesan kepada Muhammad bahwa kaum Yahudi menolak perintahnya dan masuk ke dalam benteng mereka dan mengumpulkan bahan makanan sampai cukup untuk waktu setahun dan bersiap-siap untuk mempertahankan diri mereka sendiri. Jadi tidak ada seorang pun Yahudi yang meninggalkan Medina sampai batas waktu 10 hari lewat. Muhammad sekarang punya alasan kuat untuk menyerang kaum Yahudi.

Begitu Muhammad ibn Maslamah kembali ke Medina dengan berita dari orang Yahudi, Muhammad di mesjidnya segera memerintahkan para Jihadisnya yang fanatik untuk mempersenjatai diri dan bergerak untuk mengepung benteng kaum Yahudi B. Nadir. Tentara Muslim yang dipimpin Muhammad mulai berbaris menuju B. Nadir yang sudah berlindung dalam benteng mereka yang kokoh. Pada awalnya, kaum Yahudi menyerang para pengepung Muslim dengan panah dan batu dan bertahan dengan gagah. Meskipun sudah diduga sebelumnya, mereka tetap merasa sangat kecewa ketika bantuan yang dijanjikan Abd Allah ibn Ubayy, atau dari sumber2 yang tadinya dapat dipercaya. Pengepungan berlangsung dari 15 sampai 20 hari, dan Muhammad jadi semakin tak sabar. Akhirnya, agar musuh cepat menyerah, Muhammad melanggar aturan perang Arab dengan memotong pohon2 kurma di sekeliling daerah itu dan membakarnya. Ketika kaum Yahudi protes atas pelanggaran aturan perang itu, Muhammad memohon wahyu spesial dari Allah (Q 59:4) yang dengan segera dikirim turun, yang memperbolehkan penghancuran pohon2 kurma milik musuh. Di ayat ini Allah dengan murah hatinya memberi ijin pada kaum Muslim untuk membabat habis pohon2 kurma: katanya ini bukan penghancuran tapi pembalasan dari Allah dan untuk merendahkan para pelaku kejahatan.[128] Dengan ini pula diperbolehkan untuk membabat ladang pertanian dan membakarnya dalam perang. Penyair Muslim (atau penulis berita perang pada jaman itu) yang bernama Hassan b. Thabit ternyata menikmati penghancuran ladang kehidupan kaum Yahudi B. Nadir dan mengarang syair tentang tindakan biadab para Jihadis. Ini Hadis Sahih Bukhari yang menunjukkan suasana hati Hassan:
Hadis Sahih Bukhari, Volume 3, Buku 39, Nomer 519:
Dikisahkan oleh Abdullah:
Sang Nabi memerintahkan pembakaran pohon2 palem suku Bani-An-Nadir dan menebangnya di tempat yang bernama Al-Buwaira. Hassan bin Thabit menuliskan dalam sebuah syair puitis: “Para ketua Bani Lu'ai dengan leluasa melihat api menyebar di Al-Buwaira.” 
127 Tabari, vol. vii, p.158-159
128 Ibn Ishaq, p.438

Setelah Muhammad menghancurkan sumber hidup satu2nya milik mereka, B. Nadir merasa tak berdaya dan tidak punya pilihan lain selain menyerah dan meninggalkan tanahnya. Sebagai gantinya, mereka meminta Muhammad agar tidak membunuh mereka. Muhammad menyetujui permintaan mereka dengan syarat mereka hanya diperbolehkan membawa harta benda yang bisa diangkut oleh unta2 mereka. Muhammad juga menuntut kaum Yahudi menyerahkan senjata2 mereka. Kaum Yahudi menuruti persyaratan yang merendahkan ini dan mereka memuati 600 unta mereka dengan harta benda mereka dan lalu pergi dari tanah tempat tinggal mereka. Sebagian dari mereka, termasuk para pemimpin mereka yang bernama Huyey, Sallam dan Kinana pergi ke Khaybar. Sebagian lagi pergi ke Yerikho dan dataran tinggi Syria Selatan. Hanya dua orang dari mereka memeluk Islam dan kedua orang ini memperoleh kembali tanah dan semua harta bendanya.
[Catatan: Hukum Sharian (Hukum Islam) tentang penghancuran barang2 milik musuh mengatakan sebagai berikut: Dalam Jihad diijinkan untuk memotong pohon2 musuh dan menghancurkan rumah2 mereka.[129] ]

Segera setelah pengusiran kaum Yahudi B. Nadir selesai dilaksanakan, Muhammad mengambil alih pemilikan atas kekayaan mereka dan menjadikannya barang miliknya pribadi yang dapat diperlakukan sekehendaknya. Dia menyatakan bahwa barang jarahan dari B. Nadir adalah milik Allah dan dia[130], tanpa menerapkan hukum pembagian barang jarahan yang biasa sebab barang2 jarahan ini didapatkan tanpa pertempuran. Dia membagi-bagi tanah sesuai dengan pertimbangannya, dan memilih daerah yang terbaik bagi dirinya sendiri. Kemudian sisa tanah yang lain dibagi-bagikan kepada kaum Muhajir (yang hijrah dari Mekah ke Medinah) dan dua orang warga Medinah (Ansar). Dengan begini, kaum Muhajir jadi bisa berdikari dan makmur. Muhammad, Abu Bakr, Umar, Zubayr dan sahabat2 Muhammad mendapat banyak lahan yang sangat bagus. Barang jarahan lain terdiri dari 50 baju perang, 50 perlengkapan perang dan 350 pedang. Karena itu pengusiran kaum Yahudi B. Nadir merupakan sukses pendapatan material yang besar bagi Muhammad. Seluruh Sura 59:al- Hashr berhubungan dengan permasalahan dengan B. Nadir, di mana Allah berkata bahwa kaum Yahudi B. Nadir tunduk karena dimasukkannya teror dalam hati mereka. Teror sebagai hukuman dari Allah menjadi senjata andalah yang sah bagi Muhammad.

Hussain Haykal menulis tentang keberhasilan teror dan penjarahan ini sebagai hadiah terbesar bagi kaum Muslim. Barang jarahan tidak dibagi-bagikan diantara seluruh Muslim tapi dianggap sebagai barang yang dipercayakan kepada kaum Muhajir setelah mengambil sebagian untuk membantu Muslim yang miskin dan kekurangan. Dengan begitu keadaan ekonomi kaum Muhajirun jadi jauh membaik untuk pertama kalinya. Sekarang kaum Muhajirun mempunyai kekayaan yang sama dengan kekayaan warga Medina.[131]

Hussain Haykal menulis akan hal ini:
Setelah pengusiran kaum Yahudi B. Nadir, Muhammad membagi-bagikan tanah mereka kepada kaum Muhajir dan dengan ini mereka merasa sangat puas dengan tanah mereka yang baru. Kaum Ansar pun sama puasnya karena mereka tidak lagi harus menyokong dana bagi kaum Muhajir.[132]

Dengan hasil penjarahan ini Muhammad menjadi orang yang amat kaya raya di Medina dan kaum Muhajir sekarang punya tempat tinggal permanen bagi hidup mereka.
129 Reliance of the Traveler, law o9.15, p.604
130 Ibn Ishaq, p.438
131 Heykal, Ch. B. Nadir
132 Haykal, Ch. Between Badr and Uhud

Sampai saat keluarnya kaum Yahudi B. Nadir dari Medina, sekretaris Muhammad adalah orang Yahudi. Muhammad memilih dia karena ketrampilannya dalam menulis surat dalam bahasa Ibrani, Syria dan Arab. Setelah pengusiran B. Nadir, Muhammad tidak percaya lagi terhadap non-Muslim untuk menulis suratnya. Karena itu dia meminta Zayd ibn Thabit, seorang Medina muda, untuk belajar dua bahasa dan menunjuknya sebagai sekretaris untuk semua hal. Zayd ibn Thabit inilah yang nantinya mengumpulkan ayat2 dan dijadikan satu buku Qur’an pada jaman kalifah Abu Bakr dan Uthman. Muhammad juga mengaku bahwa kekayaan B. Nadir adalah hadiah spesial dari Allah untuknya. Dia menjual jarahan barang2 B. Nadir untuk membeli peralatan perang, kuda2, menafkahi istri2nya dan menggunakan barang2 milik B. Nadir untuk kebutuhan istri2nya. Ini Hadis Sahih Bukhari tentang hal tsb.:
Hadis Sahih Bukahri, Volume 6, Book 60, Number 407:
Dikisahkan oleh Umar:
Harta benda milik Bani An-Nadir merupakan sebagian barang jarahan yang diberikan Allah pada RasulNya (karena) barang2 jarahan seperti itu tidak didapat dari peperangan yang dilakukan kaum Muslim, atau dengan pasukan berkuda, atau dengan pasukan berunta. Jadi barang2 ini adalah milik Rasul Allah saja, dan dia menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan tahunan para istrinya, dan menggunakan sisa dana untuk membeli persenjataan dan kuda sebagai peralatan perang yang digunakan untuk Tujuan Allah. 

Ini Hadis Sunaan Abu Daud tentang hak tunggal Muhammad akan barang jarahan milik B. Nadir, Fadak dan Khaybar:
Hadith from Sunaan Abu Dawud, Book 19, Number 2961:
Dikisahkan oleh Umar ibn al-Khattab:
Malik ibn Aws al-Hadthan berkata: Salah satu pertentangan yang diajukan Umar adalah bahwa dia berkata bahwa Rasul Allah menerima tiga hal bagi dirinya sendiri: Banu an-Nadir, Khaybar dan Fadak. Kekayaan Banu an-Nadir dimiliki semuanya bagi kebutuhannya yang semakin banyak, Fadak bagi para pengelana, dan Khaybar dibagi oleh Rasul Allah dalam tiga bagian: dua untuk kaum Muslim, dan satu sebagai sumbangan bagi keluarganya. Jika ada yang sisa setelah disumbangkan bagi keluarganya, dia membaginya diantara para Emigran (Muhajir) yang miskin. 


Sekali lagi kita melihat bahwa terorisme memberi banyak kekayaan bagi Muhammad dan pengikutnya para Jihadis yang fanatik.

Banyak ahli Islam yang seringkali mengatakan: “Tidak ada paksaan dalam agama” (Q 2:256) untuk menunjukkan kebebasan beragama dalam Islam. Akan tetapi mereka dengan cerdiknya menghindari konteks penggunaan ayat ini. Ayat ini berhubungan dengan anak dari orangtua Muslim yang dibesarkan oleh orang2 Yahudi B. Nadir. Ini terjadi karena di jaman itu, orang2 Muslim yang kesulitan punya anak biasa bersumpah bahwa jika Allah memberi mereka anak, maka mereka akan menyerahkan anak2 mereka untuk dibesarkan oleh kaum Yahudi. Ketika Muhammad melakukan pembersihan rasial kaum Yahudi B. Nadir, orangtua2 Muslim dari anak2 ini bertanya padanya apa yang harus mereka perbuat dengan anak2 mereka. Muhammad memperbolehkan anak2 ini untuk tetap jadi Yahudi dengan berkata, “Tidak ada paksaan dalam agama.” Karena itu pula, ayat 2:256 tidak ada hubungannya dengan kebebasan beragama sama sekali. Ini Hadisnya:

Hadith Sunaan Abu Dawud, Book 14, Number 2676:
Dikisahkan oleh Abdullah ibn Abbas:
Ketika anak2 dari seorang wanita (jaman pre-Islam) tidak selamat (meninggal dunia), dia bersumpah atas dirinya sendiri jika anak2nya dapat terus hidup, dia mau menjadi Yahudi. Ketika Banu an-Nadir diusir (dari Arabia), terdapat beberapa anak2 Ansar diantara mereka. Mereka (para Ansar) berkata: Kami tidak mau meninggalkan anak2 kami. Jadi Allah yang Maha Tinggi menyatakan, “Tidak ada paksaan dalam beragama. Kebenaran tampak nyata (berbeda) dari kesalahan.” 



Teror Dua Puluh Sembilan
Penyerangan terhadap B. Ghatafan di Dhat al-Riqa oleh Muhammad—October, 625M


Setelah pengasingan atas kaum Yahudi B. Nadir, Muhammad tinggal di Medina selama dua bulan. Dia menerima berita bahwa beberapa suku B. Ghatafan sedang berkumpul di Dhat al Riqa untuk tujuan yang mencurigakan. Ghatafan adalah suku Arabia, keturunan dari Qais.[133]. Muhammad memimpin tentaranya menuju Nakhl untuk menyerang B. Muhamrib dan B. Thalabah, cabang suku Ghatafan. Operasi militer ini disebut sebagai Dhat al-Riqa’ (gunung tambal) karena gunung di mana peristiwa ini terjadi punya warna bertambal hitam, putih dan merah di permukaannya. Muhammad melakukan serangan mendadak pada mereka dengan kekuatan 400 (atau 700) tentara. Kaum Ghatafan lari ke gunung2, meninggalkan kaum wanita mereka di tempat tinggalnya. Tidak terjadi pertempuran tapi Muhammad menyerang tempat tinggal mereka dan membawa semua kaum wanita termasuk seorang gadis yang sangat cantik.[134] Ketika waktu sembahyang tiba, kaum Muslim takut jika orang2 Ghatafan akan turun gunung dan melakukan serangan mendadak ketika mereka sembahyang. Dalam menangani rasa takut ini, Muhammad memperkenalkan ‘sembahyang dalam waktu bahaya’. Diatur agar beberapa tentara menjaga tentara lain yang melakukan sembahyang. Setelah selesai, yang tadi berjaga mengambil giliran sembahyang. Jadi sembahyang umum dilakukan dua kali. Sebuah wahyu datang dari Allah (Q 4:100-102) tentang mempersingkat waktu sembahyang.

Ketika Muhammad sedang beristirahat di bawah naungan sebuah pohon di Dhat al-Riqa, seorang pagan datang padanya dengan maksud untuk membunuhnya. Orang itu memainkan pedang Muhammad dan mengarahkan pedang itu padanya sambil bertanya apakah Muhammad merasa takut atau tidak. Muhammad mengaku bahwa Allah akan melindunginya dan dia tidak takut sama sekali. Orang pagan itu lalu menyarungkan pedang dan mengembalikannya pada Muhammad. Atas kejadian ini, Allah mengeluarkan Q 5:11, yang menyatakan perlindunganNya atas Muhammad saat ada orang yang bermaksud mengambil nyawanya. Setelah 15 hari kemudian, Muhammad kembali ke Medina. Tapi dia merasa tidak tenang. Dia menduga orang2 B. Ghatafan akan menyerang mendadak untuk mengambil kembali kaum wanita mereka.
133 Dictionary of Islam, p.139
134 Ibn Sa’d, p.74

Anehnya, Sirah (biografi Muhammad) tidak menulis sama sekali tentang apa yang terjadi atas para tawanan wanita Ghatafan itu. Aku mencari informasi akan hal ini dari berbagai sumber Islam yang terkemuka, tapi mereka semua membisu bagaikan ikan. Jika aku harus mengikuti hukum2 Islam, maka aku sangat yakin bahwa kaum wanita ini akan dibagi-bagikan kepada kaum Jihadis untuk dinikmati atau dijual sebagai budak2 untuk mengumpulkan dana bagi perang sebagaimana hukum barang jarahan berlaku.


Teror Tiga Puluh
Penyerangan Badr III oleh Muhammad—January, 626M 


Seperti yang telah disetujui di Uhud (lihat Teror 21, Bagian Enam), tentara2 Mekah dan Medina berjanji untuk bertemu lagi di Badr dalam waktu setahun. Waktu setahun ini dengan cepat datang. Tahun itu terjadi kekeringan besar. Abu Sufyan b. Harb berpendapat tidaklah tepat untuk mengadakan perang tahun itu karena adanya kelaparan dan karena itu dia menunda pertemuan sampai tahun yang lebih baik. Dia mengirim seorang wakilnya yang bernama Nuaym ke Medina untuk membesar-besarkan berita persiapan orang Mekah. Abu Sufyan melakukan itu dengan maksud agar orang2 Muslim enggan untuk berperang, apalagi jika mengingat kekalahan di Uhud. Meskipun begitu, tentara Quraish tetap berangkat dari Mekah dengan 2.000 tentara jalan kaki dan 50 tentara berkuda. Abu Sufyan memimpin mereka dari Mekah sampai tiba di Usfan, tapi lalu mengambil keputusan untuk kembali setelah berjalan selama 2 hari karena dia tidak menemukan padang rumput yang bagus. Tahun itu memang terjadi kemarau hebat. Tentara Mekah hanya makan tepung dan air saja. Karena itu kejadian ini juga dikenal dengan nama operasi Sawick (bubur gandum).

Kabar dari Nuaym membuat kaum Muslim di Medina khawatir. Banyak dari mereka yang tidak ingin bertemu lawan tangguh itu lagi. Tapi Muhammad mengambil keputusan untuk pergi perang. Dia mengumpulkan 1.500 tentara dan bersiap berangkat ke Badr. Ini adalah untuk ketiga kalinya kedua tentara sedianya bertemu di Badr. Tentara Muslim akhirnya tiba di Badr dan berkemah di sana selama 8 hari. Mereka membawa banyak barang2 karena tadinya mengira ada perayaan di sana. Tetapi setelah ditunggu, ternyata tentara Quraish tidak muncul. Muhammad menunggu kedatangan Abu Sufyan b. Harb. Ketika yang ditunggu tidak kunjung muncul, dia bertemu dengan Makashi b. Amr al-Damri dan menyatakan keinginannya untuk membatalkan perjanjian damai diantara mereka berdua, jika B. Damri memang menginginkan juga. Sebenarnya Muhammad ingin berperang dengan suku B. Damri karena dia pikir dia cukup kuat untuk meneror suku kecil ini. Tapi masyarakat B. Damri ingin tetap mempertahankan perjanjian damai dengannya.

Tentara Muslim menukarkan barang2 mereka dan dapat banyak untung, setelah itu mereka kembali ke Medina. Muhammad puas sekali dengan kegiatan ini dan dia menganggapnya sebagai tanda dari Allah. Dia menerima wahyu Q 3:172-175 tentang Setan yang memasukkan rasa takut dalam pikiran Muhammad.

Ketika kaum Quraish mendengar bahwa Muhammad merasa gembira, mereka jadi khawatir bahwa dia akan terus meneror mereka. Mereka lalu mulai merencanakan serangan besar melawan Muhammad. Dibutuhkan waktu setahun untuk merencanakan dan melaksanakan serangan itu. Dalam masa setahun itu, Muhammad disibukkan banyak hal.


Teror Tiga Puluh Satu
Serangan Pertama atas Dumat al-Jandal oleh Muhammad—July, 626M 


Di musim panas tahun 626 M, Muhammad mengaku menerima laporang mata2 yang mengatakan bahwa suku Ghatafan sekali lagi telah mengumpulkan para tentara mereka di Dumat al-Jandal untuk menyerangnya. Dumat al-Jandal adalah tempat oasis (sumber mata air) di perbatasan antara Hijaz dan al-Sham, pertengahan antara Laut Merah dan Selat Persia di perbatasan Syria. Kemarau hebat menyebabkan daerah ini mengalami kelaparan. Tanpa menghabiskan banyak waktu, Muhammad tiba2 menyerang suku Ghatafan dan menangkap ternak2 mereka yang sedang merumput di daerah itu. Dia memimpin operasi penjarahan ini dengan 1.000 tentara dan bergerak sampai mencapai perbatasan Syria. Tidak ada pertempuran yang terjadi karena B. Ghatafan melarikan diri tanpa melawan sama sekali. Tentara Muslim kembali ke Medina dengan hewan2 jarahan. Usaha penjarahan ini membangkitkan nafsu menjarah yang besar dalam hati orang2 Muhammad. Dalam perjalanan pulang, Muhammad membuat perjanjian damai dengan Uyanah b. Hisn, ketua suku B. Fazarah, yang merupakan bagian suku yang kuat dari suku Ghatafan, sehingga Uyanah b. Hisn b. Hudhayfah dapat membawa ternaknya merumput di daerah sekitar yang bernama Taghlaman, yang dikuasai oleh Muhammad karena daerah Uyanah sendiri gersang. Tanah Taghlaman berumput subur karena hujan di sana.
 

Bagian Sembilan
Teror Tiga Puluh Dua
Pertempuran Parit Dipimpin oleh Muhammad—February, 627M 

‘Diantara segala kesalahan, peramalan adalah yang ngawur’ ---George Eliot (1819-1880)[135] 

Setelah sukses dalam menjarah, kaum Muslim di Medina merasa aman dan tenteram. Kebutuhan nafkah mereka dipenuhi dari usaha2 perampokan ini. Muhammad punya kekuatan militer yang kuat setelah mengusir kaum Yahudi Banu Qaynuqa dan Banu Nadir dari tanah tempat tinggal mereka di Medina.[136] Akan tetapi, Muhammad selalu waspada karena khawatir atas serangan musuh tiba2. Dan memang kekhawatirannya beralasan karena pihak musuh benar2 menyerangnya tidak lama setelah dia dengan bersantai menikmati barang jarahan di tengah kekuatan militernya. Ketika musim dingin tiba, kaum Quraish bersiap-siap untuk menyerang Muhammad. Ini dikenal sebagai perang Parit atau perang Ahzab (sekutu).

Pertempuran ini terjadi di bulan Februari, 627 M (Shawal, AH 5). Alasan utama terjadinya perang ini adalah karena pembersihan rasial Yahudi B. Nadir dari Medina. Setelah pengasingan kaum Yahudi B. Qaynuqa dan B. Nadir dari Medina, para pemimpin Yahudi yang terusir yakni Salam b. Abi al-Huqayq al-Nadri, Huyayy b. Akhtab al-Nadri, Kinanah b. al-Rabi b. Abi al-Huqayq… dll pergi ke Mekah dan bertemu dengan para pemimpin Quraish dan membentuk persekutuan untuk melawan Muhammad yang mengancam keamanan mereka. Pada mulanya kaum Quraish bersikap ragu akan orang2 Yahudi karena agama Yahudi serupa (tapi tak sama) dengan Islam. Mereka bertanya pada orang2 Yahudi agama mana yang lebih baik – pagan atau Islam? Kaum Yahudi menjawab agama Quraish (pagan) lebih baik daripada agama baru monotheism milik Muhammad. Jawaban ini menyenangkan kaum Quraish, dan mereka tanpa ragu menerima kaum Yahudi sebagai sekutu. Akan hal ini, Allah menurunkan ayat Q 4:51-55, mengutuk kaum Yahudi yang bersekutu dengan kaum pagan dan Dia menjanjikan neraka bagi kaum Yahudi.

Setelah bertemu dengan para pemimpin Yahudi, pihak Quraish bersiap untuk melancarkan serangan hebat kepada Muhammad dan Jihadis fanatiknya itu. Setelah mengadakan perjanjian dengan pihak Quraish, para pemimpin Yahudi bertemu dengan orang2 Ghatafan dan beberapa suku di sekitar Mekan dan meyakinkan mereka agar melakukan serangan bersama dengan orang2 Quraish. Maka tentara Quraish di bawah pimpinan Abu Sufyan b. Hard dan tentara Ghatafan di bawah pimpinan Uyanah b. Hisn b. Hudhayfah (lihat Teror 31, Bagian 8 ) berbaris menuju Medina. Beberapa penulis biografi menulis Unayah sebagai pempimpin B. Fazarah, dan suku ini adalah cabang suku Ghatafan.[137] Suku2 lain yang bergabung dengan mereka adalah B. Murrah dan Masud b. Rukhaylah dari suku Ashja. Pihak Quraish sendiri membawa 4.000 tentara, 300 kuda, 1.500 unta. Seluruh kekuatan Mekah adalah 10.000 orang. Mereka berbaris dalam tiga kelompok yang terpisah. Komandan utama adalah Abu Sufyan b. Harb. Bendera perang dibawa oleh Uthman ibn Talhah yang ayahnya dibunuh di perang Uhud.[138]
135 Middle march (1827)
136 Haykal, Ch. Between Badr and Uhud
137 Mubarakpuri, p.363

Tak lama kemudian berita serangan ini didengar oleh Muhammad. Dia benar2 tidak siap akan serangan mendadak dari pihak Quraish dan sekutunya. Pengalaman akan perang Uhud masih segar terbayang dalam benak orang2 Muslim. Perang baru melawan Quraish sungguh tidak mereka inginkan.[139] Melihat bahaya ini, Muhammad mengadakan rapat dengan para pemimpin tentaranya yang terpercaya. Dalam rapat ini, Salman yang adalah seorang Persia yang masuk Islam, mengajukan usul untuk menggali parit sekitar Medina untuk melindungi kota itu dari serangan pihak Mekah. Dia tadinya adalah seorang tawanan beragama Kristen dari Mesopotamia, yang dibawa oleh seorang Yahudi dari Bani Kalb. Lalu dia ditebus dan beralih ke Islam. Dia tahu akan teknik mempertahankan diri seperti ini di negara2 lain. Ini merupakan teknik bela diri yang baru sama sekali bagi orang Arab dan sebelumnya tidak pernah dilakukan. Muhammad dan para pengikutnya dengan cepat setuju akan usul ini. Pekerjaan yang harus dilakukan adalah menggali parit yang dalam, mungkin sekitar 10 yard 30 kaki lebarnya dan 5 yard (15 kaki) dalamnya dan panjangnya adalah ½ mil [140] di sekeliling kota Medina. Agar pekerjaan cepat selesai, tugas dibagi dan dilakukan oleh beberapa kelompok keluarga.

Muhammad sekarang mengumpulkan orang2nya untuk menggali parit ini dan meng-iming2i mereka hadiah surga. Saat itu adalah bulan puasa Ramadan dan Muhammad menyewa peralatan gali lubang dari kaum Yahudi B. Qurayzah. [141] Sekitar 1.000 [142] sampai 3.000 [143] Muslim bekerja dari subuh sampai petang untuk menyelesaikan penggalian dan mereka bergabung bersama untuk menghadapi tentara Quraish dan sekutunya yang berjumlah 10.000 orang. Muhammad mulai mengutuki orang2 Mekah, mengundang murka Allah atas mereka seperti yang tercantum di
Hadis Sahih Bukhari, Volume 5, Book 59, Number 415:
Dikisahkan oleh Anas:
Rasul Allah mengucapkan Al-Qunut selama sebulan setelah membungkuk (sembahyang), menimpakan kesialan atas beberapa suku Arab. 


Beberapa orang munafik juga bergabung tapi mereka tidak tekun dan akhirnya meninggalkan pekerjaan kembali ke keluarga mereka tanpa ijin dari Muhammad. Meskipun begitu, yang taat tetap menggali dengan tekad bulat, dan hanya berhenti sekali2 untuk bergabung dengan keluarga mereka setelah dapat ijin dari pemimpin rohaninya. Dalam hal ini, Allah menurunkan Q 24:62, memuji para Jihadis sejati dan menjanjikan pengampunaNya. Bagi yang munafik, Allah menurunkanQ 24:63-64, yang menyatakan bahwa Dia tahu apa yang mereka lakukan diam2. Setelah bekerja keras selama beberapa hari (yang lain mengatakan 8 hari), para Muslim yang fanatik menyelesaikan penggalian parit di sekeliling Medina, lebih awal dari kedatangan bala tentara Mekah. Sekarang mereka benar2 puas dengan parit yang baru saja digali atas usul Salman orang Parsi. Setiap keluarga mengakui bahwa Salman adalah bagian dari pihak mereka. Tentang hal ini, Muhammad berkata, “Salman adalah salah seorang dari kita semua, masyarakat dari sebuah keluarga (ahl al-bayt).”[144]
138 Haykal, Ch. Between Badr and Uhud
139 Muir, vol.iii, ch.17, p.256
140 Hamidullah, p.68
141 Hamidullah, p71
142 Mubarakpuri, p.364
143 Tabari vol. viii, p.8.9

Ahli sejarah Muslim, Tabari dan Ishak [143] mengisahkan cerita yang sukar dipercaya bahwa waktu parit digali, Allah memunculkan sebuah batu putih dari dasar parit. Muhammad dan Salman pergi de parit itu, lalu menghancurkan batu tersebut dengan kampaknya dan sebuah sinar memancar menyinari dua jalur menuju gunung2 hitam Medina! Muhammad menerangkan hal ini sebagai tanda dari Allah bagi kemenangan Muslim. Dia bahkan juga menyatakan bahwa kilau cahaya itu menyinari Byzantine dan kekaisaran Khusroo (Kaisar Persia), dan berarti dia (Muhammad) akan menang pula atas mereka. Bualan Muhammad ini membakar semangat para penggali lubang Muslim. Sekarang mereka yakin sekali bahwa Allah telah menjanjikan kemenangan bagi mereka. Kisah lain yang ajaib adalah bertambahnya persediaan makanan ketika jatah makanan tentara Muslim habis seperti yang dikatakan dalam Sahih Bukhari Volume 5, Book 59, Number 428. Untuk mempersingkat, aku tidak mengutip Hadis yang panjang ini. Sejak awal, para munafik merasa ragu atas pernyataan Muhammad dan mereka berusaha melemahkan moral para Jihadis yang fanatik. Akan hal ini, wahyu Allah turun dalam ayat Q 33:12 yang menyatakan pikiran rusak orang2 munafik.

Sekarang penggalian parit sudah selesai di hari ke-8 Dzul Kada (2 Maret, 626 M), dan tentara Medina berjaga-jaga di dalam parit. Rumah2 di luar kota dikosongkan dan penduduknya ditempatkan di tempat aman di atas rumah2 bertingkat duadi dekat parit yang baru saja digali. Selama proses pengosongan ini berlangsung, dilaporkan bahwa tentara Mekad sudah mencapai Uhud. Tentara Muhammad terdiri dari 3.000 prajurit dan ditempatkan di seberang jalan yang menuju Uhud, dengan posisi parit di depan mereka.

Bala tentara Mekah tadinya berkemah di Uhud dan karena tidak menjumpai perlawanan apapun, mereka dengan cepat bergerak ke jalan menuju Medina. Tak lama kemudian mereka tiba di dekat parit yang baru saja digali dan merasa kaget dengan siasat pertahanan Muhammad. Mereka tidak dapat mendekat ke pusat kota Medina. Jadi mereka mulai menyerang dengan panah dalam jarak tertentu.[146]

Di lain pihak, Huyayy b. Akhtab, ketua dari kaum Yahudi B. Nadir yang diasingkan, bertemu dengan Ka’b b. Asad, ketua kaum Yahudi B. Qurayzah, untuk meminta Ka’b membatalkan perjanjian damai dengan Muhammad. Pada mulanya, Ka’b tidak mau menemui Huyayy, tapi akhirnya mau setelah Huyayy tanpa henti memohonnya.

Huyayy memberitahu Ka’b tentang bergabungnya tentara Quraish dan Ghatafan untuk menghadapi Muhammad sekali untuk selamanya dan membujuk Ka’b untuk membatalkan semua perjanjian dengan Muhammad. Dia minta Ka’b untuk mau melakukan itu, dan berjanji untuk memberikan dukungan yang teguh andaikata pihak Ghatafan dan Quraish mundur sebelum menghabisi Muhammad. Pada mulanya, Ka’b ragu2 atas permintaan Huyayy, tapi akhirnya setuju setelah Huyayy menjamin jika Ka’b menghadapi kesukaran, maka Huyayy akan bergabung dalam benteng Ka’b sehingga apapun yang terjadi pada Ka’b akan dihadapi Huyayy pula. Setelah itu Ka’b memutuskan untuk tidak melangsungkan perjanjian damai dengan Muhammad dan Huyayy masuk ke dalam benteng kaum Yahudi B. Qurayzah untuk tinggal bersama mereka.
144 Ibid
145 Tabari, vol.viii, p.11 and Ibn Ishak
146 Muir, vol iii, Ch.17, p.259

Ketika berita ini terdengar Muhammad, dia mengirim Jihadisnya yang dipercaya yakni Sa’d b. Muadh dan beberapa orang penting lain untuk memeriksa diam2 tentang perkembangan ini. Ketika Sa’d b. Muadh bertemu dengan ketua kaum Yahudi B. Qurayzah Ka’b b. Asad, dia (Ka’b) seketika menghentikan perjanjian dengan Muhammad. Dia menuntut pihak Muslim mengembalikan kaum Yahudi B. Nadir ke tempat asal mereka di dekat Medina. Mendengar ini, Sa’d b. Muadh yang punya hubungan dekat dengan kaum Yahudi B. Qurayzah memperingatkan mereka bahwa hal yang lebih jelek daripada yang terjadi dengan B. Nadir mungkin akan terjadi atas B. Qurayza jika mereka bersikeras untuk membatalkan perjanjian dengan kaum Muslim.[147] Meskipun diancam keras oleh Sa’d b. Muadh, Ka’b tetap tidak merubah pendiriannya.

Maka dengan kecewa Sa’d b. Muadh kembali menghadap Muhammad dan menyampaikan berita jelek ini. Muhammad menganggap ini sebagai pengkhianatan dari pihak B. Qurayzah dan Allah seketika menegaskan hal itu dengan ayat Q 33:20. Akan tetapi, perlu diingat bahwa B. Qurayzah tidak wajib untuk menghormati perjanjian itu jika mereka tidak mau lagi, karena Muhammad di waktu lampau telah berkali-kali membatalkan perjanjian serupa. Lagi pula, kaum Yahudi B. Qurayzah tidak pernah berencana untuk memerangi Muhammad. Mereka hanya tidak mau lagi berpihak pada Muhammad.

Ketika Muhammad mendengar apa yang disampaikan Sa’d b. Muadh, dia merasa gundah tapi tidak menunjukkan perasaannya dan berkata, “Tuhan Maha Besar! Bersukacitalah wahai orang2 Muslim!”[148] Ini tentunya dilakukannya untuk membuat tentaranya tetap tenang dan terus bersemangat. Allah dengan cepatnya menurunkan ayat Q 33:10 yang berkata, “The enemy came upon them from above and from beneath…..” tentang bahaya ganda (dari atas dan bawah) yang dihadapi kaum Muslim.

Meskipun tidak menunjukkan kegelisahannya, Muhammad benar2 takut kalau kalah perang lagi. Dia terus merasa khawatir apabila paritnya dapat dilampaui dan kaum Yahudi akan menyerang dari belakang. Orang2 Medina sangat kecewa akan perkembangan ini. Banyak dari mereka yang memohon untuk diperbolehkan pergi untuk mengurus harta bendanya. Mereka menganggap Muhammad lemah dan tak berdaya, mempertanyakan pertolongan ilahi untuk dia dan meragukan janji2nya tentang kekayaan Khusroo dan Caesar. Sekarang mereka merasa takut dengan kemungkinan yang akan terjadi atas kota mereka.[149] Banyak yang menyatakan tidak mau perang dengan menggunakan alasan bahwa rumah2 mereka terancam musuh di ayat Q 33:13.

Tentara sekutu Quraish dan tentara Muslim berdiam di posisi mereka selama 20 hari (yang lain menyebut sebulan) berhadapan satu sama lain, berseberangan dengan parit tanpa melakukan peperangan kecuali dengan meluncurkan panah satu sama lain. Di pihak Quraish adalah Khalid b. Walid dan Wahshi, budak Negro Abyssinian Negro. [150]
147 Haykal, Ch. The Campaign of Khandaq and B. Qurayzah
148 Tabari, vol. viii, p.16
149 Haykal, Ch. The Campaign of Khandaq and B. Qurayzah
150 Ibn Sa’d, vol.ii, p.84

Karena mulai merasa tidak sabar dengan keadaan yang berlarut-larut ini, Muhammad mencoba menyogok suku Ghatafan untuk meninggalkan medan tempur. Dia secara rahasia mengirim utusan kepada Uyanah b. Hisn, ketua kaum Ghatafan (atau Fazarah) dan menawarkan 1/3 panen kurma Medina jika dia mau menarik tentaranya meninggalkan medan tempur. Uyanah menunjukkan rasa tertarik untuk menerima bujukan itu dan menawar ½ hasil panen kurma. Akan tetapi ketika Muhammad menyampaikan permintaan tambahan bagian panen kurma dari Unayah ini kepada B. Aws dan B. Khazraj, kedua suku ini menolak dan tidak mau menawarkan apapun bagi Uyanah kecuali pedang bagi kaum Quraish dan sekutunya. Orang kepercayaan Muhammad Sa’d b. Muadh menentang tawaran Muhammad kepada kaum Ghatafan. Dia berjanji untuk tidak menawarkan apapun kecuali pedang dan berkata, “Rasul Allah, kita dan orang2 ini dahulu adalah orang2 pagan, mempersekutukan Tuhan dan menyembah berhala2, dan kita tidak menyembah atau mengenal Tuhan, dan mereka tidak berharap dapat sebuah pun dari kurma kita kecuali dalam keadaan damai atau karena membeli. Sekarang Tuhan sudah menyatakan Islam bagi kita, membimbing kita pada Islam, dan memperkuat kita melalui engkau, haruskah kita memberikan mereka kekayaan kita? Kita tidak perlu melakukan itu! Demi Tuhan, kita hanya akan menawarkan mereka pedang, sampai Tuhan menghakimi antara kita dan mereka.”[151] Karena itu, Muhammad dengan ragu mengesampingkan keputusannya untuk menyogok Ghatafan.

Di lain pihak, bala tentara Quraish yang meskipun jumlahnya sangat besar itu merasa sangat frustasi dengan pertahanan kuat tentara Quraish. Ketika keadaan berhadap-hadapan ini semakin tidak tertahankan, beberapa orang Quraish, diantaranya adalah Ikrimah b. Abi Jahl (Abu Jahl dibunuh secara brutal di Badr), memerintahkan tentara sekutu untuk mempersiapkan diri untuk menyerang. Dengan perintah ini, mereka mulai maju dan ketika sudah dekat parit, mereka terhadang dengan pertahanan diri para Muslim dengan cara yang unik dan tidak pernah dilakukan sebelumnya di Arabia. Mereka lalu mengadakan serangan umum ke bagian parit yang tidak dijaga kuat. Ikrimah membersihkan bagian parit itu dan melompat ke depan menghadapi musuh. Diantara para Quraish yang menyebrangi parit adalah Amr b. Abd Wudd. Ibn Sa’d [152] melaporkan bahwa Amr berusia 90 tahun! Ali maju ke depan menghadapi musuh. Ketika melihat Amr, Ali mengajaknya untuk bergabung dengan Islam, tapi Amr tidak mau. Lalu Ali menantang Amr untuk bertarung, tapi Amr menjawab bahwa dia tidak ingin membunuh keponakannya (Ali adalah anak dari saudara laki Amr, yakni Abu Talib). Tapi Ali menunjukkan keinginan untuk membunuh Arm, pamannya sendiri. Mengetahui akan hal ini, Amr turun dari kudanya dan menyerang Ali.

Pertarungan terjadi antara Ali dan Amr, dan akhirnya Ali membunuh Amr. Para tentara kawan Amr yang lain jadi panik dan mulai bercerai-berai. Ali berhasil membunuh beberapa orang pagan, melukai parah seseorang yang berhasil meloncati parit, dan orang ini nantinya tewas karena lukanya di Mekah. Seorang pagan Quraish jatuh dalam parit pada saat berusaha untuk meloncatinya. Dia jatuh ke dalam parit yang dalam itu. Para tentara Muslim mengerubutinya dan merajamnya dengan batu. Ketika orang ini menjerit kesakita, Ali turun ke dalam parit dan memenggalnya. Tentara Muslim membawa mayat orang ini ke Muhammad, dan minta ijin darinya untuk menjual mayat itu. Tapi Muhammad melarangnya dan memerintahkan para Jihadisnya untuk melakukan apapun yang mereka maui atas mayat itu. Tidak ada keterangan apa yang dilakukan para Jihadis atas mayat orang pagan itu. Dilaporkan bahwa Wahsi sang budak Negro dengan lembingnya membunuh seorang Jihadis yang bernama al-Tufayl b. al-Numan dan Dirar ibn al-Khattab (saudara Umar?) membunuh seorang Muslim lain yang bernama Kab ibn Zayd.[153] Pihak Quraish tidak berusaha untuk terus menyerang menyeberangi parit pada hari itu, tapi mereka membuat persiapan di malam harinya. Keesokan paginya, mereka melakukan penyerangan besar, tapi serangan mereka tidak banyak memberi hasil. Mereka tidak dapat melampaui parit. Ketua B. Aws yang bernama Sa’d ibn Muadah menderita luka parah di tangannya (atau bahunya menurut Muir [134]) oleh panah. Dia bersumpah untuk membalas B. Qurayzah, karena orang yang memanahnya bersahabat dekat dengan B. Qurayzah. Pihak Quraish kehilangan tiga orang, sedangkan pihak Muslim lima orang.

Tentara Muslim tidak dapat sembahyang hari itu. Mereka terlalu sibuk berperang. Pada malam harinya, ketika pihak musuh kembali ke perkemahan mereka, pihak Muslim berkumpul dan mengadakan sembahyang khusus bagi mereka yang tidak sempat sembahyang.
151 Tabari, vol.viii, p.17
152 Ibn Sa’d, vol.ii, p.83
153 Ibn Sa’d, vol.ii, p.84

Melalui tulisan2 Ibn Ishaq dan Tabari, bisa diketahui bahwa para wanita Arab saat itu tidak mengenakan Hijab (kerudung). Ketika perang Ahzab berlangsung sengit, Aisha ada di benteng B. Haritha dan ibu Sa’d b. Muadh ada bersamanya. Aisha tidak mengenakan Hijab ketika Sa’d b. Muadh berjalan melewatinya, mengenakan baju kulit sehingga Aisha bisa melihat seluruh lengan Sa’d b. Muadh.[155]

Pada saat itu, Saffiyah bt. Abd al-Muttalib, yakni bibi Muhammad sedang berada di Fari, benteng milik Hassan b. Thabit, penulis syair Muhammad.[156] Saffiyah melihat seorang Yahudi mengelilingi benteng itu. Ketika Saffiya meminta Hassan b. Thabit untuk pergi ke lantai bahwa dan membunuh orang Yahudi yang mencurigakan itu, Hassan menolak. Karena itu Saffiya turun sendiri dan memukul orang Yahudi itu sampai mati. Dia lalu meminta Hassan b. Thabit untuk melucuti orang Yahudi itu dan mengambil persenjataan dan bajunya sebagai barang jarahan. Hassan b. Thabit menolak melakukan itu karena dia tidak butuh barang jarahan.

Selama masa pengepungan oleh tentara Quraish dan sekutu berlangsung, Muhammad semakin merasa perlu mencari jalan ke luar. Pada saat itu, seorang mata2/agen dobel (bekerja untuk kedua pihak yang bermusuhan) yang bernama Nuaym b. Masud b. Amir dari Ghatafan menghadap Muhammad untuk menawarkan servisnya untuk memata-matai musuh Muhammad. Dia mengaku sudah meemluk Islam dan bisa memberi bantuan dengan menjadi agen dobel. Muhammad menerima tawaran Nuaym dan mengatakan padanya bahwa “perang adalah penipuan”. Dia berkata pada Nuaym, “Kamu hanyalah satu diantara kami semua. Buatlah mereka meninggalkan satu sama lain, jika kamu bisa, sehingga mereka meninggalkan kita, karena perang adalah penipuan.”[157] Ini Hadisnya yang menegaskan pandangan Muhammad bahwa perang adalah usaha penipuan:

Hadis Sahih Bukhari Volume 4, Book 52, Number 269:
Dikisahkan oleh Jabir bin 'Abdullah:
Sang Nabi berkata, "Perang adalah penipuan." 


Hadis Sahih Sunaan Abu Dawud, Book 14, Number 2631:
Dikisahkan oleh Ka'b ibn Malik:
Ketika sang Nabi ingin pergi ke suatu tempat, dia selalu berpura-pura pergi ke tempat lain, dan dia akan berkata: Perang adalah penipuan. 

154 Muir, vol.iii, p.263
155 Ibn Ishaq, p.457, Tabari, vol. viii, p.19
156 Tabari, vol.viii, p.22, footnote 113
157 Tabari, vol. viii, p.23

Setelah mendengar perkataan Muhammad yang berpengaruh itu, Nuaym pergi ke B. Qurayzah dan membujuk mereka untuk tidak percaya akan persekutuan antara B. Quraish dan B. Ghatafan. Dia berkata pada mereka jika pihak sekutu menang perang, maka mereka mungkin akan mengambil tanah milik B. Qurayzah sebagai jarahan perang, tapi kalau Muhammad menang, makan pihak sekutu akan meninggalkan B. Qurayzah, membiarkan mereka sendiri menghadapi tentara Muslim yang kuat.

Lalu Nuaym menasehati B. Qurayzah untuk mengambil sandera dari pihak Quraish dan Ghatafan sebagai jaminan keamanan agar mereka mau membantu B. Qurayzah menghadapi Muhammad. Ketua2 B. Qurayzah merenungkan yang dikatakan Nuaym dan berpendapat bahwa itu sangat masuk akal.

Setelah bicara dengan kaum Yahudi B. Qurayzah, Nuaym langsung menghadap tentara Quraish dan Ghatafan, dan mengumumkan bahwa dia telah meninggalkan Islam dan Muhammad dan berkata pada mereka bahwa kaum Yahudi B. Qurayzah menyesal dengan apa yang mereka lakukan dan sekarang bergabung bersama Muhammad. Nuaym juga menambahkan bahwa B. Qurayzah menawarkan Muhammad perjanjian bahwa sandera manapun yang mereka ambil dari suku Quraish dan Ghatafan akan mereka berikan pada Muhammad untuk dipancung dan Muhammad tentunya dengan senang hati akan memancung mereka. Berita ini membuat marah orang2 Mekah dan mereka percaya setiap kata yang diucapkan Nuaym. Sekarang rasa curiga tumbuh subur dalam pikiran mereka tentang B. Qurayzah, dan mereka mengambil keputusan berdasarkan nasehat Nuaym untuk tidak memberikan sandera manapun yang diminta B. Qurayzah dari mereka.

Pada hari Sabbath petang (yakni malam Jum’at, Sabbath adalah Sabtu menurut tradisi Yahudi), Abu Sufyan mengirim Ikrimah b. Abi Jahl dan sekelompok orang mengunjungi B. Qurayzah untuk meminta kaum Yahudi ke luar dan melakukan perang bersama keesokan harinya (hari Sabtu). Kaum Yahudi menolak bertempur di hari Sabbath dengan mengatakan bahwa ketika mereka dulu melanggar tradisi larangan perang di hari Sabbath, mereka lalu dirubah jadi monyet dan babi.[158] Lagi pula, kaum Yahudi juga menuntut sandera dari kaum Quraish dan Ghatafan sebagai persyaratan untuk mau bersama-sama perang melawan Muhammad.

Ketika berita tentang permintaan sandera ini disampaikan kepada Abu Sufyan dan para pemimpin Ghatafan, mereka merasa kaget dengan tepatnya dugaan yang disampaikan oleh Nuaym. Pihak sekutu berkeputusan tidak mau memberikan satupun sandera untuk B. Qurayzah dan ini pun disampaikan kepada kaum Yahudi B. Qurayzah. Setelah mendengar ini, pihak Yahudi B. Qurayzah merasa yakin bahwa pihak Quraish dan Ghatafan hendak memperdaya mereka andaikata nantinya mereka berhasil menaklukan pihak Muslim. Karena itu kaum Yahudi tidak mau ikut perang, kecuali ada sandera untuk jaminan bahwa pihak sekutu dan mereka menyampaikan keputusan ini pada kaum Quraish dan Ghatafan.

Mendengar ini, pihak sekutu tidak merasa senang. Persediaan makanan mereka mulai surut. Rencana mereka untuk menyerang pihak Muslim dari belakang kota dengan pertolongan B. Qurayza jadi tidak jelas lagi. Setiap hari beberapa unta2 dan kuda2 mereka mati. Kesusahan mereka bertambah karena udara juga tidak nyaman. Udara dingin, berangin dan hujan terus menerpa perkemahan mereka. Angin keras menjadi badai, menerbangkan panci2 masak dan tenda2 mereka. Mereka menganggap udara jelek ini sebagai pertanda buruk dan mulai melarikan diri untuk menyelamatkan nyawanya. Dengan banyaknya masalah yang dihadapi, Abu Sufyan tiba2 mengambil keputusan untuk membongkar perkemahan dan pulang. Pembubaran pasukan ini dimulai oleh kaum Quraish dan diikuti kaum Ghatafan. Abu Sufyan naik untanya dan memimpin rombongan pergi meninggalkan daerah musuh. Tak lama kemudian, seluruh tentara Quraish menuju Mekah dengan menggunakan jalur melalui Uhud. Di pagi hari, tidak satupun tentara Quraish yang tampak. Seperti biasa, Muhammad mengaku bahwa Jibril telah membawa topan badi dan menyebabkan pihak sekutu Mekah melarikan diri. Ibn Sa’d menulis bahwa ketika Jibril bertemu Muhammad, Jibril berkata padanya, “O! Berbahagialah.” [159] Pesan dari Allah menegaskan hal itu (Q 33:9). Allah menengahi perang ini dengan memasukkan rasa teror dalam hati para kafir melalui angin yang dahsyat dan udara dingin yang menusuk.
158 Ibn Sa’d, vol.ii, p.85

Akan tetapi, alasan sebenarnya pihak Mekah meninggalkan medang perang sama sekali berbeda. Waktu itu adalah awal bulan Dzul Qaedah, yakni bulan pertama dari tiga bulan suci berdasarkan tradisi Arab dan tidak boleh melakukan perang di bulan2 suci ini. Pihak Mekah harus kembali dan menunaikan ibadah haji yang akan segera dimulai di Mekah. [160]

Kabar bubarnya persatuan antara tentara sekutu dan B. Qurayzah didengar Muhammad. Dia mengirim pengintai untuk mengetahui kegiatan musuh dengan menjanjikan orang ini surga dan jarahan perang andaikata dia kembali tepat waktu. Atas hal ini Hadis mengatakan:
Hadith Sahih Bukhari Volume 9, Book 93, Number 555:
Dikisahkan oleh Abu Huraira:
Rasul Allah berkata, "Allah menjamin (orang yang melakukan Jihad untuk Allah dan tidak ada yang ingin dilakukannya kecuali Jihad untuk Allah dan iman akan FirmanNya) bahwa Allah akan menerimanya di surga (mati sebagai martir) atau mengupahi dia dengan hadiah atau jarahan perang yang telah diterimanya dari tempat dia pergi.”


Muhammad harus menjanjikan surga bagi pengintainya karena tidak ada seorang pun yang bersedia jadi sukarelawan untuk mengunjungi perkemahan Quraish dan membawa kembali berita yang sebenarnya. Pada saat ini, rasa takut, lapar dan kedinginan dialami pihak Muslim dan mereka tidak punya keinginan untuk berperang. Sebenarnya, ketika tidak ada yang mau jadi sukarelawan, Muhammad memilih pengintai itu sendiri dan memerintahkannya untuk ke luar dan cari kabar yang sebenarnya. Pengintai itu ke luar dan melihat pembantu Allah (para malaikat) menghukum pihak Quraish dan Ghatafan dengan badai dan udara dingin.

Pengintai ini melihat keberangkatan Abu Sufyan dan pihak sekutu dan membawa berita gembira ini pada Muhammad. Muhammad sangat lega dengan kepergian pihak musuh. Tentara Muslim juga sangat bersukacita di pagi hari, mereka membubarkan tenda2 mereka dan kembali ke rumah2 mereka. Muhammad tidak mau mengejar tentara Quraish karena bertempur dengan mereka di tempat terbuka akan sangat riskan baginya. Tak lama kemudian dia mengatakan pada kaum Muslim bahwa Allah telah mengirim pesan untuk menyerang B. Qurayza, dengan mengatakan bahwa Jibril datang padanya dengan menyaru sebagai Dihya, orang Kalbit. Segera Muhammad mengirim Bilal untuk mengumumkan ajakan atas seluruh kota untuk bersiap melakukan perang baru.
159 Ibn Sa’d, vol.ii, p.88
160 Hamidullah, p.77

Setelah perang Parit selesai, Muhammad bersumpah untuk jadi semakin agresif dan menyerang duluan dan tidak bertahan. Ini Hadisnya yang menunjukkan Islam adalah agama yang menyerang dan tidak bertahan diri:

Hadith Sahih Bukhari Volume 5, Book 59, Number 435:
Dikisahkan oleh Sulaiman bin Surd:
Di hari Al-Ahzab (kumpulan keluarga) sang Nabi berkata, (Setelah perang ini) kita akan menyerang mereka (para kafir) dan tidak akan membiarkan mereka menyerang kita." 

[Catatan: Hadis ini tidak akan dapat ditemukan dalam versi Sahih Al-Bukhari yang telah disensor dan “dibersihkan”, akan tetapi bisa didapat dalam kumpulan Hadis Sahih Bukhari asli Internet}

Bagian Sepuluh 
‘Anggota LET (Lashkar-e-Toiba) tidak boleh mencukur atau memotong rambut mereka dan mereka diajari untuk membunuh sesuai aturan yakni dengan memancung atau memotong tenggorokan’ --- seorang anggota LET [161] 
Teror Tiga Puluh Tiga
Pembantaian rasial atas kaum Yahudi Bani Qurayzah oleh Muhammad—February-March, 627 


Setelah Muhammad meninggal medan perang parit di pagi hari dia kembali ke Medina, dan ketika dia sedang mencuci kepalanya di rumah Umm Salamah, yakni salah satu istri2nya, Gabriel datang padanya di siang hari dan memberi tahu dia bahwa perang belum selesai, dan Allah memerintah Muhammad untuk menyerang B. Qurayzah. Dia berkata bahwa Gabriel datang dalam bentuk Dhiyah b. Khalifah al-Kalbi, seorang pedagang Medina yang ganteng dan kaya. Gabriel juga menyatakan dukungannya yang teguh kepada Muhammad dalam rencana serangan ini. Ditulis bahwa Gabriel datang naik kuda dan pakai sorban kain emas.[162]

Setelah mendengar petunjuk Gabriel, Muhammad meninggalkan sembahyang Asr (siang hari) dan memerintahkan para Jihadisnya untuk bergerak langsung ke wilayah B. Qurayzah. Ali diperintahkan bergerak mendahului yang lain. Muhammad memerintahkan pengikutnya bahwa dalam perang, sembahyang dapat tidak dilaksanakan, karena perang seperti ini lebih penting daripada sembahyang. Dalam perjalanan, Ali mendengar orang2 bicara buruk dan mengejek Muhammad. Dengan rasa tidak senang, Ali menyampaikan hal ini kepada Muhammad. Muhammad menghibur Ali dengan mengatakan orang2 itu tidak akan berani menghinanya jika dia ada di hadapan mereka. Mendengar ini, Ali merasa puas dan dia kembali melakukan tugasnya. Di petang hari, tentara2 Muslim berbaris menuju perbentengan B. Qurayzah yang terletak sejauh 3 mil sebelah tenggara Medina. Muhammad naik keledai, dan 3.000 tentara Muslim dengan 36 kuda mengikutinya. Sebuah tenda di halaman mesjid Medina didirikan sebagai tempat berteduh bagi Sa’d b. Muadh dan untuk merawat lukanya yang parah (lihat Teror 32).

Ketika Muhammad berada dekat benteng kaum Yahudi B. Qurayzah, dia memanggil mereka sambil berteriak, “kau saudara2 kera.”[163] Panggilan ini menjelaskan ayat2 Q 2:655:60 dan 7:166, yang mengatakan Allah mengubah Yahudi jadi kera2. Jadi bagi Islam, kaum Yahudi dianggap kera2, dan ini dinyatakan oleh Allah, dan Muhammad menegaskan hal ini lagi dalam persengketaan dengan B. Qurayzah. Ibn Sa’d menulis [164]: “O saudara2 monyet dan babi! Takutlah padaku, takutlah padaku.”
161 Masterminds of Terror, p.45
162 Ibn Sa’d, vol. ii, p.94
163 Tabari, vol viii, p.28
164 Ibn Sa’d, vol.ii, p.95

Masih belum puas dengan kata2 kutukan itu, Muhammad meminta penulis puisinya yakni Hassan b. Thabit untuk memakai bahasa makian bagi orang Yahudi melalui puisi. Ini Hadisnya yang menjabarkan isi pikiran utusan Allah:
Hadis Sahih Bukhari, Volume 5, Book 59, Number 449:
Dikisahkan ole Al-Bara,”Hina mereka (dengan puisimu), dan Gabril ada bersamamu (yakni mendukungmu).” (Melalui kelompok orang lain yang menyampaikan hal ini) Al-Bara bin Azib berkata, “Pada hari pengepungan Quraiza, Rasul Allah berkata pada Hassan bin Thabit, “Hina mereka (dengan puisimu), dan Gabriel ada bersamamu (yakni untuk mendukungmu).”

Walaupun dicacimaki oleh Muhammad, kaum Yahudi B. Qurayzah tetap sabar dan bersikap sopan terhadap Muhammad, dan memanggilnya dengan nama Abu al-Qasim (ayah dari Qasim, yakni anak Muhammad yang meninggal dunia). Percakapan ini terjadi diantara Muhammad dan kaum Yahudi B. Qurayzah seperti yang ditulis oleh Tabari:[165]
‘Ketika Rasul Allah mendekati benteng mereka, dia berkata: “Kamu saudara2 monyet! Sudahkah Tuhan mempermalukanmu dan mengirimkan pembalasan padamu?” Mereka berkata, “Abu al-Qasim, kau bukanlah orang yang suka bertindak serampangan.”’

Kamu Muslim lalu menyerang kaum Yahudi dengan panah2 tapi tidak ada hasilnya. Seorang Muslim mendekati benteng tanpa menghiraukan bahaya dan dibunuh oleh seorang Yahudi yang melemparkan batu ke bawah sehingga menimpa orang itu. Muhammad lalu memerintahkan pengepungan atas kaum Yahudi. Sudah jelas bahwa Muhammad ingin melakukan pertumpahan darah untuk balas dendam dan tidak mau berunding dengan pihak Yahudi.

Setelah dikepung selama 25 hari, kaum Yahudi jadi gelisah, lelah dan takut akan nasib mereka. Mereka pun mulai terancam bahaya kelaparan. Dikatakan bahwa Allah, melalui tindakan terorisme Muhammad, menaruh teror dalam hati mereka. Diantara kaum Yahudi adalah Huyayy b. Akhtab (lihat Teror 32) yang memenuhi sumpahnya kepada B. Qurayzah untuk menghadapi kemungkinan apapun, dan dia tidak ikut pergi bersama kaum Quraish dan Ghatafan, tapi tinggal bersama kaum Yahudi B. Qurayzah. Karena tidak tahan melihat penderitaan kaum wanita dan anak2, maka Ka’b b. Asad, ketua Qurayzah, mengajukan usul pada orang2 Yahudi untuk memeluk Islam untuk menyelamatkan nyawa mereka. Hampir seluruh kaum Yahudi menolak usul itu demi agama nenek moyang mereka. Ka’b yang cemas mengajukan usul agar mereka membunuh kaum wanita dan anak2 mereka sendiri, lalu semua pria ke luar dan bertempur melawan Muhammad secara terbuka. Tapi kaum Yahudi tidak membunuh orang2 yang paling dikasihi dengan tangan mereka sendiri. Tidak mungkin bagi mereka untuk melakukan hal itu, lagipula mereka pikir apa artinya hidup tanpa istri2 dan anak2 mereka. Ka’b lalu mengajukan usul untuk menyerang Muhammad keesokan harinya, yakni hari Sabbath (Sabtu). Kaum Yahudi juga menolak untuk melakukan hal ini karena menghormati hari Sabbath.

Karena kaum Yahudi tidak dapat memutuskan nasib mereka, maka mereka mengirim seorang utusan kepada Muhammad, meminta agar Abu Lubabah b. Abd al-Mundhir, kawan mereka dari B. Aws, dikirim kepada kaum Yahudi untuk berdiskusi dan memberi nasihat. Seketika setelah Lubabah tiba dalam benteng orang Yahudi, kaum wanita dan anak2 datang padanya dan memeluknya, memohon agar dia berbelas kasihan kepadanya. Abu Lubabah merasa sedih dan kasihan kepada mereka. Ketika mereka bertanya padanya apakah yang akan Muhammad jika mereka menyerah, Abu Lubabah membuat gerakan dengan tangannya seakan memotong tenggorokannya sebagai tanda bahwa Muhammad berpikir untuk membunuh mereka dan dia (Abu Lubabah) tidak dapat berbuat apapun akan hal itu.
165 Tabari, vol.viii, p.28

Tabari menulis: [166]
‘Ketika mereka melihat dia (yakni Abu Lubabah), orang2 bangkit untuk menemuinya, dan kaum wanita dan anak menyerbu memeluknya, menangis di hadapannya, sehingga dia merasa iba atas mereka. Mereka berkata padanya, “Abu Lubabah, kau pikir kami harus menyerang pada Muhammad?” “Ya,” katanya, tapi dia menunjukkan tangannya ke arah tenggorokannya, yang berarti akan terjadi pembantaian.’ 

Haykal menulis [167] bahwa kaum Yahudi mengira sekutu mereka yang duku suku al-Aws akan memberi perlindungan dan jika mereka mengungsi sendiri ke Adhriat di al Sham, Muhammad akan membiarkan mereka pergi. Jadi B. Qurayzah mengirim usul untuk mengungsi dari daerah mereka dan pergi ke Adhriat. Muhammad dengan tegas menolak usul mereka dan bersikeras bahwa mereka harus tunduk pada keputusannya. Setelah menunjukkan kepada kaum Yahudi apa yang ada dalam pikiran Muhammad dengan memakai bahasa tangan, Abu Lubabah merasa bersalah karena telah membocorkan rahasia rencana Muhammad. Untuk membalas ‘kesalahannya’, dia langsung pergi ke mesjid dan mengikat dirinya sendiri dengan tali di salah satu pilar mesjid. Inilah pilar yang dikenal sebagai ‘pilar penyesalan’ atau ‘pilar2 Abu Lubabah.’ Allah mengutarakan ketidaksukaannya akan perbuatan Abu Lubabah di ayat Q 8:27. Ketika Muhammad mendengar apa yang telah Abu Lubabah lakukan, dia menunggu Allah untuk mengampuni Abu Lubabah. Abu tetap terikat di pilar selama 6 malam. Istrinya melepaskan ikatannya setiap kali dia mau sembahyang. Allah mengampuni Abu Lubabah dengan ayat Q 9:104. Jadi Muhammad pergi kepadanya saat sembahyang subuh dan melepaskan ikatannya. [168]

Karena merasa tidak punya pilihan lain, pada pagi harinya kaum Yahudi B. Qurayzah menyerah pada Muhammad dan keputusannya. Kaum pria Yahudi dirantai dan ditempatkan di dalam benteng sampai ada keputusan tentang nasib mereka. Kaum B. Aws punya hubungan baik dengan kaum Yahudi B. Qurayzah. Mereka memohon belas kasihan Muhammad dan keputusan yang adil bagi sekutu mereka orang Yahudi. Akan hal ini, Muhammad mengajukan usul agar keputusan ditetapkan oleh Sa’d b. Muadh yang adalah ketua B. Aws, yang sedang beristirahat karena lukanya yang parah di tenda di dekat Medina. Kaum B. Aws dan B. Qurayzah setuju atas usul Muhammad, dengan berharap agar Sa’d b. Muadh memberi ampun. Muhammad lalu mengirim beberapa orang B. Aws untuk menjemput Sa’d untuk menyampaikan keputusannya. Dengan naik keledai, Sa’d tiba di tempat di mana 700-800 orang Yahudi dan banyak orang2 B. Aws berdiri untuk mendengarkan keputusannya. Banyak orang2 B. Aws yang meminta Sa’d untuk berbelas kasihan terhadap orang2 Yahudi. Sa’d lalu bertanya apakah mereka akan menerima keputusan apapun yang dia putuskan. Orang2 mengiyakan.
166 Tabari, vol.viii, p.31
167 Haykal, Ch. The Campaign of Khandaq and B. Qurayzah
168 Ibn Ishaq, p.463
The Root of Terrorism a la Islamic Style 93

Lalu Muhammad bertanya Sa’d b. Muadh untuk mengutarakan keputusannya. Sa’d menjawab, “Aku putuskan bahwa para pria dibunuh, harta benda dibagi-bagikan, kaum wanita dan anak2 dijadikan tawanan.” Semua orang kaget mendengar keputusan berdarah ini kecuali Muhammad. Dia memuji Sa’d dengan mengatakan keputusannya adalah keputusan dari yang Maha Kuasa. Dia bersikap dingin dan tidak tergerak sedikitpun dan mengatakan lagi bahwa keputusan Sa’d adalah adil, katanya, ”Kau telah memutuskan nasib mereka dengan keputusan Tuhan dan keputusan RasulNya.” [169] Perkataan Muhammad ini jelas menunjukkan bahwa dia memang ingin membantai orang2 Yahudi ini dengan darah dingin tanpa ampun.

Sahih Bukhari Volume 5, Book 58, Number 148:
Dikisahkan oleh Abu Said Al-Khudri:
Beberapa orang (yakni kaum Yahudi Bani bin Quraiza) setuju untuk menerima keputusan dari Sad bin Muadh sehingga sang Nabi menyuruh orang untuk menjemputnya (Sad bin Muadh). Dia datang naik keledai, dan ketika dia mendekati Mesjid, sang Nabi berkata, “Berdirilah bagi yang terbaik diantaramu.” Atau berkata, “Berdirilah bagi pemimpinmu.” Lalu sang Nabi berkata, “O Sad! Orang2 ini telah setuju untuk menerima keputusan darimu.” Sad berkata, “Aku memutuskan agar para prajurit mereka dibunuh dan anak2 dan kaum wanita mereka dijadikan tawanan.” Sang Nabi berkata,”Kau telah memberikan keputusan yang sama dengan keputusan Allah (atau keputusan Raja).”[Catatan: Hadis ini tidak dapat dijumpai dalam kumpulan Sahih Bukhari yang telah “disetrilkan”, “dibersihkan”. Akan tetapi Hadis ini bisa dibaca di Original Sahih Al-Bukhari versi Internet]

Para wanita dan anak2 dipisahkan dari para suami dan saudara2 laki mereka, dan yang lain diawasi oleh Abdullah, seorang pelarian Yahudi. Semua harta benda milik B. Qurayzah, unta2 dan ternak mereka dibawa sebagai jarahan perang untuk dibagi-bagikan diantara para Muslim. Air anggur dan cairan anggur yang diawetkan dibuang.
169 Tabari, vol.viii, p.33

Setelah Sa’d b. Muadh menyampaikan keputusan akan pembantaian, kaum Yahudi B. Qurayzah dibawa ke luar dari tempat tinggal mereka, para pria diikat tangannya di belakang punggung merek, dan kaum wanita dan anak2 dipisahkan dari kaum pria. Kaum pria di bawah pengawasan Mohammad ibn Maslama, pembunuh Ka’b ibn Ashraf, untuk dibawa ke Medina ke pekarangan milik anak wanita dari seorang Muslim fanatik yang bernama al-Harith sebelum pembantaian dilakukang. Sebuah parit panjang digali di daerah pasar Medina. Para tawanan dibawa ke sana, disuruh berlutut dan dipancung dalam kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 orang. Muhammad berada di sana untuk menyaksikan semua adegan pemancungan ini. Ali dan Zubayr memotong kepala2 orang2 Yahudi di hadapan Muhammad. Dengan mengutip tulisan Al-Waqidi, Tabari menulis:
“ … sang utusan Allah memerintahkan untuk menggali parit di atas tanah untuk B. Qurayzah. Lalu dia duduk, dan Ali dan al-Zubayr mulai memancungi kepala2 mereka di hadapan Muhammad.” [170] Ibn Ishaq [171] menulis bahwa orang2 Yahudi dikelompokkan dan dihadapkan Muhammad untuk dipancung di depannya.

Tabari lebih lanjut menusli: [172]
“Rasul Allah ke luar menuju pasar Medina dan memerintahkan penggalian parit. Lalu dia memerintahkan orang2 Yahudi dibawa ke situ untuk dipancung di atas parit. Mereka dibawa ke hadapan mereka dalam kelompok2. Diantara mereka adalah musuh Allah, yakni Huyayy b. Akhtab dan Ka’b b. Asad, yakni ketua B. Qurayza. Jumlah mereka adalah 600-700, yang lain menulis 800-900. Tatkala mereka dibawa dalam kelompok menghadap utusan Tuhan, mereka berkata kepada Ka’b b. Asad, “Ka’b, apa yang kau mengerti. Tidakkah kau melihat tidak ada yang dibebaskan dan siapa yang diambil tidak akan kembali? Demi Tuhan, ini adalah kematian!” Proses pemancungan berlangsung terus sampai Rasul Allah selesai menyaksikan semuanya.”

Sir William Muir [173] menuliskan adegan pemancungan yang mengerikan ini sebagai berikut:
“Orang2 dijejerkan di sebuah halaman yang tertutup, pada saat kuburan atau parit2 digali untuk mereka di pasar utama kota. Ketika parit2 sudah selesai digali, Mahomet sendiri menjadi saksi tragedi ini, dia memerintah para tawan dibawa ke hadapannya dalam kelompok 5 – 6 orang. Setiap kelompok diperintahkan untuk berlutut di tepi parit yang ditakdirkan untuk jadi kuburan mereka, dan lalu mereka dipancung. Kelompok demi kelompok dibawa ke luar, dipancung dengan darah dingin, sampai mereka semua habis dibantai. Seorang wanita juga dipancung, karena dialah yang melempar batu di saat perang.”

Kejadian yang mengenaskan terjadi ketika Huyayy b. Akhtab, ketua kaum Yahudi B. Nadir yang diasingkan, dibawa ke tempat pemancungan. Tabari menuliskan pemancungan atas dirinya sebagai berikut:
‘Huyayy b. Akhtab, musuh Tuhan, dibawa ke luar. Dia mengenakan baju berwarna merah yang robek2 sehingga tidak bisa diambil sebagai barang jarahan, dan tangannya terikat dengan tali di sekitar lehernya. Ketika dia melihat Rasul Allah, dia berkata, “Demi Tuhan, aku tidak menyalahkan diriku karena memusuhimu, tapi barang siapa yang meninggalkan Tuhan akan ditinggalkan.” Lalu dia berpaling menghadap rakyatnya dan berkata, “Wahai orang2, tidak ada yang cacat dalam perintah Tuhan. Itu tertulis dalam buku Tuhan (Alkitab), PenghakimanNya, dan perang dengan pembantaian besar2an terhadap Anak2 Israel.” Lalu dia duduk dan dipancung.”

Hanya satu wanita dari B. Qurayzah dibunuh. Dia adalah istri Hasan al-Qurazi [174] dan bersikap ramah terhadap Aisyah. Aisyah mengisahkan tentang pemancungan itu sebagai berikut:
‘Hanya satu dari wanita2 yang dibunuh. Demi Tuhan, dia ada bersamaku, bicara denganku dan tertawa tak terhankan saat Rasul Allah membunuhi pria2 mereka di pasar, tatkala tiba2 ada suara yang memanggil namanya, “Di mana orang ini dan ini?” Dia (wanita itu) berkata, “Aku akan dibunuh.” “Mengapa?”, tanyaku. Dia berkata karena dia melakukan kesalahan. Dia lalu dibawa dan dipancung. (Aisyah menambahkan: aku tidak akan pernah melupakan rasa heranku akan keriangannya, bahkan pada saat dia tahu dia akan dibunuh.)’ [175]
170 Tabari, vol viii, p.41
171 Ibn Ishaq, p.464
172 Tabari, vol viii, pp.35-36
173 Muir, vol. iii, p.276…
174 Dashti, p.91

Hadis Sahih Abu Daud, Book 14, Number 2665:
Dikisahkan Aisha, Ummul Mu'minin:
Tidak ada wanita Banu Qurayzah yang dibunuh, kecuali seorang. Dia ada bersamaku, bicara dan tertawa terbahak-bahak, ketika Rasul Allah membunuhi orang2nya (wanita itu) dengan pedang. Tiba2 seorang pria memanggil namanya: “Di mana si ini dan itu?” Dia berkata: “Aku di sini.” Aku bertanya:”Ada apa denganmu?” Dia berkata:”Aku berbuat sesuatu.” Orang yang lalu membawanya pergi dan memancungnya. Aku tidak akan pernah lupa bagaimana dia tertawa terpingkal-pingkal meskipun dia tahu dia akan dibunuh. 


Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, wanita Yahudi malang ini membunuh satu tentara Muslim dengan melemparkan batu ke atas kepalanya sewaktu Rasul Allah mengepung benteng B. Qurayzah. Ada pula kisa seorang Yahudi tua bernama Az-Zabir. Az-Zabir menyelamatkan nyawa seorang Muslim yang bernama Thabit b. Qays di perang Bu’at. Sekarang ketika giliran Az-Zabir akan dipancung. Thabit b. Qays meminta Muhammad untuk menyelamatkan nyawa orang tua ini dan keluarganya sebagai balas budi. Muhammad ragu2 tapi mengabulkan permintaan ini. Az-Zabir lalu menanyakan Thabit b. Qays tentang nasib ketua2 Yahudi seperti Ka’b b. Asad dan Huayy b. Akhtab, karena Az-Zabir lebih memilih mati daripada hidup tanpa mereka. Az-Zabir berkata, “Kalau begitu aku meminta padamu sebagai balas jasa pertolonganku padamu agar aku bisa bergabung dengan orang2 dari sukuku, karena demi Tuhan, tiada lagi gunanya hidup ini tanpa mereka semua. Aku tidak akan menunggu dengan sabar akan (waktu) Tuhan, tidak pula akan menunggu waktu (yang dibutuhkan) ember penuh selesai diisi air, sampai aku bertemu dengan orang2 yang kukasihi.” [176]

Maka Thabit membawanya ke muka dan Az-Zabir pun dipancung. Ketika Abu Bakr mendengar apa yang dikatakan orang tua itu sebelum dipancung, dia berkata, “Dia akan bertemu mereka semua, demi Tuhan, di Gehenna (neraka), tempat mereka tinggal untuk selama-lamanya.” [177]
175 Ibn Ishak, pp.464-465
176 Tabari, vol.viii, p.37
177 ibid

Muhammad memerintahkan semua pria Yahudi yang sudah punya bulu kemaluan untuk dibunuh. Seorang anak laki Yahudi minta perlindungan kepada seorang wanita Muslim yang bernama Salma bt. Qays. Salma minta agar Muhammad mengampuni anak Yahudi ini. Dikabarkan bahwa Muhammad mengabulkan permintaannya.

Hadith Sahih Sunaan Abu Dawud Book 38, Number 4390:
Dikisahkan oleh Atiyyah al-Qurazi:
Aku termasuk diantara tawanan Banu Qurayzah. Mereka (orang2 Muslim) memeriksa kami, dan orang2 yang sudah tumbuh bulu kemaluannya dibunuh, dan yang belum tidak dibunuh. Aku ada diantara mereka yang belum tumbuh bulu kemaluannya.


Mohon diingat bahwa pengisah Hadis ini , Atiyyah al-Qurazi, mungkin adalah adik laki yang masih sangat muda dari Hasan al-Qurazi, orang Yahudi yang dipancung.

Setelah selesai memancung semua pria dewasa kaum Yahudi B. Qurayzah, sang Nabi yang penuh pengampunan ini lalu menyibukkan dirinya dengan membagi-bagi barang jarahan milik orang Yahudi. Dia membagi-bagi kekayaan, para istri dan anak2 B. Qurayzah diantara para pengikutnya. Tidak perlu diceritakan lagi bahwa tentunya dia tidak lupa akan Khums (seperlima barang jarahan) bagi dirinya sendiri.

Aturan pembagian barang jarahan sedikit berubah. Pengendara kuda menerima tiga upah: dua untuk kudanya dan satu untuk pengendaranya. Jihadis yang jalan kaki dan tidak punya kuda menerima satu upah. Dari barang jarahan pertamalah upah2 dibagikan dan Khums diambil. Ini menyederhanakan aturan pembagian barang jarahan (fai) yang kemudian diterapkan dalam penjarahan2 selanjutnya. Terdapat 36 pasukan berkuda dalam serangan ini. Jika seseorang punya lebih dari dua kuda, dia tidak akan menerima upah lebih daripada pemilikan dua kuda.
[Catatan: Fai adalah jarahan yang diambil dari daerah yang tunduk kepada Islam tanpa perlawanan. [178]]

Setelah membantai semua pria dewasa Yahudi, Muhammad mengirim Sa’d b. Zayd al-Ansari dengan beberapa tawanan (wanita dan anak2) dari B. Qurayzah ke Najd untuk menjual para tawanan ini di pasar budak. Meskipun tidak diketahui dengan persis berapa harga seorang budak wanita saat itu, Ibn Sa’d [179] menulis bahwa Khadijah, istri pertama Muhammad, membeli seorang budak baginya yang bernama Zayd b. Haritha (yang nantinya jadi anak angkat Muhammad, tapi istrinya (Zainab) diembat sama Muhammad itu lho) seharga 400 Dirham di pasar budak di Ukaz, Mekah. Di Sunan Abu Daud kita baca bahwa harga seorang budak muda (laki atau wanita) berkisar dari 500 sampai 800 Dirham, atau US$2.500 sampai US$ 4.000 (lihat Sunan Abu Daud nomer 3946 dan 4563). Jadi harga yang wajar bagi seorang budak adalah sekitar US$2.500 dalam harga modern saat ini, dan ini adalah harga yang cukup mahal. Kalau dikalikan dengan jumlah budak wanita dan anak2, misalnya 1.000 orang, maka harga total adalah US$ 2.500.000 (atau ¼ juta dollar U.S.)Ini adalah uang yang besar sekali bagi para teroris di jaman itu. Dari uang penjualan budak ini, Muhammad membeli kuda2 dan persenjataan perang. Diantara para tawanan wanita, Muhammad menemukan seorang gadis yang sangat cantik yang bernama Rayhanh bt. ‘Amr b. Khunafah dan Muhammad mengambil gadis ini sebagai gundiknya. Dikatakan bahwa Muhammad menawarkan Rayhanh untuk jadi istrinya dengan memeluk Islam, tapi dia tidak mau. Dia memilih untuk tetap jadi gundik saja daripada jadi Muslim.

Rayhanh berkata, “Rasul Allah, lebih baik aku jadi gundikmu, karena ini lebih mudah bagiku dan bagimu.” [180] Muhammad sangat sedih ketika Rayhanh menolak Islam dan lebih memilih tetap sebagai orang Yahudi. Beberapa biografer lain menulis bahwa akhirnya Rayhanh memeluk Islam.
178 Hughes Dictionary of Islam, p.114
179 Ibn Sa’d, vol.i, p.591
180 Tabari, vol.viii, p.39

Penjabaran tentang kekejaman Muhammad dan nafsunya akan daun muda ditulis oleh Sir William Muir sebagai berikut:
‘Setelah memuaskan dendamnya, dan membanjiri pasar dengan darah 800 orang korban, dan memerintahkan agar parit ditutup dengan tanah, Mahomet meninggalkan ladang pembantaian untuk menghibur dirinya sendiri dengan kejelitaan Rihana, yang suami dan sanak saudara prianya baru saja dipenggal hari itu. Dia mengajaknya (Rihana) untuk jadi istrinya, tapi dia menolak, dan lebih memilih untuk tetap (memang setelah menolak untuk dinikahi, Rihana tidak punya pilihan lain kecuali) jadi budak atau gundiknya. Rihana juga menolak untuk melakukan Shahadat dan tetap memeluk agama Yahudinya, dan ini membuat sang Nabi sangat gundah. Akan tetapi dikatakan di kemudian hari, Rihana akhirnya mau memeluk Islam. Dia hidup bersama Mahomet sampai dia (Mahomet) mati.’ [181]

Setelah menyampaikan keputusannya, Sa’d dibawa kembali naik keledai ke tendanya. Lukanya sangat parah. Dia berbaring menunggu kematiannya. Muhammad segera datang menjenguknya. Dia berdoa pada Allah untuk menyelamatkan nyawa Sa’d. Tapi kali ini Allah tidak menjawab doanya. Tak lama kemudian, Sa’d mati. Mayatnya dibawa ke rumahnya dan setelah sembahyang maghrib, dia dikuburkan. Tandu jenazahnya terasa ringan saat diangkat. Muhammad mengaku bahwa para malaikat mengangkat tandu jenazah Sa’d.

Jibril mengatakan pada Muhammad bahwa Sa’d B. Muadh sudah berada di surga [182], dan berkata bahwa takhta Allah bergetar saat Sa’d B. Muadh mati. Kita baca Hadinya:
Hadis Sahih Bukhari, Volume 5, Book 58, Number 147:
Dikisahkan oleh Jabir:
Aku mendengar sang Nabi berkata, “Takhta (Allah) bergetar pada saat kematian Sad bin Muadh." Melalui kelompok penulis lain, Jabir menambahkan, “Aku mendengar sang Nabi berkata, “Takhta yang Mulia bergetar karena kematian Sa’d bin Muadh."


Apakah yang Muhammad lakukan atas tanah2 kaum Yahudi B. Qaynuqa, B. Nadir, dan B. Qurayzah? Dia menggunakan jarahan dari tanah B. Qurayzah dan B. Nadir untuk mengambalikan pemberian (utang) yang diterimanya dari kaum Ansar di Medina. Dia memberikan sebagian jatah jarahannya kepada Umm Ayman, budak wanita yang mengurusnya saat dia masih bayi.
181 Muir, vol.iii, p.278
182 Ibn Ishaq, p.469
Hadis Sahih Muslim, Book 019, Number 4376:
Telah dikisahkan oleh Anas bahwa (setelah hijrah ke Medina) seseorang memberi sang Nabi beberapa kurma hasil dari kebunnya sampai tanah2 Quraiza dan Nadir ditaklukkan. Lalu dia mulai mengembalikan apapun yang diterimanya. (Karena itu) orang2ku mengatakan padaku untuk menemui Rasul Allah dan meminta bagian dari apa yang didapatnya dari para pengikutnya, tapi Rasul Allah menganugerahkan pohon2 kurma itu untuk Umm Aiman. Lalu aku datang menghadap sang Nabi dan dia memberikannya kembali padaku. Umm Aiman juga datang pada saat itu. Dia menaruh kain di sekeliling leherku dan berkata, “Tidak, demi Alah, kita tidak akan memberikan padamu yang telah dia (Muhammad) berikan padaku.” Sang Nabi berkata, “Umm Aiman, biarkan dia memilikinya dan untukmu adalah pohon2 yang ini dan itu sebagai gantinya.” Tapi dia berkata, “Demi Allah, tidak ada Tuhan selain Dia. Tidak, tidak akan pernah.” Sang Nabi terus berkata, “(Kamu akan mendapat) ini dan itu” sampai dia (Umm Aiman) mendapat 10 kali lebih banyak daripada pemberian awal.

Muhammad sekarang menjadi amat kuat secara militer dan menjadi warlord (pemimpin militer suatu daerah) di Jazirah Arabia. Tidak perlu dikatakan lagi, ini semua adalah hasil siasat terornya.

Bagian Sebelas 
‘Kamu hidup di sini, tapi aku hidup diantara para kafir. Ijinkan aku membersihkan sebagian dosa2ku’ ---Ziad al-Jarrah [183]

Teror Tiga Puluh Empat
Perampokan Atas al-Qurata di Dariyaah oleh Muhammad ibn Maslama--July, 627 M


Para pembaca mungkin ingat nama Muhammad ibn Maslama. Dia adalah pembunuh yang disewa untuk membunuh Ka’b b. al-Ashraf, penulis puisi Yahudi (lihat Teror 17, Bagian 5). Sejak itu, Muhammad ibn Maslama jadi orang yang sangat spesial bagi Muhammad, sang utusan Allah. Kapanpun Muhammad butuh orang untuk melakukan pembunuhan, dia (Muhammad ibn Maslama) adalah orang yang paling dipercaya untuk melaksanakan tugas pembunuhan. Setelah puas atas kemampuan Muhammad ibn Maslama dalam melaksanakan tugas Islam yang sempurna (via teror), maka Muhammad sang Rasul Allah mengambil keputusan untuk menugaskannya melakukan pekerjaan yang lebih menantang dan lebih menguntungkan, yakni (apa lagi kalau bukan) melakukan penjarahan atau Ghanimah.

Maka dia mengirim Muhammad ibn Maslama, sang pembunuh bayaran, untuk mengepalai 30 Jihadis [184] untuk mengepung dan merampok al-Qarata, cabang dari suku Kilab yang tinggal di tempat bernama Dariyyah, sekitar 50 atau 60 mil dari Medina. Muhammad ibn Maslama berangkat di malam hari, bersembunyi di siang hari, dan ketika tiba di Dariyyah, dia menyerang suku al-Qurata secara tiba2, mengakibatkan kepanikan dan teror diantara masyarakat suku tersebut. Dalam perampokan ini, pihak Muslim membunuh 10 orang sedangkan yang lain melarikan diri tanpa melawan. Barang jarahannya besar jumlahnya: 150 unta (sekitar US$52.000) dan 3.000 kambing (sekitar US$ 105.000) ditambah harta benda rumah tangga (jumlahnya tidak disebutkan pasti, mungkin sekitar US$ 50.000). Muhammad ibn Maslama terus melaksanakan penjarahan sampai 19 hari, lalu dia kembali ke Medina membawa barang jarahan. Muhammad sang Rasul Allah mengambil bagiannya (Khums, seperlima barang jarahan) dan membagi-bagikan sisanya diantara pengikutnya. Seekor unta berharga sama dengan 10 kambing. Pihak Muslim juga membawa seorang tawanan yang merupakan murid Musaylamah, saingan Muhammad yang juga mengaku sebagai utusan Allah. Muhammad sang Rasul Allah menuduh tawanan ini bekerja sama dengan Musaylamah untuk membunuhnya. Dikatakan bahwa kemudian orang ini akhirnya memeluk Islam. [185]

Teror Tiga Puluh Lima
Serangan Pertama Atas B. Thalabah di Dhu al-Qassah oleh Muhammad ibn Maslama—July, 627 M


Setelah sukses melakukan beberapa perampokan, unta2 milik Muhammad jadi bertambah banyak sekali. Dia mengirim unta2 ini untuk merumput di dekat daerah Hayfa, [186] tempat yang jauhnya sekitar 7 mil dari Medina yang punya ladang rumput yang subur. Karena kemarau terus-menerus di daerah sekitarnya, suku B. Thalabah, yang merupakan bagian dari suku Ghatafan, tampaknya ingin mencuri unta2 Muhammad. Muhammad merasa curiga atas orang2 dari suku Thalabah, dan dia mengirim letnannya yang terpercaya, Muhammad ibn Maslama dengan 10 orang untuk merampok di daerah Dhu al-Qassah tempat tinggal B. Thalabah. Mereka melakukan perjalanan di malam hari dari Medina. Orang2 B. Thalabah sudah mendengar akan rencana penyerangan ini, jadi mereka bertiarap di tanah menunggu tentara Muslim. Ketika akhirnya Muhammad ibn Maslama dan tentaranya tiba di daerah tujuan, 100 orang B. Thalabah menyerang mereka pada saat tentara Muslim sedang bersiap-siap untuk tidur. Setelah pertempuran singkat, orang2 B. Thalabah berhasil membunuh semua tentara Muhammad ibn Maslama. Dia sendiri terluka parah di pergelangan kakinya dan dia tidak bisa bergerak. Dia ditinggalkan di tempat itu untuk mati. Seorang Muslim yang kebetulan lewat tempat itu menemukannya dan membantunya kembali ke Medina.
183 Masterminds of Terror, p.128; Ziad was a 9/11 terrorist
184 Mubarakpuri, p.382
185 Mubarakpuri, p.382
186 Ibn Sa’d, vol.ii, p.106


Teror Tiga Puluh Enam
Serangan Kedua Atas B. Thalabah di Dhu al-Qassah oleh Ubayda b. al-Jarrah—August, 627M 


Ketika Muhammad sang Rasul Allah mendengar tentang peristiwa ini (Teror 35), dia segera mengirim 40 tentara bersenjata lengkap di bawah pimpinan Abu Ubayda b. al-Jarrah untuk menghukum orang2 B. Thalabah. Kelompok tentara ini tiba di Dhu al-Qassah sebelum subuh. Begitu sampai, mereka segera menyerang penduduk suku itu yang akhirnya melarikan diri ke gunung2. Tentara Muslim mengambil ternak2, pakaian2 mereka dan menangkap seorang tawanan. Mereka membawa barang jarahan kepada Muhammad. Setelah mengambil bagiannya, dia membagi-bagikan sisanya kepada para pengikutnya. Tawanan itu akhirnya memeluk (mungkin dengan paksa) Islam dan Muhammad membebaskannya.


Teror Tiga Puluh Tujuh
Perampokan Atas B. Asad di al-Ghamr oleh Ukkash b. Mihsan—August, 627M 


Muhammad mengirim 40 Jihadis di bawah pimpinan Ukkash b. Mihsan untuk menjarah daerah al-Ghamr (dekat perbatasan Syria), daerah mata air milik B. Asad b. Khuzaymah. Ketika Ukkash tiba di daerah itu, masyarakat B. Asad sudah melarikan diri. Para Jihadis merampas ternak mereka, termasuk 200 ekor unta (berharga sekitar US$70.000) dan membawanya ke Medina. Mereka juga menangkap seorang pengintai yang kemudian mereka bebaskan.

Teror Tiga Puluh Delapan
Penyerangan Kedua Atas Banu Lihyan di Ghiran by Muhammad —September, 627M


Enam bulan setelah pembantaian B. Qurayza, Muhammad pergi untuk membalas dendam kepada kaum B. Lihyan yang membunuh orang2nya yakni Khubayb b. Adi dan Zayd b. al-Dathinnah (lihat Teror 25, Bagian 7) di al-Rajii. Setelah dapat bertahan di perang Parit dan membersihkan ras Yahudi B. Qurayzah, Muhammad merasa dia kuat secara militer untuk melakukan pembalasan dendam atas suku ini.

Dia memilih 200 tentara berunta dan berkuda. Untuk menipu dan mengadakan serangan mendadak yang mengejutkan musuh, dia pura2 bergerak ke utara ke arah Syria. Setelah bergerak sebentar ke arah utara dan ketika dia sudah merasa aman bahwa baik pihak Quraish atau daerah tetangga tidak sadar akan tujuan aslinya, dia tiba2 bergerak ke arah kiri dan menuju jalur langsung ke Mekah yang akhirnya ke kota Ghiran, tempat tinggal suku B. Lihyan. Tapi masyarakat B. Lihyang sudah tahu niat Muhammad, dan begitu mereka melihat tentara Muslim, mereka melarikan diri ke puncak2 gunung sambil membawa ternak mereka untuk menghadapi tentara Muslim. Muhammad mengirim orang2nya untuk melacak jejak masyarakat B. Lihyan, tapi tidak dapat menemukan apa2.

Setelah gagal menyerang B. Lihyan secara tiba2 dan teror, Muhammad merasa frustasi. Supaya perjalanan tidak sia2, dia pikir dia perlu menakut-nakuti orang2 Mekah dengan mendekati Mekah dan memamerkan kekuatan militernya yang baru. Lalu dia pergi dengan 200 tentaranya dan berhenti di Usfan. Di Usfan, dia mengirim 2 tentara berkuda menuju Mekah. Mereka tiba di Kuraul Ghamin dan lalu kembali ke Usfan. Kemudian Muhammad balik ke Medina. Ibn Sa’d [187] menulis bahwa Muhammad mengirim Abu Bakr dan 10 tentara berkuda ke Mekah untuk meneror mereka.


Teror Tiga Puluh Sembilan 
Perampokan Atas Unta Perah Milik Muhammad di al-Ghabah oleh Uyana b. Hisn—September, 627M 


Beberapa hari setelah Muhammad kembali ke Medina setelah gagal merampok B. Lihyan, sekelompok orang bersenjata Ghatafan dipimpin oleh Uyanah b. Hisn menyerang daerah pinggir kota. Mereka merampok [188] 20 unta perah milik Muhammad yang sedang merumput di daerah al-Ghabah. Mereka juga membunuh gembala unta dan mengambil istrinya sebagai tawanan. Seorang Muslim bernama Amr ibn al Akwa melihat perampokan ini dan dibawanya unta2 tsb. Dia menembakkan panah2 pada mereka dan minta pertolongan. Muhammad mendengar permintaan tolongnya yang menyiagakan orang2 Medina.


Teror Empat Puluh 
Penyerangan Kedua Atas Ghatafan di Dhu Qarad oleh Sa’d b. Zayd/Muhammad—September, 627M 


Ketika Muhammad mendengar untanya dirampok di al-Ghabah oleh Uyanah b. Hisn, dia segera mengirim 500 tentara di bawah pimpinan Sa’d b. Zayd untuk mencari dan menghabisi Uyanah b. Hisn dan orang2nya. Dia mengatakan pada mereka bahwa dia akan menjumpai mereka tak lama kemudian. Tentara Muslim berjumlah jauh lebih banyak daripada para perampok. Mereka mengejar dan mendapatkan para perampok sedang beristirahat di lembah Dhu Qarad. Setelah satu atau dua hari, Muhammad menyusul orang2nya dan berhenti di lembah Dhu Qarad untuk bergabung dengan para tentara Muslim. Setelah itu mereka menyerang orang2 B. Ghatafan dan membunuh beberapa perampok dan mendapatkan kembali unta2 mereka. Di pertempuran ini, anak Uyanah yang bernama Abd al-Rahman dibunuh. Tentara Muslim hanya kehilang seorang tentara. Dia adalah anak laki Abu Dhar Ghifari, salah satu panglima perang Muhammad yang paling dipercaya. Tentara Muhammad mengejar para perampok sampai jauh ke Khaybar. Setelah menang bertempur, mereka membebaskan tawanan wanita dan mengambil persenjataan kaum perampok sebagai barang jarahan. Kemudian Muhammad tinggal di Dhu Qarad selama sehari semalam, dan lalu kembali ke Medina dengan unta2 yang berhasil dirampas kembali.
187 Ibn Sa’d, vol.ii, p.97
188 Ibn Sa’d, vol.ii, p.99                                                                      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar